Dosen hingga Peneliti ITB Kembangkan Timbangan Digital Berbasis IOT untuk Bantu Peternak
Dosen teknik industri, Institut ITB bmengembangkan timbangan digital IOT atau internet of things.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dosen teknik industri ITB mengembangkan timbangan digital berbasis IOT.
Ketua tim peneliti ITB, Mohammad Mi'radj Isnaini mengatakan, pengembangan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang dilakukan secara kolaboratif antara dosen ITB dengan sejumlah mahasiswa dari Teknik Industri Ganesha, Manajemen Rekayasa Kampus Ganesha dan Teknik Industri Kampus Cirebon.
Menurut Isnaini, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berat pasti dari ayam yang akan dikirimkan dari kandang atau tempat pembesaran ke rumah potong atau pasar.
Baca juga: Arsitek ITB dan Rumah Amal Salman Bangun Tenda di Lokasi Gempa Cianjur, Tanpa Kawat Paku dan Tali
Selama ini, kata dia, berat yang dihasilkan timbangan dari kandang hingga ke rumah potong atau pasar itu memiliki perbedaan.
"Penelitian ini dilakukan di Semarang, di Edu Farmers badan non komersilnya dari Jafpa. Jadi, sederhananya petani ayam itu pada saat panen dia menimbang ayam untuk dijual melalui pihak tengah, nanti dari pihak tengah itu dia akan menyalurkan ayam tersebut ke rumah potong atau pasar dana seterusnya," ujar Isnaini.
"Pada saat proses penimbangan, ada kondisi di mana berat itu punya semacam margin yang barangkali hanya diketahui oleh pihak tengah ini, "tambahnya.
Dari kondisi itu, kata dia, petani ayam ini ingin mendapatkan alternatif lain dalam melakukan penimbangan. Dari situ, pihaknya kemudian mengembangkan satu alat timbangan sederhana yang bisa langsung terkoneksi dengan komputer atau smart phone.
Baca juga: Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Sebut Gempa Cianjur Harusnya Berdampak Ringan
"Kebetulan media yang kami pakai itu adalah telegram, jadi ketika ayam itu ditimbang hasil pantauannya ini bisa langsung masuk ke telegram yang semuanya bisa mengetahui berat ayam yang akan datang, karena ada kondisi ayam itu bisa menyurut ketika diperjalanan," ucapnya.
Jadi, kata dia, ketika apa yang dibayarkan di kandang dengan apa yang disampaikan di rumah potong itu ada kemungkinan berbeda selisihnya.
"Nah, sebetulnya margin ini yang ingin ditertibkan dan sebagai edukasi," katanya.
Cara kerja alat in sangat gampang seperti timbangan pada umumnya. Di mana, pengguna tinggal menimbang ayam dalam satu media, baik itu keranjang atau ikatan.
"Timbangan ini terkoneksi dengan satu network di kandang dan disampaikan langsung ke telegram termasuk dengan hasil rekapannya. Jadi, dengan alat ini data yang ditimbang di kandang itu sudah diketahui pihak tengah atau tracking dan rumah potong atau pasar tujuannya," ucapnya.
Selama ini, kata dia, pencatatan timbangan yang dilakukan masih berdasarkan catatan saja dan mengandalkan kepercayaan satu sama lain, tidak dilakukan pengecekan ulang.
Saat ini, pihaknya masih terus mengembangkan timbangan digital berbasis IOT tersebut.
"Ini kita bangun dari nol, mulai dari visit pertama sampai ketemu prototipe itu kurang lebih tiga bulan, ini juga hasil karya mahasiswa, ini belum dipakai karena masih pengembangan, tapi kami sudah pegang titik kritis mana yang bisa dipakai untuk pengembangan. Prototype sudah ada di kami," katanya.