Peristiwa G30S
Setelah G30S, Soeharto Jadi Sasaran Pembunuh yang Menyamar Jadi Anaknya, Gagal karena Tien Soeharto
Soeharto menjadi sasaran pembunuh setelah peristiwa G30S pecah. Saat itu, Soeharto mengisi jabatan Pangkostrad setelah Ahmad Yani gugur.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Widia Lestari
TRIBUNJABAR.ID - Soeharto menjadi sasaran pembunuh setelah peristiwa G30S pecah.
Saat itu, Soeharto mengisi jabatan Pangkostrad setelah Ahmad Yani gugur.
Soeharto didapuk untuk memegang kendali Angkatan Darat sementara waktu.
Posisinya kala itu menjadi sasaran empuk pembunuh.
Berdasarkan penuturan Tien Soeharto dalam buku Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia, Soeharto hampir dibunuh oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai anaknya.
Tien Soeharto tentu tidak tenang suaminya jadi incaran pembunuh.
Baca juga: Monumen Pancasila Sakti, Lokasi Bersejarah G30S, Ada Batu Tulis Berisi Tekad Pejuang Pancasila
Ia kerap was-was karena Soeharto rawan dibunuh setelah mengisi jabatan yang ditinggalkan Ahmad Yani.
Melansir dari Sosok.id, hari itu, Tien Soeharto tengah menemani Tommy Soeharto yang dirawat di rumah sakit.
Tien kalut ketika tak mendapat kabar dari sang suami.
Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Hal tersebut dilakukan Tien Soeharto secara nekat.
"Maka saya nekad saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit.
Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa." tulis Bu Tien dalam buku otobiografinya.
Kemudian, Tien Soeharto membawa Tommy pulang ke rumah diantar adik Soeharto, Probosutedjo dan ajudan yang bernama Wahyudi.
Baca juga: Kuatnya Ade Irma Suryani Anak AH Nasution, Tak Nangis Tertembak di Malam G30S, Padahal Terluka Parah
Saat itu, Probosutedjo meminta izin Tien Soeharto untuk membawa senjata api.
"Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata," kenang Probosutedjo.
Ketika sampai di rumah, tak ada sosok Soeharto.
Ternyata, Soeharto masih berada di markas Kostrad.
Soeharto memberi amanat kepada pengawalnya agar sang istri dan anak diungsikan ke rumah ajudan di Kebayoran Baru.
Ketika berada di rumah ajudannya, Tien Soeharto tambah gelisah.
Ada kabar yang menyebut seorang anak perempuan mengaku sebagai anak Soeharto.
Ia sedang mencari sang ayah.
"Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh," tutur Tien.
Baca juga: Dikira Perampokan, Detik-detik Penculikan DI Panjaitan Peristiwa G30S, Saksi Sebut Rumah Dikepung
Mendengar itu Tien Soeharto langsung bergerak.
Ia berangkat ke rumah Chaerul Saleh dengan dikawal oleh ajudannya.
Sesampainya di sana, Tien mendapati ada seorang anak perempuan yang didampingi oleh anggota AURI.
Ia menjemput anak itu dan membawanya ke rumah.
Anak itu diberondong sejumlah pertanyaan.
"Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah, saya interview. Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok.
Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto," jelas Tien.
Namun, Tien masih penasaran dengan anak itu.
Diam-diam ia membuka koper yang dibawa sang anak.
Baca juga: Saat Soekarno Menangis dan Peluk Putrinya Pasca G30S, Ia Merasa Sangat Kesepian, Hatinya Hancur
Ia mendapati sebuah gitar serta sebungkus bubuk racun tikus.
Lantas, Tien meminta anak itu beristirahat di sebuah kamar yang ia kunci dari luar.
Kemudian, Tien Soeharto melaporkan kejadian itu ke Soeharto.
"Setelah itu saya pergi ke Kostrad untuk menemui Pak Harto, melaporkan hal ikhwal anak perempuan itu. Bapak bilang agar dibawa ke Kostrad saja."
Keesokan harinya, Tien Soeharto kembali mengunjungi anak itu.
Namun, ketika kamar dibuka, anak tersebut sudah tidak ada.
"Anak itu telah menghilang. Rupanya dia melarikan diri turun melalui jendela menggunakan stagen," ucap Tien.
Tien menafsirkan, anak perempuan itu sengaja dipasang untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan menggunakan racun tikus yang dibawanya.
"Sejak itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu, tidak ada pula kabar beritanya," kata Tien.