Benarkah Ada Potensi Tsunami 8 M di Banten saat Natal dan Tahun Baru? Dwikorita Luruskan Pernyataan

Informasi mengenai ancaman tsunami setinggi 8 meter di Cilegon, Banten, pada saat libur Natal dan Tahun Baru 2021 viral di internet.

Editor: Hermawan Aksan
Tribunnews/Chaerul Umam
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati 

TRIBUNJABAR.ID - Informasi mengenai ancaman tsunami setinggi 8 meter di Cilegon, Banten, pada saat libur Natal dan Tahun Baru 2021 viral di internet.

Benarkah akan terjadi tsunami 8 meter di Cilegon?

Informasi tentang ancaman tsunami 8 meter di Cilegon pada akhir tahun 2021 datang saat rapat kerja antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan Komisi V DPR, Rabu (1/12/2021).

Menurut Wikipedia, tsunami adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi.

Baca juga: Tsunami Banten 2018, Ingat Kembaran Aa Gym? Lagi Nyanyi, Tiba-tiba Panggung Roboh Tersapu Tsunami

Gangguan ini membentuk gelombang yang menyebar ke segala arah dengan kecepatan gelombang mencapai 600–900 km/jam.

Di wilayah Banten bagian selatan, tepatnya di sekitar Selat Sunda, pernah terjadi tsunami pada akhir tahun 2018.

Informasi mengenai potensi tsunami di Selat Sunda setinggi 8 meter ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meluruskan pernyataannya terkait potensi tsunami di Cilegon, Banten, setinggi hingga 8 meter.

Menurut Dwikorita, pernyataannya itu perlu dimaknai sebagai pemetaan BMKG dalam membuat skenario terburuk jika tsunami terjadi.

ilustrasi tsunami
ilustrasi tsunami (Grid.ID)

"Itu peta. Peta bahaya wilayah. Indonesia ini kan pantainya banyak yang potensial tsunami, termasuk di Cilegon."

"Jadi itu peta bahaya yang disusun duluan dengan skenario terburuk," kata Dwikorita saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu.

Potensi Tsunami 8 Meter Saat Nataru di Cilegon

Dia memastikan, pernyataan informasi potensi tsunami 8 meter di Cilegon itu sebagai upaya mitigasi dari BMKG terhadap potensi tsunami di Indonesia.

Ia juga menuturkan, tidak ada satu orang pun yang tahu kapan tsunami itu datang.

Baca juga: Vokalis Ini Dulu Dapat Cobaan Berat, Istri Wafat Disapu Tsunami, Kini Bahagia dengan Istri Cantik

"Ya, kita enggak tahu kapan terjadinya, tapi ada potensi," kata dia.

Dwikorita kemudian menjelaskan bahwa sejumlah daerah pantai di Indonesia memang rawan tsunami.

Di antaranya, pantai barat Sumatra, yakni dari Aceh sampai Lampung.

"Terus Selat Sunda, terus panti selatan, pantai selatan Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, sampai pantai selatan Papua."

"itu kan Samudra Hindia itu rawan tsunami," tuturnya.

Selain itu, Samudra Pasifik dan Selat Makassar juga disebut rawan tsunami.

Menurutnya, sejumlah daerah itu sudah diketahui publik merupakan rawan terjadi potensi tsunami.

"Jadi seperti itu hal yang sudah banyak diketahui saya rasa, sudah terlalu sering kita sampaikan juga," katanya.

Mengenai skenario terburuk potensi tsunami di Cilegon, Dwikorita menjelaskan bahwa hal itu dapat diartikan bisa terjadi atau tidak.

Ia mengungkapkan bahwa mitigasi adalah sifatnya menjaga.

"Kalau seandainya skenario terburuk terjadi, sudah disiapkan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korban dan kerusakan yang dahsyat, sudah ada latihan-latihan juga di daerah Cilegon itu," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Dwikorita mengungkapkan potensi tsunami setinggi hingga 8 meter terjadi misalnya di Cilegon, Banten.

Hal itu diungkapkannya dalam raker Komisi V DPR, Rabu.

"Kami juga berikan informasi tentang gempa dan tsunami, seperti contohnya kami berikan informasi zona yang rawan tsunami misalnya di Cilegon Banten."

"Itu juga tempat wisata di Selat Sunda dapat berpotensi skenario terburuk mengalami tsunami dengan ketinggian hingga 8 meter," kata Dwikorita.

Jadi, potensi tsunami bisa saja terjadi di Cilegon dan daerah lain di sekitar Samudra Hindia.

Namun, bukan berarti tsunami akan terjadi.

Karena, seperti gempa bumi, tsunami juga tidak bisa diketahui kapan akan terjadi. 

Potensi Tsunami 29 Meter

Pada 28 Mei 2021, kajian tim ahli Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan ada potensi terburuk bencana tsunami setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.

Hasil kajian itu disampaikan dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur pada Jumat (28/5/2021).

"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar itu.

Kajian potensi tsunami 29 meter ini kemudian mendapat tanggapan dari ahli gempa bumi LIPI Danny Hilman Natawijaya.

Menurut Danny Hilman Natawijaya, hasil kajian BMKG belum valid secara ilmiah sebelum ada publikasi resmi.

Kendati demikian, ia membenarkan adanya megathrust di selatan Jawa, seperti di Sumatra.

Menurutnya, tak ada yang tahu kapan potensi-potensi itu akan terjadi.

"Yang namanya potensi itu kan tidak bicara masalah waktu. Kapan terjadinya, apakah dalam waktu dekat atau 100 tahun ke depan, itu yang kita belum tahu," kata Danny kepada Kompas.com, Jumat (4/6/2021).

Ia menuturkan, serangkaian gempa yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur tidak berhubungan dengan megathrust itu.

Alih-alih di Jawa Timur, Danny justru lebih mengkhawatirkan potensi gempa di barat Padang.

"Di Padang beberapa waktu lalu ada gempa-gempa, itu kami benar khawatir karena di situ megathrust-nya," jelas dia.

"Sumber gempa besarnya sudah di siklus akhir, bahkan sudah dalam periode pelepasan."

"Walau demikian, kita tidak bisa bilang apakah dalam waktu dekat, minggu, bulan, tahunan, atau puluhan tahun," kata dia.

Terlepas dari itu, Danny mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir mengenai waktu terjadinya gempa dan tsunami itu.

Hal yang terpenting adalah mempersiapkan diri dengan pengatahuan mitigasi kebencanaan sehingga dapat meminimalisasi terjadinya korban.

Sayangnya, ia menyebut mitigasi bencana di wilayah selatan Jawa masih kurang.

"Bahkan kebalikannya, akhir-akhir ini ada aktivitas, seperti tambak udang di pantai."

"Di Jogja tiba-tiba bikin bandara pinggir pantai. Itu yang harus menjadi perhatian," ujarnya.

"Pemerintah seharusnya membuat masyarakat lebih aman di masa depan," ucapnya.

Untuk diketahui, BMKG mencatat ada tren aktivitas gempa selama 5 tahun terakhir di Jawa Timur.

Generator gempa di Jatim bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudera Hindia dan sesar aktif di daratan.

Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jatim berpotensi dilanda tsunami.

Adanya zona seismik gap di pantai selatan Jatim menurut BMKG juga patut diwaspadai.

Hal ini dikarenakan zona tersebut seharusnya aktif terjadi gempa, tetapi jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved