Suporter Bola Doyan Bikin Rusuh dan Rugikan Tim, Sosiolog: Tindakan Komunal yang Tidak Terkontrol

Dalam dunia sepak bola, keberadaan suporter sangat penting. Bahkan, mereka dianggap sebagai pemain ke-12 karena keberadaannya.

Editor: Giri
Tribunjabar.id/Deni Denaswara
Suporter Persib Badung atau bobotoh memenuhi tribun saat Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya di Piala Presiden 2022, di Stadion GBLA, Jumat (17/6/2022). Keberadaan suporter sangat penting bagi tim, juga bisa merugikan karena tindakannya. 

TRIBUNJABAR.ID - Dalam dunia sepak bola, keberadaan suporter sangat penting. Bahkan, mereka dianggap sebagai pemain ke-12 karena keberadaannya.

Namun, di sisi lain, suporter juga bisa sangat merugikan.

Tim bisa mengeluarkan uang banyak karena "dosa" suporter melekat pada tim.

Jika suporter melakukan kesalahan dalam pertandingan, maka menjadi tanggung jawa tim.

Tetapi, meski sudah sering diimbau agar tak melakukan kesalahan yang sama, suporter kerap tutup telinga dan kembali melakukannya.

Tidak jarang, terjadi peristiwa negatif seperti kegaduhan antar-pendukung tim yang berlawanan, maupun rusuh antartim pendukung dan pihak penyelenggara, hingga bisa berakhir menimbulkan korban luka-luka, bahkan kehilangan nyawa.

Terbaru tentu saja peristiwa yang terjadi di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung.

Dua bobotoh kehilangan nyawa karena berdesak-desakan berebut untuk masuk stadion.

Baca juga: Kiper PERSIB Teja Paku Alam Patah Tulang Hidung saat Gim Internal, Hari Ini Setahun Lalu

Sosiolog, pengamat, sekaligus fansepak bola nasional, Mohammad Ghofur, mengatakan, hal yang terjadi pada para suporter sepak bola ini beragam sekali faktor pemicunya.

Terlebih hal ini terjadi dalam sebuah kelompok dengan massa yang banyak.

Bobotoh menyalakan flare saat Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya di Grup C Piala Presiden 2022, Jumat (17/6/2022).
Bobotoh menyalakan flare saat Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya di Grup C Piala Presiden 2022, Jumat (17/6/2022). (Tribun Jabar / Deanza)

“Suporter sepak bola, dalam kerumunan suporter cenderung memiliki tindakan komunal yang tidak terkontrol, dibanding mereka sebagai individu,” kata Ghofur kepada Kompas.com, Sabtu (18/6/2022).

Sedangkan, mengenai persoalan fanatisme para suporter, Ghofur mengatakan, basisnya bisa beragam. Misalnya faktor kedaerahan, klub yang didukung, atau bisa juga preferensi kenyamanan individu untuk bergabung dalam sel-kultur tertentu, seperti gaya ultras atau gaya hooligan dan lain sebagainya.

“Level fanatisme suporter untuk mendukung klub sepak bola kebanggaannya di Indonesia memang cukup besar,” kata dia.

Meski demikian, menurut Ghofur, kerusuhan atau suasana gaduh yang terjadi di antara suporter sepak bola tak selalu terjadi pada setiap kelompok dan setiap pertandingan digelar.

“Tentang suporter yang bikin gaduh dan rusuh, tolong jangan “digebyah-uyah”, semua suporter begitu,” ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved