Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Muhammad Luthfi: Cari Inspirasi dari 7 Presiden RI
Latar belakang pendidikan sebagai teknokrat tak mebuat Muhammad Luthfi ST MSI gagap terhadap politik.
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - LATAR belakang pendidikan sebagai teknokrat tak mebuat Muhammad Luthfi ST MSI gagap terhadap politik.
Lewat kepemimpinannya, PKB meraup suara terbanyak di Kabupaten Cirebon.
Ini pula yang membuatnya kemudian mendapat amanah untuk menjadi Ketua DPRD Cirebon.
Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Bupati Cirebon H Imron Rosyadi, Jadi Bupati Itu Cobaan
Berikut petikan wawancara khusus Pemimpin Redaksi Tribun Jabar, Adi Sasono, dengan Muhammad Luthfi, belum lama ini.
Tujuh gambar Presiden RI dipajang ruang kerja Ketua DPRD Kabupaten Cirebon. Kenapa?
Saya perlu mencari banyak inspirasi, karena hari ini dan mungkin sampai 20 tahun ke depan konsentrasi saya di ruang politik sehingga inspirasi yang harus dibangun adalah maestro-maestro politik.
Maestro politik Indonesia ya beliau bertujuh ini, karena sudah melewati semua proses-proses politik.
Kata orang bijak, politik itu ada dua.
Pertama, bagaimana bisa merebut kekuasaan. Kedua, bagaimana mengelola kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat.
Dari ketujuh presiden ini, siapa yang paling melekat di hati?
Ketujuhnya melekat, karena memberi warna buat saya. Pak Karno. Beliau itu begitu lahir langsung jadi politisi.
Pak Karno lahir 1901 dan di umur 27 tahun sudah membuat partai yang namanya PNI, sedangkan sekretarisnya Cipto Mangunkusumo yang umurnya jauh lebih tua.
Bayangkan, umur 27 tahun sudah punya visi bagaimana cara mengelola bangsa, salah satunya dengan mendirikan partai politik, mungkin saat itu dijadikan sebagai kendaraan untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia.
Itu bisa memberi banyak inspirasi bagi kita tentang konsep politiknya Soekarno untujk memastikan Indonesia merdeka pada 1945.
Baca juga: Wawancara Eksklusif Tribun Jabar, Bupati Cirebon H Imron Rosyadi: Awal Pandemi Paling Menyakitkan
Bagaimana dengan yang lain?
Kalau Pak Harto, Bapak Pembangunan, terlepas dari semua pro kontranya, melalui program repelita, banyak yang dikerjakan.
Pembangunan pertanian jelas, pembangunan infrastruktur juga jelas, dan kondisi kita di daerah juga tidak lepas dari pembangunan era beliau.
Selanjutnya Pak Habibie ini teknokrat sejati, kalau feel saya tidak hanya itu karena kecerdasannya di ruang ekonomi mampu menekan dolar dari Rp 17 ribu hanya menjadi Rp 8 ribu dalam waktu satu tahun.
Mungkin orang tahunya beliau teknokrat tapi tanpa kecerdasan ekonomi yang luar biasa enggak mungkin bisa dia melakukan itu.
Pak Kiai Gus Dur, dengan semua kontroversinya bisa menggeser peradaban, bukan berubah tapi menggeser tatanan-tatanan kehidupan bangsa ini dalam waktu 1,5 tahun.
Semasa kepemimpinan Gus Dur berubah drastis, dari mulai pemisahan TNI dan Polri, dileburnya beberapa kementerian, dan lainnya. Setelah itu, ada Bu Mega sebagai Presiden RI perempuan pertama, kemudian SBY dan Pak Jokowi.
Mereka semua punya warna masing-masing, jadi kalau disuruh pilih salah satu saya bingung.
Sebelum menjadi politisi, Kang Luthfi dulu cita-citanya menjadi apa?
Saya terlahir di keluarga yang lebih nasionalis. Bapak saya pegawai BUMN yang kebetulan setiap 2 tahun mutasi.
Saya kuliah di STT Telkom Bandung, lulus pada 2000, dan sempat bekerja di beberapa konsultan karena basic-nya teknik elektro sampai 2009.
Baca juga: Wawancara Eksklusif, Ketua KPU Jabar, Rifqi Ali Mubarok, Masih Banyak Data Ganda di Pemilu 2024
Ini masa transisi, jadi waktu itu saya diminta membantu kawan di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal bersama Kang Helmy Faishal Zaini.
Waktu itu, saya masih belum paham politik, tapi saya mulai melihat warna-warna politik.
Pada 2013, ada perintah yang saya susah menolaknya untuk nyalon bupati.
Saya menolak karena bukan politisi, dan saya memang lahir di Cirebon tapi sudah 25 tahun meninggalkan Cirebon. Kalau diukur popularitasnya masih di bawah satu persen.
Singkat cerita, enggak bisa ditolak dan maju, kemudian ada banyak dinamika dalam prosesnya dan nyalonnya waktu itu enggak terlalu serius belum sepenuh hati, bahkan masih mencari cara kalau bisa saya mundur.
Waktu itu, yang terpilih Pak Sunjaya dapat 27 persen, dan saya 20 persen, hanya selisih 7 persen.
Apa yang Kang Luthfi lakukan setelah itu?
Setelah kalah itu saya nganggur satu tahun karena memang enggak mau kerja. Tapi saya berpikir, apakah ini jalan hidupnya harus masuk ruang politik? Akhirnya memutuskan, bismillah untuk menekuninya.
Kan, siapa tahu memang ini jalan hidup saya.
Pada 2015, ada muscab PKB di Kabupaten Cirebon dan iseng-iseng ikut terpilih sampai akhirnya terpilih sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Cirebon.
Dari situ akhirnya mulai mendalami politik, dan pada 2018 dipaksa maju Pilbup lagi dengan kesiapan yang sangat tidak memadai, bahkan secara finansial juga enggak siap juga.
Sebenarnya PKB sudah mengusung calon lain tapi si calon ini membatalkan menggunakan PKB sehingga jomblo meski mempunyai delapan kursi DPRD tapi tidak mencalonkan siapa-siapa.
Baca juga: Wawancara Khusus Kuasa Hukum Bharada E: Eksekusi Brigadir J sambil Tutup Mata, Ketakutan karena Ini
Saya disuruh maju, dan di hari terakhir pendaftaran calon salah satu paslon melepas satu partai lagi, Nasdem, akhirnya koalisi dengan PKB dan mendaftar pada pukul 23.30 WIB karena tutup jam 00.00 WIB.
Selesai pendaftaran, besoknya kita stres karena jadi calon bupati enggak memegang duit.
Di hari pencoblosan kalah, kami dapat 26 persen dan petahana dapat 30 persen, selisihnya 4 persen, tapi enggak masalah karena modal nol.
Pada Pemilu 2019, saya maju tapi ini sudah dipersiapkan panjang termasuk pemetaannya, dan hasilnya PKB menjadi partai pemenang meraih 220 ribu suara.
PKB dapat 10 kursi DPRD dan posisi Ketua DPRD Kabupaten Cirebon sampai sekarang.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ketua-dprd-kabupaten-cirebon-muhammad-luthfi.jpg)