Kisah Pangeran Soeria Atmadja Bangun Sekolah Pertanian di Tanjungsari Sumedang, Rela Hibahkan Tanah
Pohon lame tua menjulang tinggi di lahan milik sekolah pertanian di Tanjungsari, Sumedang.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Pohon lame tua menjulang tinggi di lahan milik sekolah pertanian di Tanjungsari, Sumedang.
Pohon itu berkulit cokelat gelap, seperti kulit keriput orang tua yang setia menjagai tempat itu.
Tak ada yang tahu berapa tua usia pohon yang kulitnya sering dipakai untuk menyembuhkan gatal dan borok itu.
Yang jelas, pohon lame itu adalah saksi bagaimana Pangeran Aria Soeria Atmadja, Bupati Sumedang periode 1883-1919, begitu bergairah membangun sekolah pertanian.
Di bawah pohon lame, bangunan-bangunan tua yang masih kokoh dan aktif dipakai untuk kegiatan pendidikan pertanian belum tampak rapuh.
Tak jauh dari pohon lame, ada tersisa lima pohon kopi tua yang usianya sudah lebih dari 150 tahun.
Pohon-pohon kopi jenis ekselsa dengan batang pohon sebesar betis orang dewasa berada di dekat lapangan sepak bola.
Pohon-pohon dan bangunan di sekolah yang kini bernama Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (PPN) Tanjungsari itu selalu sangat terawat.

Namun, apa alasan Pangeran Soeria Armadja membangun sekolah itu, bahkan menghibahkan tanah serta memberi modal operasional pertama?
Penelitian yang dilakukan Nina Herlina Lubis dkk. di dalam buku Sejarah Sumedang dari Masa ke Masa terbitan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumedang, 2008, menyebutkan bahwa pada awal abad ke-20, ketika Pangeran Soeria Atmadja menjabat bupati, pertanian adalah penopang utama perekonomian di Sumedang.
"Pangeran Soeria Atmadja membangun sekolah itu dengan terlebih dahulu mengirim utusan untuk belajar di Sekolah Tani di Soreang pada 1910," tulis Nina dalam buku itu.
Yang diutus oleh Pangeran Soeria Atmadja adalah Raden Rangga Wirahadisurya ke Sekolah Tani (Desa Landbouwschooltjes) di Soreang.
Empat tahun kemudian, setelah semua persiapan diyakini sudah maksimal, sekolah itu didirikan pada 1914.
Lahan yang digunakan adalah lahan milik bupati sendiri.