Piala Dunia 2022

Jelang Iran vs Amerika Serikat di Piala Dunia 2022, Carlos Queiroz Marah Disebut Pakai Taktik Kotor

Jelang Iran vs Amerika Serikat di Piala Dunia 2022, federasi sepak bola Iran, dan pelatih tim nasional Iran, Carlos Queiroz menuntut Juergen Klinsmann

GIUSEPPE CACACE / AFP
Pelatih Iran Carlos Queiroz (tengah) menuntut Juergen Klinsmann dicopot dari kelompok studi teknis FIFA. (Giuseppe CACACE / AFP) 

TRIBUJABAR.ID - Jelang Iran vs Amerika Serikat di Piala Dunia 2022, federasi sepak bola Iran, dan pelatih tim nasional Iran, Carlos Queiroz menuntut Juergen Klinsmann dicopot dari kelompok studi teknis FIFA.

Mereka tak terima analisa Klinsmann yang menyebut pasukan Iran terbiasa bermain dengan taktik kotor karena itu memang sudah bagian dari budaya mereka.

“Itulah cara mereka melakukannya. Dan itulah mengapa Carlos Queiroz sangat cocok (dengan) tim nasional Iran,” kata Klinsmann saat jadi komentator BBC di laga Iran vs Wales.

Mantan pemain Jerman, dan pelatih Amerika Serikat dari 2011- 16 ini menilai, tim dari Amerika Tengah seperti Guatemala, Honduras, dan Kosta Rika punya budaya yang hampir serupa.

Baca juga: Jadwal Piala Dunia 2022 Dini Hari, Iran vs Amerika Serikat, Queiroz Atur Taktik Singkirkan The Yanks

Queiroz menyebut komentar Klinsmann keterlaluan. “Pernyataan tentang Budaya Iran, Tim Nasional Iran, dan Pemain saya adalah aib bagi sepak bola,” tulis Queiroz di Twitter.

Iran vs Amerika Serikat

Iran bakal melawan Amerika Serikat (AS) di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Rabu (30/11) dini hari WIB.

Di salah satu ruang rapat Hotel Al Rayyan, yang jadi tempat menginap pasukan Iran, pelatih Carlos Queiroz (69) menyusun rencana untuk memulangkan timnas Amerika Serikat dari Piala Dunia.

Kedua tim, yang merupakan musuh bebuyutan secara politis, bakal terlibat duel hidup mati pada putaran ketiga grup B di Stadion Al Thumama, Doha, Rabu (30/11) dini hari nanti.

Persaingan di grup B memang sangat panas. Keempat tim masih punya peluang lolos ke babak 16 besar.

Saat ini, Inggris masih di puncak dengan empat gol, diikuti Iran peringkat dua dengan tiga poin.

Amerika Serikat membuntuti dengan dua poin, dan Wales sebagai juru kunci dengan satu poin.

Iran bisa lolos untuk pertama-kalinya ke babak 16 besar dengan syarat menang, atau seri melawan AS --asalkan Wales kalah dari Inggris.

Sementara, tim Paman Sam mutlak harus mengalahkan Iran agar bisa melenggang ke sistem gugur.

Skenario dari Quarez tentu saja membawa timnya menang. Dia tak mau berspekulasi jika hanya mengejar hasil imbang.

Pelatih berambut putih ini dikenal sebagai ahli taktik bertahan, kreatif, dan penyusun serangan balik yang mengejutkan.

Dia mengaku telah mengidentifikasi kelemahan Amerika dan mempersiapkan para pemainnya untuk bisa memberikan sengatan mematikan.

Selama 30 tahun karier kepelatihannya, pelatih asal Portugal kelahiran Mozambik ini telah bekerja di mana-mana dari New York hingga Nagoya, Jepang, dan dari Manchester United hingga Real Madrid.

Dan ke mana pun dia pergi, dia membawa ciri khasnya yakni pertahanan yang sangat rapat, dan serangan balik yang menyengat.

Ciri khas itu terlihat dalam konsep permainan Iran. Tim Melli biasa bertahan dengan menumpuk pemain di tengah lapangan, membatasi ruang, dan memotong jalur yang lewat.

Lawan Iran diberi banyak waktu untuk memilih umpan. Tapi strategi itu bisa berbalik bunuh diri jika lawan bisa mengantisipasi seperti yang dilakukan Inggris saat menghukum Iran 6-2 dalam laga pembuka (21/11).

Namun, ketika Iran berada dalam kondisi terbaiknya, strategi serangan balik ala Queiroz ini bisa sangat menyengat.

Ini terlihat ketika mereka memukul Wales 2-0 pada laga kedua lalu.

Kehadiran Striker Bayer Leverkusen, Sardar Azmoun saat melawan Wales memberi tim Carlos Queiroz lebih banyak ancaman menyerang.

Penyerang berusia 27 tahun itu tampak solid, dan saling mengisi dengan sang ikon, Mehdi Taremi yang tak seperti laga pertama, kini punya tandem yang buas, dan bisa diandalkan.

Tapi mereka akan mendapatkan tekanan hebat dari tim AS. Kendati belum meraup kemenangan, skuad asuhan Gregg Berhalter ini tampil menjanjikan ditopang pasukan muda yang energik, dan atletis.

Sepuluh pemain muda AS ini terbukti bisa menyulitkan tim Inggris dalam laga yang berakhir 0-0 (26/11).

Bahkan, andai tak membuang sejumlah peluang, mereka bisa meraih kemenangan pertama atas tim Tiga Singa sejak terakhir 1950 silam.

Weston McKennie dan Christian Pulisic menjadi monster yang meneror pertahanan Inggris.

Tendangan Pulisic membentur mistar, dan Inggris beruntung punya kiper Jordan Pickford yang membuat beberapa penyelamatan gemilang.

Apa yang benar-benar menonjol dari The Yanks ini adalah kecepatan, dan kekuatan dari para pemain mudanya.

Para bek sayap, Sergino Dest, dan Antonee Robinson dari Fulham rajin menusuk dari samping, sementara Tyler Adams menjaga kedalaman di lini tengah.

Pukulan bagi Iran, mereka kehilangan gelandang serang andalan, Alireza Jahanbakhsh.

Pemain Feyenoord ini harus absen setelah mendapatkan kartu kuning kedua, gara-gara tendangannya ke kepala pemain Wales, Chris Mepham.

Sedang di kubu AS, pelatih Berhalter bisa leluasa menyusun skuad terbaik lantaran tak ada masalah pemain yang cedera, atau pun suspend. (Tribunnews/den)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved