Pengamat Sebut Tudingan Gatot Nurmantyo soal TNI AD Disusupi PKI Sudah Tak Laku & Tak Masuk Akal

Barang-barang yang dihilangkan, menurut Gatot, adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme di Tanah Air pada era Orde Lama.

Editor: Ravianto
Kompas.com/Adrian Mozes
Gatot Nurmantyo. Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai tudingan mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo yang menilai komunisme telah menyusup ke tubuh TNI kurang masuk akal. 

Dengan demikian, kata dia, sulit untuk tidak melihat bahwa peringatan Gatot soal bahaya laten komunis diangkat untuk kepentingan politiknya.

"Pak Gatot ini tampaknya memang konsisten mengangkat isu ini, terutama setiap mendekati akhir September. Tanpa kita sadari, dia menjadi 'top of mind' dan menjadi bagian dari perbincangan, perdebatan dan pemberitaan tiap kali negara ini bersiap memperingati Hari Kesaktian Pancasila," kata dia.

Menurutnya, wajar Gatot secara konsisten memilih isu komunisme untuk menjaga dan mengelola eksistensinya. 

Topik G30S/PKI, kata dia, memang masih sangat menarik bagi sebagian masyarakat, terutama kelompok-kelompok Islam maupun kelompok-kelompok yang terasosiasi dengan militer. 

“Isu semacam itu banyak diminati oleh influencer dan buzzer baik online maupun offline,” katanya. 

Dia mengatakan, banyak orang yang dengan senang hati dan sukarela akan menggaungkan narasi dan aksi apa pun yang terkait isu G30S, baik positif maupun negatif. 

"Ada banyak media yang memberi ruang bagi kemunculan Gatot, setiap tahun. Sekarang ini ibaratnya, membincangkan PKI tanpa menyebut nama Gatot itu gak ramai, gak seru," kata Fahmi.

Fahmi melihat hal tersebut menjadi peluang yang sangat dimengerti dan kemudian dikelola oleh Gatot dan timnya.

"Bayangkan saja, dia gak perlu repot membuat isu yang bisa menjamin eksistensi. Apalagi ditambah kata kunci 'TNI' dan 'Dudung' seperti sekarang. Jelas ramai," kata dia.

Masalahnya, lanjut dia, sama seperti isu khilafah yang kerap dikonsumsi oleh kelompok lain, isu komunisme akhirnya seperti bara yang terus dipertahankan tetap menyala.

Ia justru khawatir bahwa penguasa, elit politik, dan para penyedia jasa pendampingan politik seperti tidak punya niatan membantu masyarakat keluar dari trauma masa lalu dan mendapatkan kebenaran. 

Isu-isu tersebut, kata dia, justru terkesan digunakan untuk adu kuat, menghadirkan polarisasi, memelihara kecurigaan dan rasa takut yang menyebar di kalangan masyarakat. 

Menjawab penyusupan komunis di tubuh TNI, Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, membenarkan patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad.

Yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) sebelumnya ada di dalam museum tersebut. 

Patung tersebut, kata Dudung, dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution pada 2011 sampai 2012.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved