WHO Tegaskan Belum Ada Bukti Omicron Bisa Perparah Penyakit, Namun Mungkin Ada Risiko Lebih Tinggi

Kendati demikian, dalam sebuah pernyataan, lembaga ini menegaskan kembali bahwa bukti awal menunjukkan kemungkinan adanya risiko infeksi ulang yang le

Editor: Ravianto
outlookindia
Ilustrasi varian baru virus corona yakni virus Delta atau B.1.67.2 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNJABAR.ID, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Minggu kemarin bahwa belum jelas apakah varian baru virus corona (Covid-19) 'Omicron' lebih menular dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 lainnya atau dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

"Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, namun ini mungkin karena peningkatan jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik terkait Omicron," kata WHO.

Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama menemukan Covid-19 varian Omicron dan langsung menyebar peringatan. (SOUTH AFRICAN MEDICAL ASSOCIATION (SAMA) via NEW YORK POST)
Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama menemukan Covid-19 varian Omicron dan langsung menyebar peringatan. (SOUTH AFRICAN MEDICAL ASSOCIATION (SAMA) via NEW YORK POST) ()

Kendati demikian, dalam sebuah pernyataan, lembaga ini menegaskan kembali bahwa bukti awal menunjukkan kemungkinan adanya risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dari varian tersebut.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (29/11/2021), WHO mengaku sedang bekerja dengan para ahli teknis untuk memahami potensi dampak varian ini pada tindakan pencegahan yang ada terhadap penyakit Covid-19, termasuk vaksinasi.

"Saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron ini berbeda dari varian lainnya," jelas WHO.

Menurut organisasi tersebut, penelitian infeksi awal yang dilaporkan itu termasuk di antaranya studi yang dilakukan universitas bahwa individu yang lebih muda cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan.

"Namun memahami tingkat keparahan varian Omicron ini tentu akan membutuhkan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu," papar WHO.

Tes PCR pun diharapkan terus dilakukan semua negara agar bisa mendeteksi kasus infeksi yang ditimbulkan varian yang kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan ini.

"Penelitian pun kini sedang berlangsung untuk menentukan apakah ada dampak pada tes deteksi antigen," kata WHO.

Menkes Minta Masyarakat Jangan Panik

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik terkait adanya kabar mengenai varian baru virus Covid-19.

Untuk diketahui, saat ini virus Covid-19 varian Omicron dikabarkan tengah menjadi fokus penelitian dunia.

Sehingga, masyarakat diminta untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya.

Kendati demikian, bukan berarti masyarakat harus panik dan cepat termakan berita-berita yang tidak jelas sumbernya, alias hoaks.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved