Apa Itu Varian XE? Varian Baru Corona Muncul di Inggris, Epidemiolog: Waspadai Gelombang Ketiga
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) baru-baru ini melaporkan adanya varian baru virus Corona di Inggris, yang sementara ini disebut sebagai varian XE.
TRIBUNJABAR.ID - WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) baru-baru ini melaporkan adanya varian baru virus Corona di Inggris, yang sementara ini disebut sebagai varian XE.
Menurut laporan NDTV, Minggu (3/4/2022), WHO meyakini bahwa XE adalah rekombinan atau gabungan dari subvarian Omicron BA.1 dan BA.2.
Badan Kesehatan Inggris menyampaikan, varian XE pertama kali terindentifikasi pada 19 Januari 2022, dengan 637 kasus yang sudah teridentifikasi terpapar varian ini.
Lebih menular dari Omicron
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan, data awal menunjukkan bahwa varian XE lebih menular dari subvarian Omicron BA.2.
Akan tetapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui karakteristik varian tersebut.
"Berdasarkan data awal didapati bahwa kemampuan penularan omikron XE sekitar 10 persen lebih tinggi dari subvarian Omicron BA.2," kata Wiku dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa kemarin.
Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, bila varian XE memiliki daya tular 10 persen dibandingkan BA.2, maka virus ini 40 persen lebih cepat daripada varian Delta terkait penyebarannya.
"Sekali lagi ini membuktikan bahwa di tengah euforia dunia terhadap pandemi Covid-19, (temuan ini) mengingatkan kembali bahwa kita tidak bisa abai, tidak bisa longgar yang tidak terkendali," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin lalu.
Dicky mengemukakan, Inggris merupakan salah satu negara dengan surveillance genomic atau pengawasan genomik yang terbaik sehingga temuan varian XE ini pun lebih cepat dideteksi.
Kemampuan deteksi genome virus dengan cepat juga dimiliki oleh beberapa negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
"Pada negara-negara yang terbatas surveillance genomic-nya seperti Indonesia, kita harus waspada untuk selalu melihat perkembangan global," ujarnya.
Belum terdeteksi di Indonesia
Wiku mengatakan, hingga saat ini varian XE belum terdeteksi di Indonesia.
Meski demikian, pemerintah terus memantau perkembangan varian XE dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak takut berlebih terhadap Varian XE.
Sebab, rekombinasi pada virus bukan hal yang baru dan sudah banyak terjadi.
"Ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita," kata Wiku.
Selain itu, Wiku meminta masyarakat untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri dan orang di sekitarnya dengan tetap menggunakan masker dengan benar selama beraktivitas di luar rumah untuk mencegah penularan virus.
"Kita jaga kondisi ini dengan semangat gotong royong dan rasa penuh tanggung jawab atas peran masing-masing bukan tidak mungkin kita bisa mempertahankan kondisi yang kondusif ini dan tidak kembali mengalami lonjakan kasus," ucapnya.
Data lain mengenai keparahan varian XE saat ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
Dicky juga memprediksi akan ada varian virus corona baru hasil dari gabungan dua varian yang berbeda.
"Kecenderungan ke depan penyakit Covid akan muncul banyak varian rekombinan, yang lebih cepat menular dan dominan infesi di saluran napas atas," tuturnya.
Lantas, apa yang bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi mencegah penyebaran varian XE?
Menjawab hal ini, Dicky menyarankan agar pemerintah terus mengejar cakupan vaksinasi Covid-19 pada masyarakat, baik dosis kedua maupun booster.
Upaya 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas masih sangat diperlukan.
"Sekali lagi saya menegaskan Omicron bukanlah varian terakhir, termasuk gelombang ketiga Omicron kemarin bukanlah gelombang terakhir."
"Bahwa ke depan akan ada potensi varian baru (ataupun) gelombang baru tetap ada," ujarnya.
"Namun kita harus minimalkan risiko, dengan mitigasinya adalah terus menjaga leveling PPKM, tidak mesti sampai level 3 atau 4 tapi setidaknya bisa tetap dijadikan sebagai payung untuk efektivitas 3T," sambung dia.
Menurut Dicky, testing, tracing, dan treatment atau 3T tidak boleh menurun, terutama yang sifatnya surveillance terhadap penyebaran virus.
Kemudian, kebijakan untuk menekan angka kasus infeksi juga harus terus dijalankan setidaknya sampai status pandemi Covid-19 dicabut.
"Kita harus konsisten dengan kriteria, indikator yang dimiliki untuk jadi patokan bahwa kapan dilakukan pelonggaran, kapan dilakukan pengetatan," jelasnya.
Berkaitan dengan mencegah penyebaran varian XE di Indonesia, kata Dicky, kriteria pengetatan yang dilakukan pemerintah juga harus konsisten.
Terlebih, saat ini sudah mulai memasuki arus mudik di mana terjadi pergerakan masyarakat dan akan lebih banyak interaksi.
Ia menilai saat ini situasi status imunitas di Indonesia sudah baik, tapi cakupan vaksinasi pun tetap harus dipenuhi.
"Di semua aspek, kejar cakupan vaksinasi karena bagaimanapun tanpanya kalau varian baru ini (mutasi) Omicron (diduga) akan mengikuti karakter dari leluhurnya."
"Dan kita tahu pada Omicron ini booster menjadi sangat penting sehingga itu yang harus kita kejar," kata Dicky. (*)