Ridwan Kamil Mulai Tancap Gas, Tingkatkan Elektabilitas di Pilpres 2024
Emil mengatakan ia kini mendapat banyak undangan untuk mengunjungi sejumlah daerah di Indonesia.
TRIBUNJABAR.ID, ACEH - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mulai "tancap gas".
Untuk meningkatkan elektabilitasnya menjelang Pemilihan Presiden 2024, ia mengaku akan lebih gencar berkeliling Indonesia.
"Ke politik tentu jadi modal karena ngomongin Pilpres 2024 engak bisa (hanya) berbicara wilayah Jabar lagi," ujarnya di sela kunjungan kerjanya di Provinsi Aceh, Minggu (26/12/2021).
Namun, kata Emil, rencananya berkeliling Indonesia bukan semata-mata untuk menaikkan popularitasnya, melainkan lebih dari itu.
"Orang kayak saya ingin ada jejak kebaikan, jejak kebaikan itu penting. Jadi enggak datang jual pencitraan, seperti Aceh ngomongin museum tsunami yang begitu bermakna dalam memori masyarakat Aceh. Jadi penting bagi pemimpin punya jejak-jejak pada tiap masyarakat. Saya punya (peran merancang bangun) masjid di mana-mana kan, salah satunya itu," kata Emil.
Namu, terlepas dari itu, kata Emil, belakangan ia memang mendapat banyak undangan untuk menghadiri kegiatan di berbagai wilayah di Indonesia.
Terlebih dengan jabatannya kini sebagai Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET).
"Kebetulan jadi Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan, kewajiban keliling ada," kata Emil.
Tidak hanya itu, kata Emil, banyak juga desa di Indonesia yang mengundangnya untuk hadir menyusul predikatnya yang lain sebagai Bapak Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
"Kemarin diangkat menjadi Bapak BPD, banyak desa sampai Sulut (Sulawesi Utara) sudah ngantre minta didatangi. Saya harus atur agar kewajiban Gubernur Jabar itu yang utama, tapi memenuhi undangan juga itu kewajiban. Jadi tinggal mengatur caranya semua berjalan dengan baik," tuturnya.
Emil tak menampik jika rencana berkeliling Indonesia juga tak lepas dari popularitasnya, yang membuat banyak pihak ingin mengundangnya untuk hadir.
Bukti kecilnya, kata Emil, ia kerap diminta warga untuk berswafoto saat melaksanakan kunjungan kerja di berbagai wilayah di Indonesia, tak terkecuali di Aceh.
"Ya ukuran dikenal sebenarnya dari indeks minta selfie saja. Itu yang paling gampang. Kalau enggak diminta selfie, tidak dikenal atau dikenal tapi enggak dimintai selfie berarti enggak disukai kan," katanya.
Disinggung apakah popularitas tersebut menjadi modal untuk maju ke ajang Pilpres 2024, Emil tak menampiknya.
"Jadi sebenarnya teori selfi dalam teori politik itu dia kenal dan menyukai. Jadi kalau ada minta selfie di suatu tempat jauh dari wilayahnya, menandakan dikenal dan disukai. Mudah-mudahan semakin banyak aja seiring dengan kebaikan-kebaikan, kerja sama di berbagai tempat di Indonesia," kata Emil.