Kisah Pangeran Soeria Atmadja Bangun Sekolah Pertanian di Tanjungsari Sumedang, Rela Hibahkan Tanah
Pohon lame tua menjulang tinggi di lahan milik sekolah pertanian di Tanjungsari, Sumedang.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Pangeran Soeria Atmadja menghibahkan tanahnya seluas 6 bau (bahu).
Ukuran satu bau setara dengan 0,8 hektare atau 800 meter persegi.
Namun, menurut hasil wawancara TribunJabar.id, luas lahan ketika sekolah tersebut didirikan mencapai 24 hektare.
Bupati bukan hanya memberikan tanah yang luas itu, namun juga memberikan modal berupa uang untuk operasional pertama sekolah tersebut.
Bupati memberikan gulden f.3000 atau sekitar Rp 24 Juta dengan kurs masa kini untuk penggunaan uang tersebut di masa lampau, 1914.
"Bupati mewajibkan semua siswa di sekolah itu untuk menanam sayuran. Hasil panennya dibeli oleh bupati sendiri untuk dijadikan benih sebelum dibagikan kepada rakyat," tulis Nina.
Sekolah pertanian itu semakin maju dan sudah menjadi sekolah bertaraf negeri.
Siswa-siswa di sekolah itu kini bersekolah dengan gratis, syaratnya hanya satu: mau belajar dan bertani.
Bahkan SMK PPN Tanjungsari adalah sekolah pertama yang pada tahun 2019 menerapkan kurikulum kopi.
Kurikulum ini sebagai kurikulum percontohan sebelum diterapkan di sekolah-sekolah lain di Indonesia.
Suhara, guru agribisnis, pembibitan, dan jaringan tanaman di SMK PPN Tanjungsari mengatakan, bangunan-bangunan di sekolah tersebut masih dalam bentuk aslinya sejak sekolah itu dibuat.
"Pohon-pohon tua juga masih terawat. Pohon lame yang ada ini mungkin usianya sudah lebih dari 150 tahun. Menghitung umur kopi tertua saja, sudah 150 tahun, lame mungkin lebih dari itu," katanya, Minggu (3/10/21).
Dia mengatakan ada saksi hidup terkait sejarah pohon. (*)