Tragedi Arema vs Persebaya

Tragedi Arema vs Persebaya: Pengamat Sepak Bola Sebut Federasi juga Harus Tanggung jawab

PENGAMAT sepak bola Indonesia, Eko Noer Kristiyanto, mengatakan harus adanya evaluasi yang menyeluruh terkait kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjur

peneliti.balitbangham.go.id
Peneliti hukum di Kementerian Hukum dan HAM RI yang juga pengamat sepak bola, Eko Noer Kristiyanto, sebut federasi bertangung jawab dalam tragedi Areman vs Persebaya. 

TRIBUNJABAR.ID - PENGAMAT sepak bola Indonesia, Eko Noer Kristiyanto, mengatakan harus adanya evaluasi yang menyeluruh terkait tragedi Arema vs Persebayayang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).

Kerusuhan pada tragedi Arema vs Persebaya itu, ujarnya, kerusuhan yang sangat besar karena menelan korban jiwa jhingga ratusan orang.

Menurutnya, kehilangan satu nyawa saja tak boleh. "Apalagi ini sampai ratusan," ujarnya kepada Tribun saat mengomentari Tragedi Arema vs Persebaya, Minggu (2/10).

Oleh karena itu, ujar Eko, penghentian sementara perhelatan Liga 1 adalah keputusan yang sangat tepat dalam situasi ini.

Baca juga: Bobotoh Sampaikan Belasungkawa, Bonek Salat Gaib untuk Korban Tragedi Arema vs Persebaya

"Jangan dahulu ada sepakbola, jangan dahulu memikirkan kerugian ekonomi, sponsor televisi, dan lainnya. Kalau mau dimulai lagi (kompetisi), jelas harus ada perubahan signifikan dan serius," ujar peneliti hukum di Kementerian Hukum dan HAM RI, yang juga Ketua Tim Verifikasi Liga 1 2020, BOPI, ini.

Eko menilai publik juga sudah jeli dan bisa memberikan penilaian saat melihat melalui video-video yang beredar.

Rekaman video tentang adanya tembakan gas air mata di stadion, misalnya.

Sesuai aturan, aparat kepolisian tak diperbolehkan menembakkan gas air mata saat melakukan pengamanan di stadion.

"Lalu, apakah polisi saja yang salah? Kan enggak. Tapi, panpelnya juga kenapa bisa-bisanya enggak beritahu polisi bahwa gas air mata itu tak diperbolehkan, dan saya lihat kenapa suporter juga untuk apa turun ke lapangan, terlepas mereka alasannya ingin berikan motivasi atau protes, jelas itu enggak boleh.

"Selanjutnya, federasi juga harus tanggung jawab. Intinya, jika bicara salah siapa, tentu banyak pihak yang salah," ujar pria yang juga dikenal dengan sapaan Eko Maung ini.

Adanya korban jiwa dalam dunia sepakbola masih terus terjadi di Indonesia menurut Eko, harus membuat semua pihak yang terlibat benar-benar melakukan evaluasi.

"Menangani suporter jangan disamakan dengan yang menangani pendemo. Sepak bola itu lebih spesifik dan kaya akan karakter massanya," kata Eko.

"Jadi, harus dipertimbangkan SDM khusus, semisal polisi yang mendapat pelatihan khusus untuk menangani suporter sepak bola mulai cara persuasif, jangan langsung main hajar.

"Mereka juga harus didukung kelembagaan khusus yang dibentuk di Mabes Polri, dan mendapat anggaran serius juga, jangan tanggung," ujarnya

Terkait statuta FIFA yang bakal didapatkan Indonesia menyusul tragedi yang memikukan ini, Eko menyebut, dalam kasus-kasus sebelumnya biasanya berupa sanksi.

"Tapi, ini (kasus) kan kompleks ya, tergantung pada lobi-lobi dan penjelasan para petinggi. Tapi, kalau normatifnya, Indonesia harusnya dikucilkan dari pergaulan sepakbola internasional. Yang jelas, pak Presiden sudah menyampaikan pernyataannya, dan otomatis semua harus patuh," katanya. (muhamad nandri prilatama)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved