Penggunaan Tiga Vaksin Baru di Jabar dalam Tahap Konfirmasi, Ada yang Bisa Cuma Sekali Suntik
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis izin penggunaan darurat (EUA/emergency use authorization) untuk tiga vaksin Covid-19 terbaru.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis izin penggunaan darurat (EUA/emergency use authorization) untuk tiga vaksin Covid-19 terbaru, yakni vaksin Sputnik-V, Janssen, dan Convidecia.
Dengan demikian, ketiga vaksin ini melengkapi vaksin Covid-19 lain yang sudah mendapatkan EUA sebelumnya di Indonesia.
Vaksin tersebut antara lain vaksin CoronaVac (Sinovac), Covid-19 Bio Farma (dari bahan baku produksi Sinovac), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Comirnaty (Pfizer dan BioNTech).
Wakil Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Jabar, Atalia Praratya Ridwan Kamil, mengatakan, dengan demikian, jenis-jenis vaksin yang akan digunakan akan semakin beragam, termasuk jika Jabar mendapat tiga jenis vaksin baru tersebut.
Hal yang harus dicermati, katanya, adalah prosedur penggunaan vaksin tersebut, baik mengenai dosis maupun sosialisasi kepada masyarakat.
Ia mengatakan apalagi mengenai Janssen yang dikabarkan hanya butuh satu kali penyuntikan, tidak seperti vaksin lainmya yang dua kali suntikan.
"Kita dapat kabar Janssen ini satu kali suntikan aman, tapi kita harus konfirmasi lagi. Kedua adalah vaksinasi apakah bisa dilakukan dengan bermacam-macam vaksin yang berbeda. Saat ini penggunaan vaksin A, kemudian B, tidak masalah," katanya saat meninjau vaksinasi di Kota Bandung, Rabu (16/9/2021).
Ia mengatakan sejauh ini vaksin Moderna diberikan sebagai booster kepada para tenaga kesehatan.
Sedangkan vaksin jenis lainnya disuntikkan kepada warga Jabar di sejumlah kota dan kabupaten.
Ia mengatakan Pemprov Jawa Barat menginisiasi vaksinasi Covid-19 menggunakan tenaga bidan mandiri di desa/kelurahan.
Saat ini Jabar sudah menyuntikkan 18,4 juta dosis vaksin dari total target 37 juta di akhir Desember 2021.
Masih butuh kerja keras untuk mencapai target.
Dengan potensi 5.899 titik vaksinasi oleh bidan mandiri, Jabar bisa menghasilkan 206.465 orang tervaksin per hari.
Itu dengan hitungan satu bidan memvaksin 35 orang per hari. Jika target ditingkatkan jadi 50 orang per hari, maka hasilnya akan lebih besar lagi.
Menurut Atalia, bidan mandiri di desa/kelurahan dapat dioptimalkan untuk mempercapat vaksinasi di Jabar.
Memvaksin ibu hamil sudah jadi rutinitas bidan mandiri sehingga memvaksin Covid-19 bagi orang umum pun bisa.
“Pemerintah sudah merambah ke wilayah desa dan kelurahan melalui gerakan dari puskesmas dan juga bidan mandiri desa jadi setiap satu orang bidan mandiri itu bisa mereka melakukan vaksinasi bagi 50 orang penduduk desa,” ujar Atalia.
Atalia menilai target 37,9 juta warga Jabar divaksin tidak akan bisa tercapai apabila stakeholders tidak ikut turun tangan untuk berkolaborasi.
“Tapi tentu saja kita tidak akan mencapai target sasaran apabila tidak ada dukungan dari semua pihak,” kata Atalia.
Selain itu, menurutnya sasaran vaksin bagi warga kelompok terdekat sangat penting dilakukan guna membentuk herd immunity secara parsial di lingkungan rumahnya. Apalagi jika konsisten dilakukan berbagai lembaga capaian target 37 juta jiwa pun akan segera terealisasi.
“Saya kira ini penting sekali semakin banyak universitas komunitas dan target sasaran kita akan semakin cepat terealisasi,” ujarnya.
Atalia menuturkan mengenai stok vaksin di Jabar hingga saat ini masih tersedia. Ia pun meminta agar kegiatan vaksinasi dilakukan lebih masif melalui kolaborasi dari berbagai elemen.
“Stok vaksin aman, bahkan kita mendorong pelaksanaan kegiatan vaksinasi dilakukan lebih masif lagi dilakukan oleh gabungan berbagai elemen,” sebut Atalia.
Tak hanya itu, ia membeberkan terkait pelaksanaan vaksin dosis 1 dan 2 jika dilakukan tidak pada tempat yang sama dipastikan hal tersebut aman. Asalkan jenis vaksin yang digunakan masih sama.
“Kemarin saja saya cek vaksin pertama di tempat tersebut kemudian yang keduanya di tempat berbeda dan terdekat misalnya ke puskesmas dan bidan desa itu tidak masalah. Jadi sudah dipastikan itu aman,” katanya. (*)