Museum Masjid Raya Al Jabbar Bandung Disiapkan Untuk Hadirkan Pengalaman Mengesankan bagi Pengunjung
Museum Masjid Al Jabbar akan jadi museum pertama di Indonesia yang bertema sejarah Rasulullah SAW, sejarah Islam dunia, Nusantara dan Jawa Barat
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Museum Masjid Raya Al Jabbar akan menjadi museum pertama di Indonesia yang bertema sejarah Rasulullah SAW, sejarah perkembangan Islam dunia, sampai sejarah penyebaran Islam di Nusantara dan Jawa Barat.
CEO Sembilan Matahari, Muhammad Adi Panuntun, selaku penyedia konten museum yang berada di rubanah masjid tersebut mengatakan tidak hanya menawarkan informasi mengenai perkembangan Islam, pengunjung akan dibawa untuk mencapai sebuah pengalaman tersendiri.
"Di Indonesia ini menjadi hal baru, ketika museum dan masjid secara bersama menjadi tempat wisata religi. Di sini pengunjung akan mendapatkan experience, dibuat semenarik mungkin sehingga pengunjung bisa mendapat informasi mengenai Islam secara mudah melalui multimedia dan teknologi," kata Adi di Bandung, Selasa (10/1/2023).
Ia mencontohkan, dalam sebuah wahana yang menceritakan kejadian Isra Miraj melalui efek visual dan perangkat berteknologi, pengunjung akan dibuat merasakan seolah terbang ke langit. Juga melihat langsung diorama tempat tinggal Rasulullah.
Baca juga: Sekda Kota Bandung Respons Berbagai Masalah di Masjid Al Jabbar, Idealnya Seperti di Masjid Nabawi
"Kejadian Perang Badar kami jadikan video mapping, juga bisa merasakan kalau naik ke langit seperti Isra Miraj. Jadi nanti bukan sekedar baca sejarah dan melihatnya saja. Tapi bisa merasakannya secara langsung pengalaman sejarah seperti itu. Pembuatan konten ini tentunya kami melakukan riset dan konsultasi dengan para ulama untuk validasi. Sampai mencari naskah-naskah ke Cirebon," katanya.
Adi menceritakan pembuatan museum ini terinspirasi museum-museum di dunia, salah satunya Science Museum di Inggris. Ia mengatakan museum ini akan dibuka Februari 2023. Kini konten museum seharga Rp 14,5 miliar ini sedang memasuki tahapan persiapan.
Bagi Sembilan Matahari, katanya, pembuatan konten museum di Al Jabbar ini adalah yang terbesar yang pernah dikerjakan. Sebelumnya, perusahaan ini dipercaya membuat konten museum di Perpustakaan Nasional, Museum Bank Indonesia, Galeri Astra International, Galeri Bursa Efek Indonesia, sampai proyek video mapping di Museum Fatahillah Jakarta dan Gedung Sate.
Adi juga nenjawab polemik lelang proyek senilai Rp 14,5 miliar itu. Adi mengungkap, tidak ada aturan yang dilanggar karena mekanismenya diatur dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.
“Dan ini bukan kali pertama kami ngerjain museum proyek pemerintah. Nilai segitu juga bagi kami perhitungan RAB-nya logis, sudah sesuai dengan arahan LKPP, BPK dan PPK-nya. Bagi kami, kami pastikan enggak ada masalah, enggak ada titipan atau hal yang perlu dicurigai dari proyek ini,” katanya.
Mengenai tudingan kedekatan Adi dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui komunitas Bandung Creative City Forum (BCCF), ia pun menampiknya.
Meski pernah berada dalam satu komunitas yang sama, khusus untuk tender konten museum, Kang Emil bahkan baru mengetahui jika Sembilan Matahari yang menggarap proyeknya ketika proses pembangunan museum Masjid Al Jabbar sudah mencapai 50 persen.
“Jadi kalau saya mau sampaikan, memang tidak ada kedekatan dalam proyek ini apalagi sampai disebut titipan. Kang Emil itu baru tahu Sembilan Matahari pemenang lelang museumnya pada saat datang preview ke museum. Itu di awal Desember pada saat museum sudah setengah jadi,” ucapnya.
Ditambah, kata Adi, Sembilan Matahari merupakan perusahaan yang berdomisili di Kota Bandung.
Baca juga: Dua Efek Keberadaan Masjid Al Jabbar, Warga Ada yang Merasa Diuntungkan Namun Banyak yang Ngeluh
Jadi, ketika datang kesempatan kepada perusahaannya untuk membuat sebuah karya tersebut, ia turut terpanggil untuk membuat tanah kelahirannya makin dikagumi banyak orang.
“Ini juga seperti panggilan karena saya orang Bandung. Bukan karena BCCF, bukan juga karena saya dengan Kang Emil sama-sama kuliah di ITB, sekolah di SMA 3 Bandung sampai ke SMP 2 Bandung. Jadi kalau mengait-ngaitkan saya dengan itu, enggak ada kaitannya sama sekali,” kata Adi. (*)
Silakan baca berita Tribunjabar terbaru lainnya di GoogleNews
| Skema Cicilan Pajak Kendaraan Dorong Kepatuhan Membayar? Begini Kata Pengamat |
|
|---|
| Telkom Perkuat Sistem Pendidikan Berbasis Digital SMA Taruna Nusantara Cimahi |
|
|---|
| Jaga Pasokan Energi Jawa Barat, NR Terima Kargo LNG ke 30 Tahun Ini |
|
|---|
| IFG Gelar Program Sosial Inklusif untuk Bangun Kesetaraan dan Pemberdayaan Masyarakat di Garut |
|
|---|
| BREAKING NEWS: Forum Santri Nusantara Bandung Raya Geruduk Rumah Atalia Praratya, Ada Apa? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Gubernur-Jabar-Ridwan-Kamil-dan-istri-Atalia-Praratya-Masjid-Al-Jabbar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.