Sejarah Cianjur

Jembatan Cisokan Riwayatmu Kini, Kisah Mahluk Hitam Tinggi, 2 Bus Terjun dan Aksi Hebat Para Pejuang

Jembatan Cisokan sempat jadi saksi hebatnya perjuangan para pejuang. Ada juga sisi mistisnya. Ini kondisinya sekarang.

Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Jembatan Cisokan terkini. Jembatan ini jadi saksi hebatnya pejuang di Cianjur dan sekitarnya melawan tentara sekutu. 

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Abah Adang (68) masih mengingat jelas kenangan naik oplet melintasi Jembatan Cisokan II bersama orangtuanya saat akan ke Bandung atau pulang ke Cianjur.

Warga Kampung Sukahurip, Desa Hegarmanah, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur ini mengingat jika kendaraan harus antre karena jembatan kecil ini tak muat untuk dua kendaraan.

"Oplet harus menunggu jika kendaraan datang dari arah berlawanan," ujar Abah Adang, ditemui di Jembatan Cisokan, Rabu (6/10/2021).

Abah Adang mengatakan, ia tak ikut membangun Jembatan Cisokan II, tapi ia menyebut ikut membangun jembatan III yang saat ini digunakan.

"Kenangan tragis di Jembatan Cisokan II ini ada dua bus yang terjun, bus Bunga dan Lumba-Lumba namanya," ujarnya.

Abah Adang tak memungkiri jika sisi mistis dari jembatan ini masih banyak dirasakan oleh warga sekitar.

Selain bekas tempat peperangan, Jembatan Cisokan juga banyak memakan korban dari kecelakaan kendaraan.

"Kalau suasana lagi kosong banyak cerita warga, soal bentuk tinggi besar berbulu yang jarinya sebesar lengan orang dewasa," ujarnya.

Abah Adang mengatakan, kini kondisi Jembatan Cisokan II tak sekokoh dulu, jika dilewati dua motor, getaran dari jembatan yang goyang cukup terasa.

Ia mengatakan, Jembatan Cisokan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pernah tiga kali dibangun dalam bentuk, lokasi, dan masa yang berbeda. 

Meskipun data persis kapan pembangunannya dimulai sulit diperoleh, namun bekas peninggalan bangunan jembatan hingga kini masih bisa dilihat.

Jembatan Cisokan I hanya tinggal tebing karang penyangga kayu dan letaknya cukup jauh dari Jembatan Cisokan II dan III yang berdekatan. Lokasi jembatan pertama berada di bagian hilir sungai itu.

Dekat Jembatan Cisokan lama ada kawasan tugu pengingat perang konvoi di Cianjur. Kawasan ini berpotensi menjadi tempat wisata sejarah. Namun perlu dilakukan penataan yang serius oleh pihak yang memang berwenang.

Banyak pihak berharap ada yang menata tempat itu menjadi wisata yang dapat menarik wisatawan lokal ataupun luar negeri. Terlebih untuk mereka yang memang menyukai sejarah.

Sekdes Hegarmanah Kecamatan Sukaluyu, Dian Sofyan mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Ciranjang. Pasalnya kawasan bersejarah itu terbagi dalam dua wilayah.

"Untuk jembatan masuk ke Hegarmanah, Kecamatan Sukaluyu, tapi yang tugu itu masuk Ciranjang. Jadi perlu ada koordinasi dua pemerintah desa dan dua kecamatan berbeda. Tapi akan diupayakan adanya penataan di sana," kata Dian.

Dian mengakui, jika pentaan itu akan memberikan dampak positif bagi dua wilayah, mulai dari peningkatan pariwisata, hingga perekonomian.

"Sudah menjadi rencana juga agar ada kawasan wisata sejarah yang menarik banyak wisatawan. Dan salah satunya yang berpotensi jadi wisata itu kawasan Cisokan. Makanya kami akan coba seriusi masalah penataannya," katanya.

Sedikit mengulas perjuangan dari berbagai sumber, aksi dari para pejuang Indonesia di Jembatan Cisokan membuat tentara elite sekutu kocar-kacir dan membuat kekuatan pejuang semakin diperhitungkan.

Peristiwa itu bernama Perang Konvoi yang menjadi ulasan dalam agenda napak tilas dan diskusi sejarah "Perang Konvoi Tjianjoer-Tjirandjang 1945-1946: Dalam Perpektif Sejarah", Sabtu (11/11).

Untuk diketahui, perang Konvoi itu berlangsung di front Jawa Barat, beberapa bulan setelah proklamasi.

Seharusnya waktu itu menjadi saat di mana Allied Forces Netherland East Indies (Afnei) yang dimpimpin Letnan Jendral Sir Philip Christison (Inggris) untuk memulangkan tawanan dan melucuti balatentara perang, tetapi malah berujung sebagai medan perang bagi sekutu.

Perang itu terjadi di sepanjang jalan antaran Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung dan berlangsung dalam dua periode.

Pertama terjadi pada 9 sampai 12 Desember 1945 yang berpusat di Bojongkokosan.

Kedua terjadi pada 10-14 Maret 1946, di mana tiga balation pasukan Inggris dikepung di Sukabumi dan Cianjur.

Aksi pejuang, tentara, dan laskar pun menjadi mimpi buruk bagi tentara Inggris. Bahkan tentara Gurkha dari Nepal dan Batalyon Jast serta Patialadari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang yang menakutkan, dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik.

Perang Konvoi pun menjadi catatan prestasi penting bagi TRI, khususnya resimen Sukabumi bersama barisan Hizbullah, Sabilillah, Persindo, Banteng, pemuda Proletar, Kris, Prd, laskar merah, dan laskar lainnya.

Di Cianjur sendiri, perang Konvoi tersebut berpusat di Jembatan Cisokan lama yang kini sudah tidak digunakan. ‎

Jembatan itu menjadi saksi bisu kehebatan para pejuang, termasuk di Cianjur. Meskipun tak banyak catatan sejarah yang menuliskan aksi heroik yang tidak kalah hebat dengan aksi di tempat lainnya di Indonesia.

Hal itupun ternyata menarik banyak peminat, baik dari pecinta sejarah, guru sejarah, remaja, hingga pelajar di Cianjur.

Mereka turut serta dalam kegiatan napak tilas yang digelar oleh Historika atas dukungan Dirokterat Jenderal kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga: Mengenal Sejarah Kota Bandung Lewat Taman Sejarah, Nyaman dan Tenang

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved