Kuncen Tancapkan Paku Bumi, Gibran Pelan-pelan Muncul, Linglung, Ditepuk Pundaknya, Baru Sadar
Ada cerita menarik di balik ditemukannya Muhammad Gibran Arrasyid, pendaki di Gunung Guntur yang hilang.
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Ada cerita menarik di balik ditemukannya Muhammad Gibran Arrasyid, pendaki di Gunung Guntur yang hilang.
Ade Leji (55), kuncen Gunung Guntur, membeberkan detik-detik Muhammad Gibran Arrasyid pertama kali ditemukan.
Gibran hilang di Gunung Guntur pada 19 September dan ditemukan pada Jumat 24 September.
Sehari sebelum kuncen Gunung Guntur berangkat ke Gunung Guntur membantu pencarian GIbran, Ade mengaku mendapat pertanda bahwa Gibran akan ditemukan.
Lokasi yang ia tuju adalah Curug Cikoneng, sebuah air terjun kecil yang memiliki ketinggian hampir 100 meter.
Di tempat itu, kata Ade, ia mendapat pertanda bahwa Gibran ada di gua kecil di air terjun tersebut.
Baca juga: Gibran Diajak ke Rumah Makhluk Gaib di Gunung Guntur, Saat Diikuti, Bocah Itu Jatuh dan Ditemukan
"Di lokasi itu saya langsung melakukan tawasul dan berserah diri kepada Allah, lalu saya tancapkan paku bumi ke batu di curug itu," ungkapnya.
Tidak lama setelah membenamkan paku bumi itu, Ade kemudian melihat Gibran yang perlahan mulai menampakkan diri.
Menurutnya, saat itu Gibran masih tidak bisa bicara dan terlihat linglung.

"Saya tepuk pundaknya. Gibran, kata saya, dia kemudian sadar. Langsung saya beri makan dan saya tanya-tanya, dia bilang kok saya ada di sini," ungkapnya.
Ade menjelaskan Gibran tersadar saat mendengar teriakan dia yang terus memanggil Gibran.
Saat itu ia coba menghubungi relawan, tapi tidak berhasil karena tidak ada sinyal lantaran berada di lembah Curug Cikoneng.
Ade pun kemudian menggendong Gibran seorang diri menaiki tebing.
"Saya merangkak-rangkak menaiki tebing, Gibran saya pangkon," ucap Ade.
Baca juga: Cerita Perjalanan Mistis Gibran Bocah 14 Tahun 6 Hari Hilang dan Bertahan Hidup di Gunung Guntur
Setelah keduanya berada di atas dan mendapati sinyal, Ade pun langsung menghubungi keluarganya.
"Saya telepon keluarga saya, tolong sampaikan ke tim pencari, Gibran sudah ketemu," ujarnya.
Ade sempat mengabadikan momen saat dia hendak membenamkan paku bumi di sebuah batu yang menempel di Curug Cikoneng.

Saat diwawancarai, Ade memperlihatkan paku bumi yang ia gunakan untuk menemukan Gibran.
Paku bumi tersebut berupa paku berwarna emas bertuliskan huruf Arab dengan panjang 7 cm.
Dari foto yang diperlihatkan Ade ke Tribunjabar. id, diketahui perincian waktu saat dia menyelamatkan Gibran, menunjukan pukul 16.40 WIB.
Gibran Diajak Main ke Rumah Makhluk Gaib Gunung Guntur
Gibran menceritakan keadaannya selama berada di Gunung Guntur seorang diri, termasuk bertemu dengan sosok makhluk halus.
Selain itu, ia juga mengaku selalu diajak main ke rumah makhluk gaib tersebut, tapi ia kembali menolak ajakan tersebut.
"Ayo katanya, main ke rumah, nolak aja, saya takut," kata Gibran di Puskesmas Tarogong, kemarin.
Namun di waktu sebelum ditemukan tim pencari, ia sempat mengikuti sosok yang mengajaknya.
"Terakhir pas mau pulang, saya mengikutinya, dia bilang katanya ayo ikut biar cepat bisa pulang," ungkapnya.
Gibran akhirnya mengikuti sosok tersebut, kemudian ia terjatuh di salah satu tebing gunung hingga membuat kedua kakinya luka-luka.
Setelah terjatuh, Gibran mendengar teriakan warga yang tidak jauh dari tempatnya, yakni di kawasan Curug Cikoneng.
"Pas jatuh, saya mendengar ada bapak-bapak teriak nama saya," ucapnya.
Selama enam hari bertahan hidup sendiri di Gunung Guntur, dia hanya mengonsumsi dedaunan dan minum air putih di sungai.
Ia juga sempat disuguhi makanan oleh makhluk gaib.
Makhluk gaib itu menurutnya berbaju serbaputih dengan wajah tertutup kain, menyuguhkan nasi dan ikan.
Namun Gibran tidak memakan apa yang disuguhkan, ia lebih memilih minum air sungai dan makan dedaunan.
"Tiga orang berbaju putih itu mukanya ditutup kain, perempuan," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id.
Selama hilang enam hari di Gunung Guntur, tutur Gibran, ia tak pernah merasakan adanya malam hari.
"Enggak ada malam. Siang hari, terang," ucapnya. (*)