Gempa Bumi di Cianjur
Ibu Muda di Pasir Ipis Cianjur Ini Trauma Dengar Kata Gempa Bumi, Anaknya Patah Kaki Perlu Ditangani
Wanita beranak satu tersebut mengungkapkan, hal itu ia rasakan setelah anaknya tertimbun bangunan saat gempa bumi yang menghantam Kabupaten Cianjur.
Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribunjabar, Adi Ramadhan Pratama
TRIBUNJABAR, BANDUNG - Jejet Eti (23), warga Kampung Pasir Ipis, RT 01/ RW 01, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, masih sangat trauma mendengar kata gempa bumi.
Wanita beranak satu tersebut mengungkapkan, hal itu ia rasakan setelah anaknya tertimbun bangunan saat gempa bumi yang menghantam Kabupaten Cianjur.
Dengan suara yang bergetar, Eti menjelaskan bahwa rumahnya sudah rubuh tak tersisa.
"Waktu itu saya sedang tidur di kamar dan anak saya sedang bermain di luar. Lalu gempa datang, saya langsung lari keluar, tapi anak saya tidak tahu ke mana."
Baca juga: Update Gempa Cianjur, Jumlah Korban Meninggal Bertambah Menjadi 321 Orang, 11 Orang Masih Hilang
"Beberapa detik kemudian, rumah saya langsung rubuh dan di situ saya panik," jelasnya kepada Tribunjabar.id saat ditemui di tenda posko, Minggu (27/11/2022).
Setelah tidak menemukan anaknya, Eti mengaku hampir pingsan dan sudah pasrah dengan apa yang terjadi.
"Kurang lebih setengah jam, suara anak saya baru terdengar di bawah reruntuhan."
"Dan suami saya langsung mengangkat bongkahan reruntuhannya, alhamdulillah masih selamat," katanya sambil menahan tangisan.
Walaupun selamat, anaknya yang berusia 3 tahun tersebut harus kehilangan kaki kanannya.
"Kemarin baru kami periksa kesehatan di sini, katanya kaki anak saya patah tulang."
"Dan sekarang hanya bisa diperban karena belum ada alat yang mumpuni," tambah Eti sambil berlinang air mata.
Selain itu, akses tranportasi yang sulit membuat ibu muda tersebut tidak membawa anaknya ke rumah sakit.
"Jauh, ditambah kendaraannya pun sulit buat bawa anak saya."
"Katanya minggu depan, tapi belum tahu benar atau tidak."
"Pengennya secepatnya, takut ada apa-apa kepada anak saya," ujar Eti. (*)