Ketua DPRD Kota Bandung Tindaklanjuti Keluhan Warga Soal Exit Tol Purbaleunyi KM 149, Ada Apa?

Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan menemui warga Kecamatan Gedebage yang mengeluhkan proyek akses tol Purbaleunyi KM 149 di Cisaranten Kidul

Penulis: Cipta Permana | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/CIPTA PERMANA
Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan (kanan) meninjau pembangunan flyover di Kawasan Gedebage yang tertunda sejak 2016, sebagai tindak lanjut dari aspirasi dan kekhawatiran masyarakat terhadap penolakan pembukaan exit tol Purbaleunyi KM 149, di Gedebage, Kota Bandung, Selasa (25/1/2022). 

"Di sini kan ada GBLA, Masjid terapung Al Jabbar, exit tol KM 149 yang merupakan program pembangunan Pemprov Jabar. Kalau akses di sini nya terhambat karena bottle neck, ya sangat disayangkan. Maka aspirasi dari masyarakat harus segera ditindaklanjuti," katanya.

Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan (ketiga dari kanan) mendengar aspirasi dan kekhawatiran masyarakat terhadap pembukaan exit tol Purbaleunyi KM 149, di Gedebage, Kota Bandung, Selasa (25/1/2022).
Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan (ketiga dari kanan) mendengar aspirasi dan kekhawatiran masyarakat terhadap pembukaan exit tol Purbaleunyi KM 149, di Gedebage, Kota Bandung, Selasa (25/1/2022). (TRIBUNJABAR.ID/CIPTA PERMANA)

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Ahmad Rasidin, menuturkan warga Kecamatan Gedebage mengeluhkan kegelisahannya terkait kepastian proyek exit tol Purbaleunyi KM 149, pasalnya dengan dibukanya akses tol tersebut akan menambah kemacetan di kawasan tersebut. 

"Kalau pintu perlintasan kereta tutup, tambah macet. Intinya, warga yang terlintasi, khawatir nanti kalau akses tol dibuka akan tambah macet lebih-lebih dari sekarang," ungkapnya saat audiensi dengan Ketua DPRD Kota Bandung di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Selasa (25/1/2022).

Kendati demikian, Ia memastikan bahwa warga selalu mendukung pembangunan di kawasan tersebut, termasuk dibukanya akses Tol KM 149. 

Namun, pihaknya meminta kepastian agar Jalan Gedebage Selatan sudah ditambah kapasitas tampungan kendaraan dengan melebarkan badan jalan, sebelum dibukanya akses tol itu.

"Kami mah selalu mendukung. Tetapi kalau mau dibuka, lebarkan dulu jalannya," ucapnya. 

Ahmad menjelaskan, bahwa warga khawatir dengan dibukanya akses Tol KM 149 tetapi jalan tidak diperlebar malah akan menambah volume kendaraan yang melintas.

Selain kendaraan dari luar kota di akhir pekan, penambahan kendaraan pengguna akses Tol KM 149 diprediksi berasal dari warga Bandung timur yang selama ini hanya memiliki pilihan untuk keluar akses Tol Padaleunyi dari pintu Tol Buahbatu.

Apalagi selama ini, Jalan Gedebage Selatan seakan tidak mengenal lancar. Kemacetan tidak hanya terjadi di jam sibuk saat pagi dan sore hari saja, tetapi juga siang hari.

Bahkan kemacetan di Jalan Gedebage Selatan juga dipengaruhi oleh buka-tutup pintu perlintasan kereta, yang menyebabkan ekor kemacetan kendaraan dari kedua arah bisa mencapai 500 meter. 

Lebih jauh, Jalan Gedebage Selatan menjadi jalur penghubung krusial yang menjadi lalu lintas alternatif antara Kota Bandung menuju Kabupaten Bandung via Jalan Raya Sapan, yang tersambung jembatan pelintas Tol Padaleunyi.

Kepadatan semakin menjadi karena jalan dengan panjang sekitar 3,5 kilometer itu melintasi pabrik-pabrik karena menjadi salah satu kawasan industri.

Alhasil, truk-truk bertonase besar dengan kecepatan rendah turut menambah antrean kendaraan di tengah kemacetan.

Dengan kondisi tersebut, Warga, terutama yang di daerah RW 05, 03, 06, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage tentu sangat merasakan imbas kemacetan

"Manuver truk besar ini juga cukup sulit dengan kondisi jalan yang hanya memiliki rata-rata lebar sekitar 6,5 meter," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved