Warga Citepus Kabupaten Bandung Kini Bisa Kelola Sampah Mandiri, Lebih Cepat dengan Alat Baru

Warga RW 01 dan RW 06, Citepus, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, kini bisa mengelola sampah mandiri.

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Lutfi Ahmad Mauludin
Alat pengolah sampah di Citepus, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat (19/8/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Warga RW 01 dan RW 06, Citepus, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, kini bisa mengelola sampah mandiri.

Sampah-sampah dari setiap rumah yang ada di dua RW tersebut diangkut dengan menggunakan gerobak ke tempat pengelohan.

Di tempat tersebut sampah dipilah, mulai sampah plastik, organik, dan lainnya.

Sebab adakalanya warga belum menyadari akan pemilahan sampah.

Sampah plastik yang tak memiliki nilai ekonomi, dimasukkan ke dalam alat pengolah sampah, hingga tersisa abu.

Walau demikian tak menimbulkan asap yang berlebih karena menggunakan alat yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.

Baca juga: Dukung Kelestarian Lingkungan, Isuzu Serahkan Mobil Operasional Bank Sampah Latanza di GIIAS 2022

Alat pengelolaan sampah tersebut difasilitasi oleh Satgas Citarum Harum Sektor 7, bekerja sama dengan warga dalam pengolahan sampah rumah tangga di dua RW tersebut.

Seorang warga yang menjadi pengelola sampah, Dadan (42), mengaku sangat terbantu dengan adanya alat tersebut. Sebab alat ini lebih efektif jika dibandingkan alat sebelumnya.

"Kalau yang dulu mesinnya besar, tapi mengolah sampahnya lama. Tiga karung sampah saja bisa makan waktu tiga hari. Kalau yang sekarang, jauh lebih cepat," kata Dadan, di tempat pengolahan sampah, Jumat (19/8/2022).

Dadan mengatakan, untuk mengolah sampah tiga karung dengan alat yang baru ini, meski ukuran alatnya lebih kecil, bisa selesai satu hari jika dicampur dengan sampah basah.

"Kalau dipilah, hanya sampah kering, hitungan jam juga selesai," ujar Dadan.

Bahan bakarnya, kata Dadan, hanya oli bekas dan air.

"Jadi lebih hemat juga," kata dia.

Baca juga: Kecelakaan Maut di Tasikmalaya, Seorang Pengendara Motor Meninggal Terlindas Truk, Ini Identitasnya

Kalau mesin yang dulu berbahan bakar solar dan listrik.

Dadan menjelaskan untuk mulai pengolahan sampah menggunakan satu botol oli dan tiga botol air. Oli tersebut di masukkan ke dalam wadah khusus dan dibakar.

"Sedangkan fungsi air, untuk membentuk uap dan memberikan tekanan," katanya.

Sehingga meski sampah tersebut dibakar, kata Dadan, tak mengeluarkan asap yang banyak seperti dibakar biasa secara langsung karena menggunakan alat tersebut.

"Yang dimasukkan ke alat ini juga hanya sampah yang telah dipilah, kebanyakan sampah plastik yang tidak bernilai ekonomi," kata dia.

Selintas, alat tersebut terlihat seperti drum yang dilas dengan ditumpuk, tapi di bawahnya terdapat pembakaran dengan menggunakan oli, dan air untuk menciptakan uap dan mendorong api ke atas.

Dansektor 7 Satgas Citarum Harum, Kolonel Inf  F.X Sri Wellyanto, mengungkapkan, sampah memang menjadi masalah di hampir semua sektor.

"Alasan Dinas Lingkungan Hidup, armada terbatas dan lainnya. Salah satu alternatifnya ya dikelola," kata Wellyanto.

Wellyanto mengatakan, dengan dikelola seperti itu, dirasa efektif karena bisa mengurangi penumpukan sampah.

Sedangkan alat yang dipakai sekarang adalah karya Babinsa Kabupaten Bogor.

"Ke depan, alat itu akan di perbanyak, diukur dari data masing-masing wilayah di bawah Sektor 7," kata Wellyanto. "Ke depan sisa sampah bisa digunakan untuk pupuk, paving block atau yang lainnya," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved