Kisah Agus Penarik Rakit Eretan di Sungai Citarum KBB, Rakit Hasil Swadaya, Rela Dibayar Seikhlasnya
Rakit tersebut dibuat secara swadaya menggunakan dana masyarakat, sehingga sebagian pendapatan harus disisihkan ke kas RW
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Agus (40), seorang operator rakit eretan duduk di sebuah saung kecil sambil memandang aliran Sungai Citarum di Kampung Sekecengek, Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Selasa (25/1/2022).
Di dalam saung itu, Agus dan seorang temannya tampak sabar menunggu pengendara motor dan pejalan kaki yang akan menyebarang aliran Sungai Citarum dengan menggunakan rakit eretan.
Rakit eretan berukuran 4x12 meter yang terbuat dari bambu, drum bekas, dan tali tambang itu disimpan di tepi Sungai Citarum yang airnya jernih dan alirannya begitu tenang, ditambah saat itu cuaca sangat cerah.
Baca juga: Perjuangan Dramatis Enam Penumpang Kapal Tenggelam Agar Bisa Selamat, Berkat Rakit Jeriken
Ketika Agus melihat pengendara motor yang sedang melaju dari jalan setapak menuju Sungai Citarum, dia segera bergegas keluar dari saung kecil itu. Seketika, Agus langsung melepaskan tambang rakit yang diikat di sebuah bambu.
Setelah itu, Agus langsung membantu pengendara motor untuk menaikan motornya di atas rakit. Kemudian, dia bersama satu orang temannya menarik seutas tambang secara perlahan supaya rakit itu bisa berjalan.
Dari ujung timur hingga ke ujung barat, rakit itu melaju di atas aliran Sungai Citarum, hingga akhirnya Agus berhasil menyebrangkan pengendara motor dengan selamat, akhirnya dia pun langsung menerima uang.
"Rakit eretan ini sudah digunakan menyebrangkan pengendara motor dan pejalan kaki sejak pandemi Covid-19, berarti sudah dua tahun," ujar Agus saat ditemui di aliran Sungai Citarum, Selasa (25/1/2022).
Agus mengatakan, rakit tersebut dibuat secara swadaya menggunakan dana masyarakat, sehingga sebagian pendapatan harus disisihkan ke kas RW, sedangkan sisanya untuk operator yang bekerja menarik rakit.
Operator rakit tersebut, kata Agus, totalnya ada empat orang yang setiap harinya bekerja dua orang secara bergantian. Artinya, dalam satu hari ada dua orang yang bekerja menarik rakit untuk menyebrangkan pengendara motor.
"Rata-rata per hari kami dapat Rp 100 ribu, uang itu 30 persen masuk kas RW, sisanya kita bagi dua. Tetapi pendapatannya idak menentu karena kita tak mematok harga atau bayar seikhlasnya," katanya.
Setiap harinya, Agus rata-rata mampu menyebrangkan 20-30 pengendara motor dan pejalan kaki dengan jarak 50 meter yang ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit saja. Dalam satu kali menyebrang, ada yang bayar Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu.
Baca juga: Tak Bisa Mengupas Buah Salak, Nia Ramadhani Terungkap Ternyata Rakit Sendiri Alat Isap Sabu-sabu
Dalam satu kali menyebrang, kata Agus, rakit eretan tersebut mampu mengangkut 12 motor dengan selamat karena air di Aliran Sungai Citarum ini tak pernah deras dan rakit pun tidak akan tenggelam.
"Rakit ini beroperasi dari mulai pukul 5 pagi sampai pukul 11 malam karena malam juga banyak yang lewat kesini. Paling banyak pagi hari karena banyak warga yang ke pasar," ucap Agus.
Menurutnya, setiap hari memang banyak warga Kampung Sekecengek RW 08 yang menyebrang ke RW 06, maupun sebaliknya, karena jika melalui jalan umum, harus memutar dan menempuh jarak 7 kilometer untuk sampai Pasar Batujajar.
"Jarak tempuh kalau menyebrang kesini memang jadi lebih dekat, kalau lewat jalan umum jaraknya jauh karena harus memutar," katanya.