Guru Terpapar Covid-19, Jumlah Sekolah yang PTMT-nya Dihentikan Bertambah, Siswa Ingin Tetap PTM

Seiring dengan penambahan siswa dan guru yang terkonfirmasi Covid-19, dari 77 menjadi 84 orang, PTMT di dua sekolah lainnya pun terpaksa dihentikan.

Editor: Hermawan Aksan
AFP PHOTO/CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION/ALISSA ECKERT/HANDOUT
Ilustrasi Covid-19 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Jumlah sekolah di Kota Bandung yang kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT)-nya terpaksa dihentikan karena sejumlah siswanya terdeteksi terpapar Covid-19 bertambah.

Sebelumnya, hanya 12 sekolah yang PTMT-nya dihentikan.

Namun seiring dengan penambahan siswa dan guru yang terkonfirmasi Covid-19, dari 77 menjadi 84 orang, PTMT di dua sekolah lainnya pun terpaksa dihentikan.

Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Cucu Saputra, mengatakan ke-14 sekolah yang harus kembali menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini terdiri atas 5 SD, 2 SMP, 2 SMA, 4 SMK, dan 1 SLB.

Jumlah ini masih mungkin bertambah karena dari 3.300-an sampel yang diperiksa, sebanyak 864 sampel belum diketahui hasilnya.

“Sesuai dengan ketentuan tindak lanjut surveillance, bahwa 14 sekolah tersebut harus kembali melaksanakan PJJ karena jumlah siswa dan guru yang terpapar berada pada persentase lebih dari lima persen,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (24/11/2021).

Berdasarkan data yang kini ada, kata Cucu, sekolah-sekolah belum dapat diklasifikasikan sebagai kluster penyebaran Covid-19.

"Selain itu Dinas Kesehatan Kota Bandung langsung menanganinya dengan pelaksanaan isolasi mandiri, pelacakan kontak erat, karantina mandiri, entry test intervensi PTM, melakukan tes untuk semua anggota rombel, karantina semua anggota rombel, serta pengembalian seluruh rombel (rombongan belajar) untuk kembali PJJ sampai exit test selesai,” ucap Cucu.

Cucu menjelaskan, walaupun angka jumlah siswa/guru yang terpapar per sekolah terlihat kecil, pengembalian metode pembelajaran menjadi PJJ harus dilakukan sebagai upaya antisipasi meluasnya penularan Covid-19.

Ia mengatakan, keberlanjutan PTM sangat tergantung pada kolaborasi dan sinergitas dari semua pihak, khususnya antara orang tua siswa dan guru.

Adanya regulasi dua jam pembelajaran di sekolah, kata Cucu, harus didukung dengan pola pengawasan prokes dalam 22 jam lainnya saat siswa berada di luar sekolah.

“Jangan sampai PPKM level 2 di Kota Bandung menjadi euforia yang berlebihan."

"Ayo tingkatkan terus kualitas prokes, tunda dulu liburan, rekreasi maupun berkunjung ke tempat-tempat yang ramai, karena hal tersebut justru menjadi potensi dalam penyebaran Covid-19,” katanya.

Ketua Forum Orangtua Siswa (Fortusis) Kota Bandung, Dwi Soebawanto, mengatakan PTMT sejatinya harus dihentikan tanpa harus menunggu kasus lebih dari lima persen.

Ketika ada satu orang yang terkonfirmasi, Dwi meminta Disdik langsung menghentikan PTMT dan beralih ke PJJ.

"Tutup (hentikan) saja jangan sampai menunggu ada yang meninggal dunia."

"Lalu, PAUD dan SD harus diliburkan saja karena mereka enggak menerima vaksin," katanya saat dihubungi, Minggu (24/10/2021).

Dwi menilai, kebijakan PTMT ketika herd immunity belum terbentuk adalah kebijakan yang dipaksakan.

"Ternyata terbukti banyak siswa yang terkonfirmasi setelah PTMT dibuka meski memang belum diketahui dari mana mereka bisa tertular, apakah bawaan dari rumah, teman, atau guru-gurunya," katanya.

Sejumlah pelajar yang ditemui Tribun, kemarin, mengaku sangat berharap PTMT bisa terus dilakukan.

Azka Aulia Madina (15), siswa SMAN 5 kelas X, mengaku PTM membuatnya bisa lebih cepat memahami pelajaran.

Ini, menurut Azka, karena respons guru lebih cepat ketika PTMT.

"Saat online, sering kesulitan untuk menanyakan tugas yang kurang dimengerti."

"Terkadang media platform untuk kumpulkan tugas dan ulangan juga sering mengalami kendala sehingga ada beberapa data yang tak terkirim dan akhirnya tak miliki nilai untuk tugas atau ulangan," ujarnya.

Harapan agar PTMT bisa terus digelar juga diungkapkan Ega Litundzira, siswa kelas 1 SMPN Pasawahan.

Menurut Ega, belajar secara online sangat memusingkan.

"Kalau disuruh memilih, ya lebih baik sekolah tatap muka karena kalau secara online suka terganggu karena handphone-nya terkadang diganggu oleh adik dan pelajaran enggak cepat ditangkap."

"Jadi, intinya ingin sekolah tatap muka terus berlangsung," katanya.

Kaget

Dihubungi melalui telepon, kemarin, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 SDN 065 Cihampelas, Romario, mengaku kaget karena SDN 065 Cihampelas termasuk dalam lima SD yang kembali harus menggelar PJJ.

"Tentunya kami semua kaget sekaligus bingung ya ketika mendapatkan hasil tersebut, karena selama ini pelaksanaan prokes yang kami lakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan."

"Meskipun penyebabnya (penularan) belum diketahui dari mana, karena masih dilakukan tracing oleh puskesmas, kuat dugaan siswa tersebut terpapar di luar lingkungan sekolah," ujarnya.

Ia menuturkan, para siswanya yang terkonfirmasi Covid-19 semuanya tak menunjukkan gejala.

"Ketika kami tanya kepada mereka apakah mengalami gejala demam, flu, batuk, dan gejala umum pada pasien Covid-19 lainnya, semuanya mengaku tidak mengalami hal itu."

"Jadi kesimpulannya mereka tanpa gejala, dan kami sarankan mereka untuk isolasi mandiri saja selama 14 hari, sambil menunggu tindak lanjut dari pihak puskesmas," ujarnya.

Pihak sekolah juga sudah mengumumkan penghentian sementara kegiatan PTM terbatas selama 14 hari.

"Peristiwa ini cukup memberikan dampak psikologis bagi semua siswa dan guru. Apalagi saat dipastikan PTM terbatas dapat digelar oleh pemerintah, antusiasme 486 siswa kami sangat tinggi."

"Mudah-mudahan ini (kasus positif Covid-19) yang terakhir, jangan ada lagi ke depannya," katanya.

(cipta permana/nandri prilatama)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved