Conscious Living Ajak Warga Sadar Kelola Sampah Agar Bernilai, Bisa Ditukar Pulsa dan Token Listrik
Untuk mengatasi permasalahan sampah, P&G bekerjasama dengan start up Octopus Indonesia dan didukung Dinas Lingkungan Hidup Jabar meluncurkan program
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Taukah Anda terdapat 170 ribu ton sampah yang dihasilkan oleh Indonesia dalam sehari?
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 menyebutkan, hanya sekitar 10 hingga 15 persen yang diproses untuk didaur ulang.
Sampah yang terus bertambah ini pun sebanyak 62 persen di dominasi oleh sampah rumah tangga.
Untuk mengatasi permasalahan ini P&G bekerjasama dengan start up Octopus Indonesia dan didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Conscious Living.
Pada program Conscious Living sebelumnya, karyawan P&G Indonesia melakukan pemilahan sampah dan telah berhasil mengumpulkan lebih dari 5.1 ton sampah rumah tangga mereka sendiri untuk didaur ulang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Dr.Ir. Prima Mayaningtyas, M.Si, mengatakan, adanya program ini membantu untuk mengurangi volume timbunan sampah yang menjadi ancaman bagi kerusakan lingkungan.
" Salah satu tantangan terbesar kami saat ini memang perihal pengelolaan sampah plastik tanpa nilai ekonomi seperti sachet multilayer dan HDPE. Kami berharap program ini dapat dilaksanakan di kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat lainnya”, ujar Prima saat press conference virtual, Kamis (7/10/2021).
Sementara itu P&G Indonesia Sales Senior Director & Sustainability Leader, Asrini Suhita mengatakan, dari program ini, bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan mencegah sampah plastik sachet atau multilayer dan HDPE dari produk P&G berakhir di TPA.
"Kemasan sachet atau multilayer dan plastik HDPE dari produk-produk P&G akan dikumpulkan oleh masyarakat provinsi Jawa Barat atau konsumen P&G, yang nantinya para pengguna akan mengakses aplikasi untuk menyetorkan sampah produk-produk P&G dengan menghubungi pelestari Octopus," ujar Asrini.
Asrini menjelaskan, nantinya, pelestari akan datang dan mengambil sampah kemasan produk yang sudah dikumpulkan dan dipilah oleh konsumen.
Kemudian sampah tersebut diserahkan kepada pengusaha pengolah sampah atau pengepul, dan sampah ini akan diolah menjadi sumber energi terbarukan sehingga tidak sampai ke Tempat Pembuangan Akhir.
Co Founder dan CEO Octopus Indonesia, Moehammad Ichsan menjelaskan, selama ini sampah jenis – jenis ini selalu dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai.
"Namun, melalui program ini, kami bersama dengan P&G menciptakan sebuah sistem yang tidak hanya memberikan nilai terhadap sampah tersebut, tetapi juga memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat, diantaranya adalah konsumen, pelestari, dan pengepul," ucapnya.
Bagi konsumen yang sudah memilah dan memanggil Octopus, nantinya bisa mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan poin yang nantinya bisa ditukar dengan pulsa atau token listrik.
Melalui cara ini diharapkan perilaku masyarakat akan mengelola sampah bisa berubah untuk menciptakan keadaan bumi yang lebih baik di masa depan. (*)