Kisah Pratu Sahdi, Akhir Hidupnya Tragis Dikeroyok di Waduk Pluit, Padahal ke Jakarta untuk Berobat
Kisah hidup Pratu Sahdi berakhir tragis karena dikeroyok sekelompok orang di Waduk Pluit, Jakarta.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Seli Andina Miranti
Ia pun mempunyai kemampuan khusus.
Sebagai anggota Yonif Raider Kostrad dengan bravet Cakra memiliki kemampuan tangguh dan tegas.
Ia juga menyandang sebagai prajurit memiliki kesaktian ‘Cakra’ artinya senjata cakra.
Cakra diyakini sebagai senjata astuti yang secara lahiriah sebagai juru selamat yang ampuh yang dapat digunakan sebagai senjata budi.
Dikutip dari Grid.id, untuk memiliki kualifikasi khusus dan memperoleh brevet Cakra, para prajurit Kostrad harus melalui latihan Standarisasi Kostrad.
Latihan yang dilakukan untuk membangun jiwa korsa yang kuat serta mewujudkan kemampuan yang handal dalam melaksanakan tugas di medan operasi baik di hutan gunung, rawa laut dan perkotaan.
Selain itu latihan tersebut juga dilakukan guna terwujudnya prajurit Kostrad yang memiliki kemahiran dan kemampuan dalam gerakan perorangan, bernavigasi darat, bela diri dan menembak dengan nilai minimal 80 serta fisik yang prima.
Hingga akhirnya tewas, tercatat sebagai anggota Yonif Raider 303/Setia Sampai Mati.
Pangkat Sahdi sebagai prajurit satu atau pratu.
Sahdi lahir di Genuren, Aceh Tengah pada 16 Februari 1999.
Ia menjadi anggota Batalyon Infanteri Raider 303/Setia Sampai Mati beralamat di Garut, Jawa Barat.
Seperti diketahui Yonif Raider 303 memiliki markas di Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.