Melihat Asal Usul Nama Tempat di Sumedang: Banyak Kekayaan Alam yang Hilang Karena Ulah Manusia
Menelusur asal usul nama tempat di Sumedang, kekayaan alam banyak yang hilang oleh aktivitas manusia. Seperti di Parakanmuncang, Cimanggung
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana.
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Toponimi atau asal usul nama tempat di tanah Sunda selalu berkaitan dengan tanaman, air, kontur tanah, kejadian alam, atau peristiwa yang pernah terjadi di tempat itu.
Di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, banyak tempat yang namanya diambil dari unsur-unsur tersebut. Misalnya, Cikahuripan yang menjadi nama sebuah desa. "Ci" di dalam Cikahuripan bermakna cai atau air, sedangkan kahuripan adalah penghidupan.
Penamaan Cikahuripan diambil dari kekayaan alam mata air yang tak pernah kering di daerah tersebut. Air yang tak kering itu memberikan kehidupan kepada warganya.
Nama-nama lain seperi Cihanjuang, Citarik, Cimanggung, Cinangka, Cibulakan, Cicabe, Awi Baraja, Pasirhuni, sama-sama merekam kondisi kekayaan alam Sunda yang subur, pepohonan rimbun, dan air bersih mudah ditemukan.
Sayangnya, kondisi daerah-daerah tersebut kini sudah banyak berubah. Kekayaan alam seperti kesuburan tanah, pepohon, dan ketersediaan air bersih di tempat-tempat dengan nama berawalan "Ci" sudah tak sesuai dengan penamaannya.
"Selain karena kondisi alam yang berubah secara alami, campur tangan manusia di dalam perubahan lingkungan juga sangat berpengaruh. Ada kampung Awi Baraja yang merujuk kepada suburnya pohon bambu, tapi kini, bahkan bambunya saja sudah tiada," kata Agus Surachman Mastapraja Adikarya, Sesepuh Cimanggung kepada TribunJabar.id, Minggu (6/2/2022).
Baca juga: Dapur TK di Sumedang Pernah Terbakar, Damkar Ajak Murid-murid TK Mengenal Bahaya Kebakaran
Perubahan lingkungan akibat campur tangan manusia bisa dilihat pada pendirian kompleks-kompleks perumahan di daerah perbukitan bahkan pegunungan. Daerah persawahan juga bersalin rupa menjadi daerah industri.
Hal ini sedikit atau banyak berpengaruh kepada perubahan kondisi sebuah daerah yang semakin jauh dari esensi penamaan awal daerah tersebut.
Nama daerah berdasarkan peristiwa seperti nama Parakanmuncang, juga telah luntur dari kegagahan bekas nama Kabupaten Parakanmuncang itu.
"Parakan" di dalam bahasa Sunda adalah bagian sungai yang aliran airnya dialihkan sementara untuk kepentingan mengambil ikan. Nama "muncang" merujuk kepada pohon muncang atau kemiri di dekat tempat menjegal laju ikan-ikan itu.
"Para pengagung terdahulu pada musim-musim tertentu mengambil ikan di Parakanmuncang dengan melibatkan rakyat," kata Agus pada diskusi bertajuk "Nyakola ka Sasakala Sangkan Tumuwuh Rasa Miboga" yang digagas Jaringan Ngebon Minggu di Cimanggung.
Baca juga: Cemburu Baca Chat dengan Pria Lain, Suami di Cimanggung Sumedang Siramkan Air Panas ke Wajah Istri
"Kini namanya hanya menjadi nama sebuah dusun di Desa Sindangpakuwon," ucap Agus.
Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan daerah sehingga jauh dari toponimi-nya. Namun, yang paling berbahaya, kata Agus, adalah masyarakat masa kini tidak tahu asal usul tempat yang mereka tinggali.
Membicarakan asal-usul nama tempat, apalagi dengan sengaja menelusuri "sasakala" itu kepada para sepuh kampung adalah upaya untuk lebih menyayangi tempat tinggal.