Pakar Beberkan 3 Dugaan Alasan Kolonel P Buang Handi dan Salsabila Seusai Tabrak Korban di Nagreg

Seorang Pakar Psikologi Forensik membeberkan dugaan tiga alasan yang mendorong oknum TNI AD nekat membuang jasad korban Handi dan Salsabila

Editor: Hilda Rubiah
Pendam XIII/Merdeka
Kolonel Inf Priyanto saat dibawa dua anggota penyidik Polisi Militer di Bandara Sam Ratulangi Manado menuju Bandara Soekarno Hatta. Kolonel Priyanto adalah penabrak Handi dan Salsabila dan yang memerintahkan keduanya dibuang ke Sungai Serayu. 

TRIBUNJABAR.ID - Seorang Pakar Psikologi Forensik membeberkan dugaan tiga alasan yang mendorong oknum TNI AD nekat membuang jasad korban Handi dan Salsabila sesuai menabraknya di Nagreg.

Belakangan kasus ini mendapat sorotan dari publik lantaran pelaku sempat membawa kabur korban.

Para pelaku berdalih akan membawa korban dengan dalih akan dilarikan ke rumah sakit padahal kenyataannya dibuang ke sungai Serayu, Jawa Tengah yang jaraknya begitu jauh dari tempat kejadian perkara (TKP).

Kini, para pelaku yang terdiri dari tiga oknum anggota TNI AD telah diamankan sebagai pelaku dalam kasus tabrak lari di Nagreg, Bandung, Jawa Barat yang menewaskan Handi Saputra (18) dan Salsabila (14).

Mereka adalah Kolonel P, Kopda A, dan Kopda DA.

Melihat sikap para pelaku, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menduga ada tiga alasan atau kemungkinan yang mendorong para pelaku nekat membuang jasad korban.

Dikutip dari TribunnewsBogor.com, Senin (27/12/2021), Reza menegaskan aksi membuang korban di sungai sudah jelas disengaja.

"Paling tidak ada 4 unsur yang harus dihitung secara matematis, yaitu target, insentif, resiko dan sumberdaya," kata Reza.

"4 hal ini harus didalami oleh pihak kepolisian dan polisi militer untuk mengetahui seberapa jauh bobot kesengajaan perencanaan, termasuk kemungkinan menutupi tindak pidana lainnya," paparnya.

Reza menjelaskan ada tiga dugaan mengapa para oknum TNI tersebut nekat membuang korban di tempat tersembunyi jauh dari TKP.

Pertama adalah adanya penyalahgunaan narkoba, kedua adalah pelaku saat itu sedang dalam pengaruh minuman keras, dan ketiga pelaku ingin menutupi perbuatan pidana yang lain.

"Ketiga hal inilah yang acap kali saya katakan sebagai hal yang perlu didalami untuk mengetahui kenapa terjadi perubahan perilaku yang amat sangat tidak terduga dan tidak linear,” ujar Reza dalam tayangan Primetime News di Metro TV, Sabtu (25/12/2021).

Reza menjelaskan, jika para pelaku ternyata menutupi aksi kejahatan lain maka perlu ditelusuri hingga tuntas.

“Membuang tubuh korban adalah cara agar para pelaku tidak diamankan oleh pihak polisi. Karena kalau mereka diamankan oleh pihak polisi maka terbukalah kemungkinan polisi melakukan pendalaman sehingga terungkap kasus kasus lainnya," tandasnya.

Grogi dan Takut

Dalam YouTube metrotvnews, Senin (27/12/2021), ditayangkan potongan pernyataan dan video Kapendam XIII Merdeka, Letkol Inf Jhonson M. Sitorus mengungkap kasus tersebut.

Dijelaskan, para oknum itu disebut sempat mencari rumah sakit namun tidak ketemu.

"Namun setelah beberapa menit mencari rumah sakit terdekat tidak ditemukan, akhirnya tidak tahu apa yang terlintas dalam pikiran tiga oknum anggota TNI ini sehingga membuang korban ke Sungai Serayu," ujar Letkol Jhonson.

Kemudian pada keterangan yang lain, Letkol Jhonson menjelaskan ada dugaan para pelaku dalam kondisi ketakutan karena menilai korban sudah meninggal semua.

"Dari informasi yang saya dapatkan, kemungkinan ketiga oknum ini hanya merasa ketakutan dan grogi karena kedua korban sudah meninggal dunia," papar Letkol Jhonson.

Kolonel P Ogah Bawa Korban ke RS

Kopda A mengaku bahwa dirinya tak bisa berbuat banyak ketika ada ide membuang jasad korban ke Sungai Serayu, Jawa Tengah. 

