Warganet Anggap Pernyataan Soal Tsunami 8 Meter Akal Bulus Pemerintah, Begini Tanggapan BMKG
Ada warganet yang berpandangan bahwa apa yang disampaikan Kepala BMKG itu memiliki maksud agar masyarakat tak bepergian saat Natal dan Tahun Baru.
TRIBUNJABAR.ID - Pernyataan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati tentang potensi bencana yang dapat terjadi di Indonesia pada saat libur Natal dan Tahun Baru ternyata ramai diunggah di media sosial.
Salah satu unggahan itu dibagikan akun Instagram @infotangerang.id, Rabu (1/12/2021), mengutip pemberitaan Kompas.com yang berjudul "Waspada, Kepala BMKG Ingatkan Skenario Terburuk Potensi Tsunami 8 Meter Saat Nataru di Cilegon".
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, salah satu potensi bencana itu berada di daerah Selat Sunda, tepatnya Cilegon, Banten, dan bencana yang dimaksud adalah tsunami.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan ketika Tsunami? Lakukan 5 Langkah Ini agar Selamat
Ada warganet yang menganggap bahwa hal tersebut tak lebih dari akal-akalan BMKG semata.
"Keliatan banget akal bulusnya," tulis seorang warganet.
Ada juga warganet yang berpandangan bahwa apa yang disampaikan Kepala BMKG itu memiliki maksud agar masyarakat tak bepergian saat Natal dan Tahun Baru.
"Bilang aja gak boleh liburan Nataru sama pemerintah. Gak usah menakut-nakuti masyarakat dengan alasan tsunami," tulis warganet lainnya.
Lantas, bagaimana penjelasan BMKG menanggapi hal itu?
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, apa yang diungkapkan Kepala BMKG itu dalam konteks membangun kewaspadaan secara umum terkait cuaca, iklim, gempa, dan tsunami.
Namun, dalam mengimbau pentingnya siaga akan terjadinya tsunami itu, disebut salah satu daerah rawan, yakni Cilegon.
"Jadi ini potensi secara umum, tidak ada maksud memberikan prediksi akan terjadi tsunami pada saat Nataru," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/12/2021) sore.
"Kalau melihat videonya, akan jelas dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait pernyataan Ibu (Kepala BMKG)."
"Memang sudah seharusnya Ibu menyampaikan pesan kesiagaan itu," imbuhnya.
Gempa dan tsunami belum dapat diprediksi
Menurut Daryono, berbeda dengan kondisi cuaca yang dapat diprediksi, kejadian gempa bumi dan tsunami belum dapat diprediksi.
Namun, lanjutnya, dapat dimodelkan potensi bahayanya dengan mengunakan skenario terburuk untuk acuan upaya mitigasi.
Dalam hal ini, BMKG sudah memetakan tingkat bahaya sebagian besar pantai rawan tsunami di Indonesia.
"Cilegon hanya sebagai contoh, salah satu wilayah yang rawan dan memiliki potensi tsunami seperti halnya wilayah lain di Indonesia yang memiliki potensi dan catatan sejarah tsunami," kata dia.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meluruskan pernyataannya terkait potensi tsunami di Cilegon, Banten, setinggi hingga 8 meter.
Menurut Dwikorita, pernyataannya itu perlu dimaknai sebagai pemetaan BMKG dalam membuat skenario terburuk jika tsunami terjadi.

"Jadi itu peta bahaya yang disusun duluan dengan skenario terburuk," kata Dwikorita saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu.
Potensi Tsunami 8 Meter Saat Nataru di Cilegon
Dia memastikan, pernyataan informasi potensi tsunami 8 meter di Cilegon itu sebagai upaya mitigasi dari BMKG terhadap potensi tsunami di Indonesia.
Ia juga menuturkan, tidak ada satu orang pun yang tahu kapan tsunami itu datang.
Baca juga: Vokalis Ini Dulu Dapat Cobaan Berat, Istri Wafat Disapu Tsunami, Kini Bahagia dengan Istri Cantik
"Ya, kita enggak tahu kapan terjadinya, tapi ada potensi," kata dia.
Dwikorita kemudian menjelaskan bahwa sejumlah daerah pantai di Indonesia memang rawan tsunami.
Di antaranya, pantai barat Sumatra, yakni dari Aceh sampai Lampung.
"Terus Selat Sunda, terus panti selatan, pantai selatan Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, sampai pantai selatan Papua."
"itu kan Samudra Hindia itu rawan tsunami," tuturnya.
Selain itu, Samudra Pasifik dan Selat Makassar juga disebut rawan tsunami.
Menurutnya, sejumlah daerah itu sudah diketahui publik merupakan rawan terjadi potensi tsunami.
"Jadi seperti itu hal yang sudah banyak diketahui saya rasa, sudah terlalu sering kita sampaikan juga," katanya.
Mengenai skenario terburuk potensi tsunami di Cilegon, Dwikorita menjelaskan bahwa hal itu dapat diartikan bisa terjadi atau tidak.
Ia mengungkapkan bahwa mitigasi adalah sifatnya menjaga.
"Kalau seandainya skenario terburuk terjadi, sudah disiapkan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korban dan kerusakan yang dahsyat, sudah ada latihan-latihan juga di daerah Cilegon itu," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Dwikorita mengungkapkan potensi tsunami setinggi hingga 8 meter terjadi misalnya di Cilegon, Banten.
Hal itu diungkapkannya dalam raker Komisi V DPR, Rabu.
"Kami juga berikan informasi tentang gempa dan tsunami, seperti contohnya kami berikan informasi zona yang rawan tsunami misalnya di Cilegon Banten."
"Itu juga tempat wisata di Selat Sunda dapat berpotensi skenario terburuk mengalami tsunami dengan ketinggian hingga 8 meter," kata Dwikorita.
Jadi, potensi tsunami bisa saja terjadi di Cilegon dan daerah lain di sekitar Samudra Hindia.
Namun, bukan berarti tsunami akan terjadi.
Karena, seperti gempa bumi, tsunami juga tidak bisa diketahui kapan akan terjadi. (*)