Mahasiswa Telkom University Retas Krisis Budaya Lewat Kampanye "Suarakan APIK"
Mahasiswa Telkom University mencoba meretas krisis budaya lewat kampanye "Suarakan APIK"
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Mahasiswa/I Ilmu Komunikasi, Telkom University, 2020 diamanahkan oleh kampus untuk
melakukan project tahunan yang langsung turun ke masyarakat. Setiap perguruan tinggi menugaskan kepada mahasiswa untuk terjun ke masyarakat langsung melalui KKN (kuliah kerja nyata).
Namun, kampus Telkom University memiliki keunikan tersendiri di mana KKN dialihkan pada kegiatan Urban Village yang tujuannya rebranding desa pilihan di Jawa Barat. Tahun 2022, Urban Village mengangkat desa wisata dan bertemakan sustainable tourism.
Sustainable tourism ini menjadi suatu program pengembangan wisata berkelanjutan dalam kelangsungan ekonomi, kelestarian alam, dan kelestarian sosial budaya.
Ada dua belas tujuan sustainable tourism yang harus diterapkan bagi desa wisata, salah satunya visitor fulfilment.
Visitor fulfilment merupakan memberi pengalaman kepada para pengunjung dengan melakukan pertukaran pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan wisata.

Tema urban village sangat relevan dengan salah satu desa wisata yang sudah menerapkan tujuan visitor fulfilment, yaitu Desa Lebakmuncang berada di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Desa ini direpresentasi oleh mahasiswa Desa Apik’Uncang dan mereka mengangkat alat musik tradisional khas Lebakmuncang, yaitu bangkong reang.
Bangkong reang sendiri termasuk salah satu jenis alat musik tradisional yang berasal dari kehidupan masyarakat desa karena sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani.
Mahasiswa Telkom University, khususnya Desa Apik’Uncang mengangkat potensi budayanya sebagai bentuk upaya menimalisir kemarakan krisis budaya dan mereka menyadari kalau anak-anak muda sekarang telah dihipnotis oleh budaya barat yang mengakibatkan kebudayaan lokal Indonesia hampir terkisis habis secara perlahan bahkan diklaim negara luar.
Mereka sudah sangat gatal ingin melestarikan kebudayaan lokal di Indonesia, khususnya alat musik tradisional yang kepopulerannya
sudah jelas kalah saing dengan musik barat yang mulai menggencarkan hati anak muda di Indonesia.
Atas dasar inilah, mereka mulai mencanangkan kegiatan kampanye offline berupa sosialisasi pada (14/11/22) yang bertemakan Suarakan APIK.
Kegiatan ini menjadi acara pra-event sebelum menuju main event Urban Village di Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University.
Sosialisasi Suarakan APIK berhasil digaungkan pada Selasa (14/11/22) hingga Rabu (30/11/22) yang dikemas secara menarik dan unik dengan konsep sosialisasi ke SMA/SMK di Bandung yang dapat mengenalkan sekaligus mengedukasi para guru dan siswa seputar alat musik bangkong reang.
Kemudian, tagline Suarakan APIK adalah ragam alunan karena dianggap sebagai representasi dari kesenian bangkong reang memiliki enam nada yang berbeda, yaitu da, mi, na, ti, la, dan, da.

Sedangkan, satu tujuan berarti hanya fokus pada satu tujuan.
“Suarakan APIK ini diambil dari dua kata, yaitu SUARA dan APIK. Diksi suara ini disesuaikan dengan fokus kami yang tertuju pada Bangkong Reang di mana alat ini dapat menghasilkan suara yang unik. Lalu, diksi kedua itu APIK berasal dari branding desa kami, Desa Lebakmuncang,” jelas Martina Kusuma, Project Manager Desa Apik’Uncang.
“Tujuan dari kampanye suarakan apik ini adalah untuk meningkatkan awareness remaja, khususnya berusia 15 hingag 18 tahun kepada SMA/SMK di Bandung seputar eksistensi dari bangkong reang itu sendiri,” tambahnya.
Untuk memperluas target audiens kampanye Suarakan APIK, mereka kembali mencanangkan kegiatan baru yang memang masih satu tema dengan sosialisasi campaign sehingga tetap fokus pada tujuan utamanya.
Bedanya, kegiatan ini lebih melibatkan masyarakat umum di berbagai kalangan yang dapat melihat dan memberikan experience baru sekaligus mengajak gerakan ayo kenal bangkong reang.
Aktivitas lainnya adalah melakukan pawai, penampilan, dan pameran booth. Kegiatan pawai melibatkan delapan kelas yang sudah memiliki fokusnya tersendiri untuk mengangkat potensinya dari desa masing-masing.
Sedangkan, penampilan yang dibawakan oleh semua kelas telah dianggap menjadi ikonik desa masing-masing dan sangat berkesempatan besar untuk dilihat oleh masyarakat umum dari berbagai kalangan.
“Penampilan yang dibawakan Desa Apik’Uncang ini akan mengelaborasikan alat musik tradisional dengan berbagai lagu Indonesia yang modern dan juga alat musik akustik yang memang masih sesuai dengan tujuan kampanye Apik’Uncang, yaitu mengenalkan bangkong reang kepada masyarakat umum sehingga pertunjukkan ini dapat dilihat bagaimana bentuk dan suara dari bangkong
reang itu sendiri secara langsung,” paparnya.
“Dengan penampilan pun sebenarnya akan lebih efektif bagi kami untuk bisa mengenalkan bangkong reang kepada masyarakat umum yang dikemas secara unik dan menarik,” ujarnya.
Selanjutnya, pameran booth akan disesuaikan dengan representasi dari Desa Lebakmuncang sekaligus menjadi konsep booth, yaitu APIK (Asri Pemandangan Indah Kahuripan) karena di sini mereka mengemas tampilan booth dengan memberikan banyak tanaman agar ramah lingkungan yang juga pengunjung bisa merasakan sensasi udara sejuk secara langsung.
Selain dikemas secara menarik, alasan mereka memberikan konsep booth itu ingin lebih menonjolkan alat musik bangkong reang
sebagai ikonik Desa Apik’Uncang sehingga bisa menarik banyak pengunjung untuk datang ke booth.
Seluruh kegiatan ini masih termasuk dalam rangkaian kampanye Suarakan APIK dari Desa Apik’Uncang selama pra-event satu sebelum acara puncak Urban Village pada Sabtu, (7/1/23).
Acara pra-event ini berbarengan dengan kampanye organization committee Urban Village dan tujuh kelas lainnya yang bertajuk “Road to Urban Village 2022” pada Minggu (4/12/22) di Taman Musik, Bandung.