Bisa Jadi Pilihan Agrowisata, Bendungan Sadawarna yang Instagramable, Bisa Juga Belajar Ternak Lebah
Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang dan Sumedang menjadi salah satu destiansi agrowisata dan agroekonomi yang instagramable
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Membicarakan bendungan ternyata tidak selalu tentang penyediaan air untuk pertanian dan pembangkit listrik. Contohnya di Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang dan Sumedang, agrowisata dan agroekonomi telah tumbuh duluan di sekitar lokasi bendungan yang masih dalam proses pembangunan.
Di sekitar lokasi bendungan, terdapat kawasan green belt atau sabuk hijau untuk penataan lingkungan di sekitar infrastuktur dan menciptakan ruang terbuka hijau.
Penataan ini dilakukan supaya ekosistem bendungan menjadi indah, asri, dan berkarakter, sehingga akan meningkatkan estetika, bahkan tidak menutup kemungkinan dijadikan kawasan wisata dan pemberdayaan ekonomi.
Baca juga: Tempat Wisata di Indramayu Mulai Buka Hari Ini, Berikut Syaratnya Jika Ingin Piknik

Setidaknya terdapat lima desa di sekitar Bendungan Sadawarna, yakni Desa Tanjung, Surian, dan Suriamedal, di Kabupaten Sumedang. Kemudian Desa Cibalandong dan Sadawarna di Kabupaten Subang.
Masyarakat sekitar Bendungan Sadawarna di Desa Tanjung, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang, contohnya, telah menanami kawasan green belt dengan pohon-pohon produktif dan estetik.
Bahkan, kelompok masyarakat ini sudah mengembangkan peternakan lebah tanpa sengat atau klanceng dan memanen madunya.
Di desa ini, hamparan bunga matahari, prokot, aster, marygold, air mata pengantin, dan bunga-bunga estetik lainnya ditanam.
Baca juga: Wisata Pangandaran Mulai Dibuka Pekan Ini, Bakal Berlakukan Tarif Beda Untuk Cegah Kerumunan
Tertata berkotak-kotak layaknya kebun sayur.
Bunga berwarna-warni dan penataannya yang apik membuat lokasi ini instagramable.
Bunga-bunga ini pada dasarnya ditanam bukan untuk dijual seperti tanaman hias, namun menjadi bahan makanan lebah-lebah madu tanpa sengat.
Dengan penataannya yang estetik, tempat ini pun rencananya akan dibuka menjadi kawasan wisata edukasi.
Ketua Komunitas Peduli Lingkungan (Kopel) Ade Suryaman mengatakan memang tujuan utamanya menanam berbagai jenis bunga itu adalah untuk bahan makanan lebah tanpa sengatnya.

Bunga-bunga yang ditanam pun adalah yang dapat meningkatkan kadar propolis dan bee pollennya.
"Tapi memang jadinya bagus ya buat foto-foto juga kebun bunganya. Padahal tujuannya buat makan lebah saja. Seperti bunga matahari dan prokot, itu bagus untuk propolis," kata Ade saat ditemui di kebunnya, Selasa (31/8).
Ade mengatakan memang sudah banyak pengunjung yang datang untuk belajar beternak lebah tanpa sengat ini.
Mereka pun selalu saja berfoto di taman bunganya.
Ia berharap sengan hadirnya Bendungan Sadawarna, dapat meningkatkan geliat wisata edukasi atau agrowisata di kawasan sekitarnya.
Baca juga: Pemkab Garut Siapkan Jalan Patriot Jadi Kawasan Wisata Kuliner Malam, Tunggu Tanggapan Positif
Upaya penataan green belt ini tidak lepas dari peran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum sebagai pihak pembangun bendungan.
Kepala Satker Pembangunan Bendungan BBWS Citarum, Sandi Eriyanto, mengatakan bukan tidak mungkin Bendungan Sadawarna dan sekitarnya akan menjadi primadona wisata baru di Jabar.
"Kita lakukan pembinaan masyarakat sekitar bendungan, supaya masyarakat bisa mengawasi, mengelola, dan menjaga bendungan, dengan target pemberdayaan masyarakat sekitar bendungan, yang mendapat dampak bendungan," kata Sandi di kawasan Bendungan Sadawarna, Selasa (31/8).
Tanaman yang ditanam, katanya, adalah tanaman endemik, yakni pohon songgong dan lame, yang menjadi anaman peneduh dan konservasi di green belt. Kemudian tanaman buah pun ditanam, berupa pohon rambutan, mangga, nangka, duren, sampai alpukat.
Baca juga: Wisata Alam di Bandung Barat, Bisa Piknik Hingga Berkemah, Ada Villa Kayu dan Perpustakaan Juga Loh
Ditanam juga tanaman pendamping seperti kapulaga dan rumput odot sebagai sumber ekonomi pakan ternak.
Ada juga tanaman estetika, yakni bunga prokot, matahari, sampai airmata pengantin.
Selain mengembangkan peternakan lebah madu tanpa penyengat atau klanceng dan sudah dipanen madunya, masyarakat pun mengolah pupuk organik cair, pestisida nabati, dan molase, untuk penyubur tanaman yang ditanam.
Di Desa Tanjung pun, pengunjung bisa menyaksikan pembuatan pupuk organik dan alami yang mulai banyak digunakan masyarakat setempat untuk lahan pertanian, kebun bunga, termasuk tanaman-tanaman hias para pengunjung di rumahnya.
Diharapkan dengan bimbingan dari BBWS Citarum yang berkelanjutan, masyarakat setempat yang berdekatan dengan Bendungan Sadawarna menjadi pemetik keuntungan dari hadirnya bendungan tersebut, di antaranya dengan kemajuan wisata.