Ridwan Kamil Didorong Segera Jadi Kader Partai untuk Muluskan Jalan ke Pilpres 2024

Ridwan Kamil diminta untuk segera memutuskan jadi kader partai untuk memuluskan jalan menuju Pilpres 2024

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar / Cipta Permana
Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil berikan sambutan dalam kegiatan pelantikan dewan pengurus pusat Ikatan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA Unpar), di Auditorium PPAG Kampus Unpar, Kota Bandung, Minggu (28/11/2021) / Cipta Permana. 

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Ridwan Kamil diminta untuk segera memutuskan jadi kader partai untuk memuluskan jalan menuju Pilpres 2024.

"Saya pribadi sangat mendorong RK masuk partai. Karena, partai menegaskan identitas politiknya dan RK bisa menjadi sumber inspirasi pengembangan partai modern," ujar Muhammad Farhan, kader Partai Nasdem yang juga anggota DPR RI asal Kota Bandung, saat dihubungi pada Jumat (3/12/2021).

Baca juga: Sering Kritik Jokowi, Fadli Zon Ditegur Bos Besar Partai Gerindra Prabowo Subianto

Salah satu alasannya, sekalipun belum diketahui punya modal duit, namun Ridwan Kamil punya faktor pendukung berupa elektabilitas yang bersaing dengan tokoh lain yang digadang-gadang akan maju di Pilpres 2021.

Sebut saja Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo hingga Anies Baswedan. Selain elektabilitas, Ridwan Kamil juga punya basis massa pemilih di Jabar.

Baca juga: Relawan Kebangsaan 24 Dibentuk, Dorong Ridwan Kamil Jadi Presiden RI 2024 dari Kalangan Muda

"Maka RK yang sudah punya modal di Jabar harus berani maju, dengan tegas nyatakan niat untuk memimpin bangsa," katanya.

Sekalipun, jika resmi jadi capres atau cawapres bakal bersaing dengan tokoh lain yang sudah dikenal.

"Seperti sosok - sosok lain yang juga sama - sama penuh harapan seperti GP (Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah), SU (Sandiaga Uno Menparekraf) dan AB (Anies Baswedan Gubernur Jakarta)," tambahnya.

Yakin Ada Yang Meminang

Gubernur Jabar Ridwan Kamil yakin akan ada partai politik yang akan mencalonkannya di Pilpres 2024. Jika tidak ada, dia kembali melanjutkan jadi gubernur lewat Pilgub Jabar.

Alasannya, dengan elektabilitas tinggi pada Ridwan Kamil, tidak mungkin tidak ada partai yang mencalonkannya.

"Kalau ada partai yang merasa butuh tokoh yang elektabilitasnya lumayan, mungkin sosok saya akan dihitung, ya saya bismillah," kata Ridwan Kamil dalam seminar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (2/12/2021) dikutip dari Kompas.com.

Karenanya, saat ini, dia dalam posisi siap untuk bergabung dengan partai politik untuk bersiap menuju Pilpres 2024.

Dia menyebut bakal bergabung dengan partai yang disebutnya paling Pancasilais pada tahun depan.

"Warna yang mana, apakah warna taplak ini (kuning), apakah warna baju satpam, atau warna hijab merah, saya belum tahu. Tapi yang pasti yang paling pancasilais, saya akan di situ," sebutnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Pancasila, bagi dia itu merupakan landasan utama dalam berpolitik.

Landasan itu, juga selaras dengan prinsip politik jalan tengah yang bakal terus dia terapkan sehingga mampu merangkul semua kalangan.

Lantas Bagaimana Jika Tidak Ada yang Meminangnya jadi Capres?

Dalam kunjungannya ke UGM, Ridwan Kamil mendapat pertanyaan soal apakah akan maju di Pilpres 2024.

"Kita bicara realita ya, jadi posisi saya itu ada dua pilihan, ibaratnya dua pintu lah. Jadi kalau tidak ada partai yang mengusung, yang paling realistis dalam menu politik saya adalah melanjutkan gubernur jilid dua," katanya.

Ridwan Kamil menyampaikan dua pilihan tersebut, pertama adalah melanjutkan periode dua dengan maju kembali dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Pilihan kedua kepemimpinan nasional dengan maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"2024 Pak Jokowi selesai, jadi siapakah yang melanjutkan. Tadi Pak Dekan (Fisipol UGM) sudah memberikan pengantar bisa dari kepala-kepala daerah, bisa dari para menteri, dari partai politik, dari sumber-sumber kepemimpinan yang lain," urainya.

Menurutnya, bukan perkara mudah untuk bisa maju di Pilpres 2024. Tidak hanya soal elektabilitas, namun juga dukungan duit.

"Satu elektabilitas dan kesukaan, dua ada logistik, mahal kan triliunan lho untuk menjadi presiden saya dengar menurut riset kan, tuh Rp 8 triliun, duit dari mana Rp 8 triliun. Yang ketiga adalah partai yang mengusung karena sistem demokrasinya seperti itu," bebernya.

Baca juga: Ganjar Minta Pemerintah Tak Asal Beri Izin Pertambangan: Daerah yang Pusing

Dari tiga prasyarat itu, dia mengaku baru punya elektabilitas. Analisanya, elektabilitas dan tingkat kesukaan berbanding lurus dengan kinerja.

"Tapi juga tahu diri, kan tadi politik tahu diri. Jadi politik tahu diri itu saya harus tahu diri, anda itu siapa, diusung partai belum pasti, anggota bukan. Jadi kalau enggak ya harus terima, harus tahu diri," ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved