Udjo Reborn, Acara Meriah Sebagai Ucapan Terima Kasih dari Saung Angklung Udjo pada Para Penyelamat
Setelah dua tahun vakum akibat Pandemi Covid-19, Saung Angklung Udjo (SAU) kembali menggeliat. Sabtu dengan menggelar acara monumental, Udjo Reborn.
Penulis: Adi Sasono | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Setelah dua tahun vakum akibat Pandemi Covid-19, Saung Angklung Udjo (SAU) kembali menggeliat.
Pada Sabtu (30/7/2022) malam, SAU menggelar acara monumental, Udjo Reborn.
Acara yang dipusatkan di Bale Mandapa SAU di Jalan Padasuka Bandung itu memilih tema 'The Rise of Java Tourism' diawali makan malam untuk para undangan dengan menu tradisional.
Beberapa menit menjelang pukul 20.00 WIB, acara utama hasil kerja bareng SAU dan BRI itu dimulai.
Diawali dengan Angklung Buhun yang menggambarkan upacara pemanggilan Dewi Sri (dewi kesuburan), diikuti tarian Kuda Barong dan Heularan yang biasanya dimainkan saat khitanan.
Ketiga tarian itu dimainkan secara berturut-turut seperti sebuah rangkaian, dengan jeda yang sangat tipis.
Setelah jeda, puluhan personel polwan dan kowad berseragam mengambil alih panggung pertunjukan.
Dengan masing-masing memegang angklung, mereka terlibat dalam komposisi medley beberapa lagu, antara lain Manuk Dadali dan lain-lain.
"Kolaborasi ini menunjukkan bahwa kami, TNI dan Polri, selalu bekerja sama menjaga negara Indonesia ini tetap ada dan bertahan sampai kapanpun," kata Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana mengomentari kolaborasi itu.
Beberapa penampilan lain musik yang didominasi bunyi-bunyian angklung dan arumba ikut menghentak dan mengundang tepuk tangan para penonton Udjo Reborn. Medley tiga lagu ABBA, Chiquitita, Fernando dan Dancing Queen menjadi terasa unik di telinga gara-gara bunyi-bunyian arumba dikawinkan dengan alat musik modern.
Soal Udjo Reborn, Pimpinan SAU, Taufik Hidayat Udjo menjelaskan, acara malam itu digelar khusus sebagai ungkapan terima kasih pada sejumlah orang baik hati yang telah menyelamatkan SAU dari kehancuran.
Anak laki-laki pendiri SAU, Udjo Ngalagena, itu menceritakan bagaimana SAU menderita dan hampir kolaps saat selama dua tahun diterpa pandemi Covid-19.
Ia menuturkan, sebelum pandemi, kunjungan bisa mencapai 2 ribu tamu per hari dan bisa menggelar delapan pertunjukan sehari.
"Saat pandemi, semua habis. Datang dua tamu sehari pun kami sudah bersyukur. Bagaimana bisa menghidupi anak-anak kami?" kata Kang Taufik merujuk anggota saung yang berjumlah sekitar 500 orang itu.
Tak lupa ia menceritakan bagaimana kedua orang tuanya mendirikan saung itu dan dimulai bersama 10 anaknya. "Sampai mencapai 500 orang saat ini. Sebagian sudah kembali ke sini, sebagian lagi belum," imbuhnya.
Atas kembalinya panggung SAU, Kang Taufik pun menyebut satu per satu orang yang dianggapnya sangat berjasa, antara lain Kapolda Jabar Suntana dan Dedi Sjahrir Panigoro (DSP).
"Pak DSP langsung membantu begitu mendengar Saung Angkung Udjo mau kolaps. Tanpa mereka, tidak bisa dibayangkan bagaimana nasib Saung Angklung Udjo," kata Kang Taufik. (adi sasono)