Kejar Gaji Rp 23 juta di Korea Selatan, Ribuan Warga Daftar Pekerja Migran ke BP2MI di Jatinangor
Ribuan muda-muda mendaftar jadi pekerja migran ke Korea Selatan untuk pekerjaan di sektor manufaktur dan perikanan
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID,SUMEDANG-Ribuan muda-muda mendaftar jadi pekerja migran ke Korea Selatan untuk pekerjaan di sektor manufaktur dan perikanan dengan metode government to government.
Proses verifikasi pendaftaran digelar di kampus Universitas Koperasi Indonesia atau Ikopin di Jatinangor, Sumedang, Selasa (12/4/2022).
Pantauan Tribun, warga yang mendaftar untuk jadi pekerja migran di Korea Selatan didominasi laki-laki dan perempuan muda dari sejumlah daerah di Jabar. Seperti Indramayu, Cirebon hingga Lampung.
Datang ke Jatinangor, umumnya mereka berangkat sejak sahur bahkan ada yang menginap di sekitar Jatinangor. Total yang verifikasi pendaftaran ini mencapai 1.200 orang.
Baca juga: BP2MI Tawarkan Warga Desa di Bandung Peluang Kerja di Luar Negeri, Resmi Difasilitasi Negara
Dalam proses pendaftaran ini, mereka melamar untuk posisi di bidang perikanan hingga manufaktur. Untuk bisa melamar, mereka harus punya sertifikasi kompetensi terkait keahlian di bidang yang dilamar.
Pendaftar ini juga tergabung dalam berbagai lembaga pendidikan keterampilan (LPK) di masing-masing daerah.
"Ini tuh masih proses awal, baru verifikasi dokumen. Prosesnya masih panjang," kata Tasrif (27) warga Kroya, Indramayu yang turut mendaftar.
Setelah proses ini, kata dia, mereka akan menjalani serangkaian tes. Salah satunya tes bahasa Korea hingga tes skill.
"Ada tes nya. Bahasa Korea dari menulis dan mendengar, katanya langsung dari perusahaan. Setelah lolos, baru tes skill," ucapnya.
Tes skill itu, umumnya mereka dapatkan lewat LPK yang mereka jalani selama beberapa waktu tertentu.

Rahmat (26) turut mendaftar jadi pekerja migran karena tergiur dengan gaji fantastis. Ada teman dan keluarganya yang sudah bekerja di Korea dan berbagi cerita soal penghasilan.
"Tergiur gaji. Gimana tidak, gaji pokoknya Rp 23 juta. Makanya saya kerja keras persiapkan diri agar lolos," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani memastikan tidak akan ada perkeliruan dalam proses seleksi.
"Dulu sekali sempat ada jual beli seat puluhan juta per seat. Yang lulus siapa yang berangkat siapa. Kali ini saya pastikan tidak ada, siapa yang lulus dia yang berangkat," katanya.
Dengan melihat potensi gaji yang didapat para calon pekerja migran Indonesia di Korea mencapai Rp 23 juta, sekaligus menegaskan bahwa pekerjaan pekerja migran tidak lagi bercitra rendahan.
"Kita harus bangun persepsi bahwa pekerja migran itu pekerjaan yang hebat, bagaimana tidak, mereka turut menyumbang devisa bagi negara," katanya