"Sesampainya di daerah Cilacap, sekitar pukul 21.00 WIB, Kolonel P memerintahkan untuk membuang kedua korban ke dalam Sungai Serayu dari atas jembatan," ujar Kopral Dua A dalam keterangannya, Minggu (26/12/2021), dikutip dari Tribun Jateng.

Tubuh korban yang dimaksud merupakan korban kecelakaan yang diduga ditabrak oleh ketiga oknum TNI tersebut pada Rabu (8/12/2021). 

Mereka berhasil membawa korban dengan dalih akan melarikannya ke rumah sakit. 

Namun, tubuh korban malah dibuang ke Sungai dan baru ditemukan orangtua korban pada Jumat (17/12/2021)

A, mengaku tak bisa berbuat banyak ketika mendapat perintah itu.

Sebelum ada ide membuang jasad itu, ia juga mengaku sudah menyarankan agar melarikan korban ke rumah sakit. 

Mendapat saran itu, Kolonel P justru mengambil kemudi dan terus melaju hingga jembatan tempat mereka membuang jasad korban.

Para TNI lain yang ada di mobil juga diminta untuk bungkam. 

"Dalam perjalanan, Kolonel P mengatakan bahwa kejadian tersebut jangan diceritakan kepada siapa pun agar dirahasiakan," tutur Kopral Dua A.

Kini, ketiganya terancam hukuman berat dan tengah diperiksa di POM Mabes AD.

Sosok Kolonel P Jabat Kasi Intel

Dikutip dari Kompas.com, oknum Kolonel P ini diketahui menjabat sebagai Kepala Seksi (Kasi) Intel Korem 133 Nani Wartabone (NW), Gorontalo.

Fakta ini diungkapkan oleh Kapendam XIII/Merdeka, Letkol Inf Jhonson M Sitorus.

Diketahui, Kolonel P baru saja bertugas di Jakarta sejak tiga Desember 2021.

Di Jakarta, Kolonel P berdinas selama dua hari yakni 6-7 Desember 2021.

"Di mana saat itu dirinya untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan evaluasi bidang intel dan pengamanan di tubuh TNI Angkatan Darat (AD)," kata Letkol Jhonson, Sabtu (25/12/2021).

Setelah dinas selesai, Kolonel P sempat izin untuk pulang menjenguk keluarga yang ada di Jawa Tengah.

Kolonel P diketahui berangkat dari Jakarta ke Jawa Tengah pada Rabu (8/12/2021).

Kecelakaan kemudian terjadi pada Jumat (10/12/2021) ketika Kolonel P bersama dua oknum TNI lainnya yang berpangkat Kopda menabrak dua remaja di Nagreg.

Masih Bernapas Waktu Dibuang

Berdasarkan hasil autopsi, korban Handi ternyata masih hidup karena luka kecelakaan tidak mematikan.

Fakta ini diungkap oleh Kabid Dokkes Polda Jawa Tengah, Kombes Sumy Hastry Purwanti.

Dikutip dari YouTube tvOnenews, Kamis (23/12/2021), awalnya dr. Hastry mengidentifikasi korban tabrak lari apakah benar jasad tersebut Handi dan Salsabila.

Identifikasi dilakukan dengan cara melihat ciri rambut, tinggi badan, aksesoris korban hingga menggunakan foto.

Dokter Hastry menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan luka kedua korban, Salsabila dipastikan meninggal di tempat kejadian perkara (TKP) sebab mengalami luka parah di kepala.

Sedangkan Handi meninggal setelah tenggelam ketika dibuang pelaku.

"Kita temukan tanda tenggelam di saluran napas atas sampai paru-paru," ujar dr. Hastry.

Meskipun sudah mengalami pembusukan, dr. Hastry mengatakan, ditemukan bukti-bukti kuat bahwa korban Handi masih hidup saat dibawa kabur pelaku.

"Kami yakinkan dia sebab kematiannya karena tenggelam," kata dr. Hastry.

"Jadi waktu dibuang masih hidup."

"Kita lihat dari luka-luka di kepalanya yang didapat memang tidak mematikan."

"Jadi waktu kecelakaan dia pasti masih hidup," tegasnya.

Dokter Hastry menyoroti bagaimana air dan pasir masuk ke saluran pernapasan korban Handi.

"Jadi dia masih bernapas waktu dibuang ke sungai," kata dia.

Dokter Hastry menambahkan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh korban selain karena kecelakaan dan dibuang ke sungai. (TribunWow.com/Anung)

Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul 3 Dugaan Alasan Oknum Kolonel TNI Buang Handi dan Salsabila di Sungai seusai Tabrak Korban di Nagreg

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved