Makam Pahlawan di Majalaya Bandung Nampak Menyedihkan, Tak Terurus hingga Sebagian Bentengnya Ambruk
Makam Pahlawan di Kampung Kondang, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, nampak tak terurus, terdapat beberapa titik benteng yang roboh.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Makam Pahlawan di Kampung Kondang, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, nampak tak terurus, terdapat beberapa titik benteng yang roboh.
Beberapa bagian benteng penghalang makam terlihat roboh, lalu dihalangi oleh bambu. Beberapa bagian temboknya terkelupas, dan catnya sudah pudar, hingga terlihat kumuh.
Padahal makam tersebut merupakan makam orang yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Banyak yang Ziarah ke Makam Brigadir J, Samuel Hutabarat: Asal Bukan untuk Bikin Konten Tak Pantas
Dari Informasi yang didapat, yang dimakamkan di tempat tersebut kebanyakan dari TNI dan Laskar Wanita Indonesia yang gugur saat memperjuangkan kemerdekaan dan korban DITII.
Di bagian depan, area makam pahlawan yang berukuran sekitar 16x 20 meter tersebut, digunakan tempat parkir motor oleh warga setempat dan siswa yang sekolahnya berdekatan dengan makam tersebut.
Selain itu di samping dan belakang makam pahlawan, terdapat pemakaman umum atau warga setempat.
Untuk di bagian dalam pemakaman, tak ada rumput liar terlihat bersih karena kerap dibersihkan oleh juru pelihara. Namun, terdapat makam yang keramiknya terkelupas.
Di sana terlihat tugu yang berdiri tegak, dan terlihat lebih rapih dan bersih karena telah dicat, berbeda dengan bagian depan atau benteng area makam pahlawan tersebut.
Juru Pelihara Makam Pahlawan Kondang Majalaya, Adeng (70), mengaku sampah dan rumput liar kerap ia bersihkan.
Baca juga: Bikin Terenyuh, Remaja Yatim Piatu Ini 2 Bulan Tinggal di Makam Ayahnya, Tidur Beralaskan Sajadah
"Tapi kalau untuk memperbaiki benteng dan lainnya, saya belum mampu. Jadi inisiatif saya, di benteng yang doboh dihalangi bambu saja gitu," kata Adeng, saat ditemui di makam tersebut, Selasa (30/8/2022).
Adeng mengatakan, kalau rumput dan lainnya selalu ia bersihkan, meski upah yang didapat dari pemerintah tak seberapa.
"Itung-itung ibadah saja, apalagi kan yang dimakamkan di sini merupakan pahlawan. Kalau tak ada mereka bagaimana nasib kita sekarang," kata Ade.
Adeng mengaku, memang prihatin dengan kondisi benteng atau banguan makam ini.
"Ya, inginnya mah dibenerin di cat, sebab kadang malu karena terlihat di luar seperti yang tak terurus. Tapi, kan saya tak punya anggarannya, tugu aja dicat oleh warga," tuturnya.
Adeng berharap, perintah bisa turun tangan, untuk memperbaikinya, sebab jika menggunakan upahnya yang diberi pemerintah mana cukup.
"Saya diberi honor oleh pemerintah untuk memelihara ini, pertiga bulan Rp 1,5 juta, jadi Rp 500 ribu perbulannya. Semoga ini bisa cepat diperbaiki," kata Adeng.
Baca juga: Ikuti Kirab Ziarah Hari Jadi ke-653 Cirebon, Ratusan Orang Jalan Kaki ke Makam Sunan Gunung Jati
Adeng mengaku, sudah lama menjadi juru kunci atau juru pelihara makam pahlawan tersebut, namun diberi SK oleh pemerintah sejak tahun 2007.
"Jadi jaga ini turun temurun, dari ayah saya, saya lupa tahun berapa awalnya namun awal diberi SK tahun 2007. Benteng ini dibangun tahun 2005, sampai sekarang belum ada perbaikan," kata dia.
Sebelumnya kata Adeng, hanya dihalangi oleh ram kawat, dan ia pun tak menerima honor.
"Namun setelah mendapat SK ia baru mendapatkan honor. Saya mah itung-itung ibadah saja, jaga ini mah," ucapnya.
Adeng menjelaskan, adapun benteng atau tembok yang hancur, serta keramik makam yang terkelupas, sebab dulu daerah tersebut kerap dilanda banjir.
"Kami sudah laporan ke Desa ke Pemkab, tapi masih belum ada respon," tuturnya.
Adeng mengatakan, adapun yang dimakamkan di rempat tersebut, merupakan Korban perang DITII dan Perang kemerdekaan.
"Orang Majalaya ada, orang Kalimantan, Cianjur, Subang, Bekasi, Bogor karena ada keluarganya yang ziarah," kata Adeng.
Sekarang kata Adeng, pahlawan yang ditempat tersebut, ada sebanyak 13 orang.
"Sebab pada tahun 1963 ada yang dipindahkan pemakamannya oleh keluarganya masing-masing, dan tahun 1972, makam Laswi, sebanyak 18 peti dipindahkan oleh keluarganya masing-masing," ucapnya.