Disperindag Jabar Minta Perajin Tahu dan Tempe Tak Berlarut-larut Mogok
Kepala Disperindag Jawa Barat, Iendra Sofyan, mengatakan produksi tahu dan tempe dalam negeri memang masih bergantung pada suplai kedelai impor
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat berharap keputusan para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung, tidak berlarut-larut mogok produksi.
Kepala Disperindag Jawa Barat, Iendra Sofyan, mengatakan produksi tahu dan tempe dalam negeri memang masih bergantung pada suplai kedelai impor dari Amerika.
Disperindag Jabar pun telah mengecek ketersediaan kedelai dan setidaknya mencatat ada dua faktor yang membuat harga kedelai naik.
"Pandemi Covid-19 ini menyebabkan produksi tidak sebesar sebelum pandemi. Kedua logistik, dengan adanya pembatasan, jadi ada suplai terganggu dan inilah yang membuat harga naik," kata Iendra Sofyan di Bandung, Senin (21/2/2022).
Disperindag Jabar, menurutnya, sudah mendapatkan tembusan surat mogok produksi dari asosiasi perajin tahu di Jabar. Pihaknya juga mengaku meminta pada para perajin untuk memahami situasi.
Baca juga: Perajin Tahu di Karawang Memilih Mogok Produksi Tiga Hari, Berat karena Harga Kedelai Mahal
"Sudah diberikan pemahaman, saya pikir tidak perlu mogok, tetap produksi tinggal diatur volumenya, apakah berkurang dan naikan harga. Saya pikir harga juga perlu kita pertimbangkan jangan sampai melebihi harga umum," katanya.
Berdasarkan pantauan, Disperindag Jabar masih melihat ada penjual di pasar yang masih menyediakan tahu dan tempe.
Para pedagang di pasar tradisional, ucapnya, juga menyampaikan permintaan agar perajin tetap memproduksi tahu dan tempe.
"Buat pedagang mereka minta tetap ada tahu dan tempe. Kalaupun harga naik harapannya tidak terlalu besar. Kalau tidak naik, dikecilin tidak apa-apa yang penting tersedia. Artinya masih ada berjualan hari ini," ujarnya.