Tujuh Arah Ekonomi Baru Jabar Hadapi Resesi 2023 Versi Gubernur Ridwan Kamil

Ridwan Kamil memaparkan tujuh arah ekonomi baru Jabar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Inonesia 2023, di tengah bayangan ancaman resesi.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Giri
Istimewa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi narasumber dalam acara G20 Leaders Summit Side Event Dissemination of the G20 Development Working Group Outcome Documents di The Stones Entertainment Center Kuta, Bali, Senin (14/11/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memaparkan tujuh arah ekonomi baru Jabar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Inonesia 2023, di tengah bayangan ancaman resesi.

Sejumlah ekonom menyatakan optimisme bahwa Indonesia dapat melewati jurang resesi dengan baik.

Dalam seminar bertajuk INDEF: Outlook Ekonomi Indonesia 2023 di Unpad, Ridwan Kamil menyebut satu di antara sektor potensial di Jabar adalah ekspor dan neraca perdagangan Jabar positif dari bulan ke bulan.

Hal itu terlihat dari nilai ekspor Jabar yang mencapai USD 3,35 miliar di September 2022 atau naik 11,98 persen.

"Kami (Pemprov Jabar) siapkan tujuh arah ekonomi baru, yakni Jabar harus pusat investasi terbaik se-ASEAN. Kami diminta proaktif mendorong negara mitra agar mau berinvestasi di Indonesia, khususnya Jabar. Kedua, membangun ketahanan pangan, ketiga peningkatan kualitas layanan kesehatan berupa penguatan posyandu sebagai layanan kesehatan primer tak hanya untuk bayi, tapi dewasa," kata Ridwan Kamil, Kamis (17/11/2022).

Arah keempat, lanjutnya, peningkatan aspek manufaktur berbasis revolusi industri 4.0.

Baca juga: KCJB hingga Kini Belum Punya Nama, Ridwan Kamil Tanyakan Di Medsos, Kini Sudah Ada 16 Ribu Komentar

Sementara tiga arah terakhir ialah ekonomi digital, ekonomi hijau, dan penguatan pariwisata lokal.

"Kami saat ini berfokus pada penanganan berbagai masalah yang terjadi di Jabar. Maka kami mendorong akademisi berperan aktif untuk berkontribusi memberikan solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah di Jabar hadapi resesi 2023," ujarnya. 

Dalam seminar ini hadir pula pakar ekonomi Indonesia, Faisal Basri.

Menurutnya, permasalahan di bidang industri yang merupakan ujung tombak pembangunan seperti tulang punggung. Ketika tulang punggungnya bengkok, maka jalannya pun tak akan bisa cepat.

"Nah, industri 10 tahun lebih ini pertumbuhannya melandai alias menurun. Dan, hampir selalu bertumbuhnya di bawah PDB (produl domestik bruto). Jadi, akibatnya sumbangan industri dalam PDB menurun terus secara cepat," ujarnya.

Baca juga: Viral Dugaan Pungli di SMAN Bekasi, Gubernur Jabar Ridwan Kamil Turunkan Kadisdik untuk Penelusuran

Padahal, lanjut Faisal, industri ini menjadi penyumbang pajak terbesar sehingga pengaruhnya ketika industri sakit maka pajaknya pun menjadi sakit, sampa akhirnya angka pengangguran terkena.

"Kami teliti bebagai hal yang mencerminkan Jabar itu karena industri banyaknya di Jabar, tapi tak berarti apa yang saya sampaikan itu sam persis di Jabar. Sebab, industri ini sebenarnya tergantung pada beberapa hal, namun paling kuat ialah industri mamin (makan minum) dan kimia. Dua hal ini total non-migas, padahal ada 15 jenis industri dan struktur industri tak semakin matang juga tak tersebar," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved