Pentolan Bobotoh Persib Bandung Asal Ciamis, Adang Ija Tidak Setuju PSSI Dibekukan

Pentolan bobotoh Persib di Ciamis yang juga salah seorang pendiri Viking Galuh, Adang Ija tidak sepakat dengan desakan pembekuan PSSI.

Penulis: Andri M Dani | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Andri M Dani
Adang Ija, pentolan bobotoh Persib Bandung, asal Ciamis, tidak sepakat dengan desakan pembekuan PSSI. 

TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Pentolan bobotoh Persib di Ciamis yang juga salah seorang pendiri Viking Galuh, Adang Ija tidak sepakat dengan desakan pembekuan PSSI.

Seperti yang dilansir banyak media, Komnas HAM merekomendasikan agar Presiden membekukan PSSI menyusul terjadinya tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang telah merenggut ratusan nyawa.

“Tidak, saya tidak sepakat dengan desakan pembekuan PSSI. Sepak bola di tanah air harus jalan terus,” ujar pentolan bobotoh di Ciamis, Adang Ija kepada Tribun Jumat (4/11).

Bila PSSI sampai dibekukan, berarti segala macam kegiatan sepak bola di tanah air beku.

Baca juga: Direktur Akademi Persib Bandung Dapat Penghargaan dari Menpora, Ini Ternyata Alasannya

“Tidak ada event, tidak ada kompetisi. Liga tentu terhenti dengan sendirinya. Masa kejadian tahun 2015 (pembekuan PSSI menyusul perseteruan Menpora dengan PSSI) harus terulang kembali,” katanya.

Bila event dan kompetisi atau liga tidak jalan karena PSSI dibekukan, menurut Adang, banyak pihak yang kehilangan haknya. Banyak yang merasakan dampaknya.

“Masyarakat kehilangan haknya untuk menonton event sepak bola. Kehilangan haknya menghibur diri dengan menonton pertandingan sepak bola. Para suporter kehilangan haknya datang ke stadion mendukung tim kesayangannya ,” katanya.

Menurut Adang, banyak pihak yang akan merasakan dampaknya bila event dan kompetisi sepak bola tidak jalan gara-gara PSSI dibekukan.

“Terutama para pemain akan merasakan dampaknya. Mereka akan kehilangan pekerjaan, akan kehilangan kesempatan untuk berprestasi. Pelaku sepak bola, pemain, suporter, penggemar akan merasakan dampaknya. Sektor ekonomi, pajak, pedagang dan segala macam akan merasakan dampaknya,”ujar Adang.

Bila ada masalah, seperti terjadinya tragedi Kanjuruhan menurut Adang tidak perlu PSSI-nya yang dibekukan. “Kalau ada tikus di lumbung, jangan lumbungnya yang dibakar. Tapi tangkap saja tikusnya,” ungkapnya.

Kalau dalam tragedi Kanjuruhan ada pihak-pihak yang harus bertanggung jawab kenapa PSSI-nya yang harus dibekukan. Toh sudah ada Tim Gabungan Independent Pencari Fakta (TGIPF) untuk mencari fakta siapa-siapa saja yang harus bertanggungjawab.

“Jangan sia-siakan pengorbanan nyawa suporter. Sepak bola nasional harus lebih maju. Sepak bola jangan sampai mati. Kalau ada masalah, selesaikan saja permasalahannya,” ujar Adang Ija yang juga Koordinator Forum Pemuda Galuh, penggagas “Piala Tut Wuri Handayani” – Liga Pelajar di Ciamis yang rutin digelar setiap tahun sejak tahun 2004 lalu.

Hanya sempat terhenti selama 2 tahun gara-gara Covid pada tahun 2020 dan 2021 lalu. Tahun 2022 ini merupakan Kompetisi Sepak bola Tut Wuri Handayani yang ke-16 yang diikuti tim sepak bola tingkat SLTP dan SLTA di Ciamis.

Kalau PSSI sampai dibekukan, event-event sepak bola dan kompetisi sampai terhenti akibat pembekuan menurut Adang itu jelas bentuk pelanggaran HAM.

“Kami sebagai suporter akan kehilangan haknya untuk mendukung tim kesayangan. Selesaikanlah masalah tanpa perlu menimbulkan masalah baru,” harapnya.  (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved