Omicron di Turki Lagi Tinggi-tingginya, Tak Disadari Turis Indonesia, Ini Masa Inkubasi Virusnya
Salah satu kasus penularan Omicron paling banyak berasal dari Turki. Mereka umumnya baru pulang dari perjalanan wisata.
Turki sendiri hingga kini masih membuka pintu kedatangan internasional. Banyak pelancong asal Indonesia yang berbondong-bondong berwisata ke negara tersebut.
Belum lama ini, keluarga besar selebriti Anang Hermansyah dan Atta Halilintar juga bertolak ke Turki untuk berlibur.
Namun, sepulang dari negara tersebut, istri Anang Hermansyah, Ashanty, dikabarkan terpapar virus corona varian Omicron.
Sebelum akhirnya terbang ke Indonesia, Ashanty mengaku sudah menjalani dua kali tes PCR di Istanbul, Turki, dengan hasil negatif. Oleh karena telah memenuhi syarat, Ashanty beserta rombongan pulang ke Indonesia.
Setibanya di Tanah Air dan hendak menjalankan karantina sesuai aturan pemerintah, Ashanty dinyatakan positif Covid-19.
Dari kronologi yang disampaikan Ashanty, perbedaan hasil tes PCR yang didapatkannya saat berada di bandara Turki dan saat tiba di Indonesia tidak begitu jauh, hanya hitungan jam.
Untuk diketahui, butuh waktu 11-15 jam untuk menempuh penerbangan dari Turki ke Indonesia.
Terkait hal ini, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, bisa jadi hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi virus.
"Bisa saja karena ada masa inkubasi virus," kata Nadia kepada Kompas.com, Senin (10/1/2022).
Menurut World Health Organization (WHO), masa inkubasi virus merupakan waktu antara terpapar virus hingga timbulnya gejala.
Masa inkubasi virus corona rata-rata 5-6 hari, tetapi bisa selama 14 hari.
Sementara, melansir laman Harvard Medical School, masa inkubasi virus corona diperkirakan 2-14 hari. Lalu, gejala biasanya muncul dalam 4 atau 5 hari setelah terpapar.
Artinya, seseorang bisa saja menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 ketika masa inkubasi virus baru dimulai, namun setelahnya tes menunjukkan hasil positif.
Sementara itu, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan, sebenarnya hal ini wajar terjadi. Terdeteksinya virus, kata dia, bergantung pada status replikasi virus tersebut.
"Bisa saja, karena tergantung status replikasi virus," kata Ahmad seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (8/1/2022).