Gibran Putra Gunung Guntur
Cerita Ibunda Selama 6 Hari Menanti Gibran yang Hilang di Gunung Guntur, Masih Rasakan Merinding
Ibunda Gibran, Wini Winarti mengungkapkan perasaannya setelah ia mengalami peristiwa besar dalam hidupnya saat Gibran hilang di Gunung Guntur.
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Mega Nugraha
Hal itu terjadi ketika dia tertidur, saat bangun ia sudah berada di gua berbeda dari sebelumnya.
Kemudian, ada juga cerita horor rombongan pendaki Gunung Arjuno yang tiba-tiba mendengar suara gamelan saat istirahat di dalam tenda.
Kemudian, mereka juga melihat sosok tinggi dan gelap setinggi pohon saat melintas di dekat sungai.
Selain itu, ada juga kisah viral pendaki Gunung Lawu yang menceritakan cerita horor naik gunung di Youtube yang dikutip sejumlah media nasional.
Pria bernama Faiz mengaku, melihat sosok putih bermuka rata saat berteduh di sebuah pohon rindang.
Melihat penampakan aneh hingga mendengar suara aneh saat naik gunung, bisa terjadi pada siapa pun yang sedang mendaki gunung.
Berdasarkan penjelasan ilmiahnya seperti yang dilansir dari Kompas.com, suara-suara aneh bisa terdengar ketika posisi seseorang berada semakin tinggi di sebuah gunung.
Menurut Dr Hermann Burgger, pimpinan Institute of Mountain Emergency Medicine di Eurac Research Italy, atmosfer dan ketinggian gunung bisa membuat orang mengalami fase 'gila' sesaat.
Dalam hal ini, orang tersebut bisa jadi mengalami psikosis yaitu suatu kondisi yang sulit membedakan mana kenyataan dan mana halusinasi.
Kondisi ini membuat orang tersebut tidak sadar atas apa yang dialaminya.
Kemudian, para ahli juga menyebut, orang yang mendengar suara aneh di gunung bisa jadi karena mengalami kekurangan oksigen.
Kadar oksigen semakin sedikit ketika posisi orang di gunung semakin tinggi sehingga menyebabkan aliran darah menuju otak berkurang.
Akibatnya, orang tersebut bisa kehilangan fokus, bahkan berhalusinasi. Kondisi ini biasanya disebut sebagai penyakit ketinggian atau altitude sickness.
Lalu kenapa bisa lihat penampakan di gunung seperti makhluk gaib atau tak kasat mata?
Dari artikel yang berbeda, Kompas.com sempat memuat penjelasan ilmiah dari Joe Nickell, peneliti senior Komite Penyelidikan Skeptis.
Orang yang mengaku melihat makhluk gaib atau hantu memang tidak aneh.
Pengalaman melihat penampakan bisa jadi karena kondisi tubuh kurang prima, seperti kelelahan. Saat sedang lelah, otak dapat menghasilkan ilusi dari penampakan hantu.
Oleh karena itu, orang yang sedang lelah dapat dikatakan rentan untuk melihat penampakan tersebut.
"Ini tipuan mata. Kelopak mata Anda akan berkedut dan memicu munculnya gambaran asing sesaat. Ini seperti eksposur ganda kamera, hanya sesaat," kata Nickell.
Sementara itu, Dominic Ffytche dari Institute of Psychiatru pernah menyatakan, orang yang mengaku bisa melihat hantu bisa jadi karena otak berusaha keras memahami penurunan informasi dari saraf optik.
Saat otak tidak mendapatkan informasi apapun, organ tersebut bisa menganggur. Akibatnya, otak dapat menghasilkan gambar apapun.
"(Penampakan hantu) hanya sesuatu yang berhubungan dengan otak," katanya.
Kondisi-kondisi media medis seperti ini bisa saja terjadi pada para pendaki gunung yang kekuatan fisiknya terkuras selama bertahan hidup di ketinggian.
Namun, apa yang terjadi pada para pendaki yang mengalami kejadian horor, seperti Gibran juga bisa saja menglami pareidolia jika dilihat dari sisi psikologis.
Seperti yang dijelaskan Psikolog dari Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah berdasarkan laporan wartawan Tribunjabar.id dari Kota Bandung.
Ia menyatakan, kondisi ini membuat seseorang memiliki kecenderungan melihat berbagai hal samar-samar menjadi sesuatu yang memiliki bentuk tertentu.
"Inilah yang kemudian menerangkan hal-hal yang dilihat pada orang-orang yang melaporkan telah alami pengalaman paranormal," katanya.
Aulia menyoroti, pengalaman horor yang dialami Muhammad Gibran Arrasyid juga bisa karena post traumatic stress.
Kondisi itu memungkinkan seseorang mengingat peristiwa yang dialami menjadi kabur, tidak utuh, atau bisa saja ada kesalahan dalam urutan dan kejelasan peristiwanya.
Biasanya kondisi ini terjadi karena seseorang mengalami kejadian yang menakutkan, dahsyat, dan menimbulkan traumatik.
Setelah ditemukan di Gunung Guntur pada 24 September lalu, Gibran memang sempat trauma.
Namun, lambat laun ia sudah tidak takut lagi setelah melakukan trauma healing.
"Sudah tidak takut, ya sudah berdamai, kalau dulu awal-awal liat gunung masih takut," ujarnya.
Pada prosesnya, ia menghilangkan rasa takutnya melalui cara mendaki ke bukit-bukit kecil.
Akhirnya, ia pun mampu melepas traumanya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kini, ia pun siap jika harus mendaki lagi ke Gunung Guntur.
"Saya sudah siap, nanti jika ada kesempatan lagi saya akan naik lagi ke sana. Saat ini gimana izin dari orang tua aja, soalnya harus ditemenin," katanya.
Terlepas dari semua itu, cerita horor Gibran sampai saat ini masih viral dan menjadi perbincangan di media sosial.
Walaupun sempat mengalami kejadian mengerikan karena hilang di Gunung Guntur, remaja berusia 14 tahun itu justru populer di sekolah.
Ia bahkan kerap diminta foto bareng. Selain itu, Gibran juga eksis menjadi bintang tamu sederet Youtuber yang menggali pengalamannya sebagai pendaki hilang di Gunung Guntur.
Kini, bahkan ada kabar terbaru yang mengejutkan, kisah remaja yang hilang di Gunung Guntur itu akan diproduksi dalam sebuah film.
Dalam laporan wartawan Tribunjabar.id dari Garut pada Sabtu (30/10/2021), Gibran sudah tanda tangan kontrak dengan rumah produksinya.
"Kami bersama Gibran sudah menandatangani kontrak dengan perusahaan itu. Kami bersyukur semoga kisah Gibran ini banyak memberi manfaat, terutama kami selalu menekankan soal pelestarian alam yang ada di Garut khususnya," kata ibunda Gibran, Wini Winarti. (*)