Mayat Bergelimpangan di Jalanan Kota Bucha, Tempat Rusia Disebut Lakukan Pembantaian Warga Sipil
Ukraina dan sekutunya menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di wilayah yang sempat mereka kuasai itu, setelah meluncurkan invasi
TRIBUNJABAR.ID, BUCHA - Rusia baru-baru ini dituduh melakukan pembantaian kepada warga sipil di Bucha, wilayah pinggiran Ibu Kota Kyiv, Ukraina.
Dilansir Al Jazeera, mayat warga sipil dalam posisi berbaring telungkup bergelimpangan di jalanan Bucha.
Diketahui, kota ini berada di bawah pendudukan Rusia hingga pekan lalu.

Ukraina dan sekutunya menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di wilayah yang sempat mereka kuasai itu, setelah meluncurkan invasi pada 24 Februari lalu.
Meski Rusia telah menyangkalnya, saksi mata mengungkap kronologi bagaimana salah satu pembunuhan terjadi.
Kepada Al Jazeera, Hanna Herega, seorang warga Bucha mengaku menyaksikan seorang pria dihabisi oleh pasukan Rusia.
"Dia pergi untuk mengambil kayu ketika tiba-tiba mereka (pasukan Rusia) mulai menembak. Mereka memukulnya sedikit di atas tumit, meremukkan tulang, dan dia jatuh," kata Herega.
"Penembak berteriak: 'Jangan berteriak atau saya akan menembak!' dan mereka berpaling. Kemudian mereka menembak kaki kirinya sepenuhnya, dengan sepatu bot."
"Kemudian mereka menembaknya di seluruh sisi ini (di dada). Dan tembakan lain sedikit di bawah pelipis. Itu adalah tembakan terkontrol ke kepala," tambahnya.
Jaksa Agung Ukraina mengatakan, sebanyak 410 mayat warga sipil telah ditemukan sejauh ini di wilayah sekitar Kyiv.
Sebelum mengumpulkan jasad korban, pihak berwenang memotret dan mendokumentasikannya sebagai bukti yang bisa dijadikan dasar penyelidikan dugaan kejahatan perang oleh Rusia.
"Kami akhirnya memiliki kesempatan untuk mencatat apa yang terjadi di sini, semua ini akan (digunakan) untuk mempresentasikan kasus kami," kata Wali Kota Bucha, Anatoly Fedoruk.
Menurut laporan Al Jazeera, setidaknya ada 10 mayat di satu jalan di Bucha.
Para pejabat Ukraina, termasuk Presiden Volodymyr Zelensky, menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang berupa "genosida".
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengaku terkejut dengan foto-foto warga sipil yang tewas di Bucha dan menyerukan penyelidikan independen.
Kementerian Pertahanan Rusia menolak tuduhan itu, dan mengatakan unit militernya telah meninggalkan Bucha empat hari sebelum foto-foto tersebut itu dirilis.
Pada Minggu, Moskow menggambarkan dokumentasi mayat di jalanan itu sebagai "provokasi" dan "pertunjukan yang dipentaskan" oleh Kyiv.
Jerman Desak Uni Eropa Bahas Gas Rusia
Menteri Pertahanan Jerman pada Minggu (3/4/2022) mengatakan, bahwa Uni Eropa harus membahas pelarangan impor gas Rusia, menyusul laporan pasukan Putin diduga melakukan kekejaman perang di wilayah sekitar Kyiv.
"Harus ada tanggapan. Kejahatan semacam itu tidak boleh dibiarkan tanpa jawaban," kata Kementerian Pertahanan mengutip Christine Lambrecht dalam wawancara dengan penyiar publik ARD.
Berlin sejauh ini menolak embargo impor energi dari Rusia, dengan alasan ekonominya dan negara-negara Eropa lain terlalu bergantung pada Rusia.
Dilansir Reuters, Rusia diketahui memasok 40 persen kebutuhan gas Eropa.
Menteri Ekonomi, Robert Habeck pada Minggu menegaskan, Jerman mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia tetapi tidak dapat langsung menghentikan sepenuhnya.
Namun dengan perkembangan situasi perang, pemerintah Jerman dalam tekanan untuk melakukan keputusan ekstrem.
Lambrecht mengatakan, para menteri UE harus membahas larangan impor gas Rusia, menurut postingan Twitter dari kementerian.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Minggu malam bahwa sekutu Barat akan menyetujui sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dalam beberapa hari mendatang.
Ukraina pada Sabtu lalu, mengklaim berhasil mengambil alih wilayah Kyiv untuk pertama kalinya sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari.
Wali kota Bucha, sebuah kota di barat laut ibukota, mengatakan 300 penduduk telah dibunuh oleh tentara Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah tuduhan itu, dan menyebut rekaman serta foto yang menunjukkan mayat di Bucha adalah 'provokasi' dari Kyiv.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)