Kisah Masa Kecil Apriyani Rahayu, Berawal dari Raket Kayu, Pernah Dapat Cibiran karena Postur Pendek

Kisah pebulutangkis ganda putri, Apriyani Rahayu dan Greysia Poli akan terus dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
Kolase (Youtube Kompas TV dan dokumentasi Apriyani Rahayu)
Kisah masa kecil Apriyani Rahayu. Dulu sering dicibir karena postur pendek. Kini sabet emas Olimpiade. 

TRIBUNJABAR.ID - Kisah pebulutangkis ganda putri, Apriyani Rahayu dan Greysia Polii akan terus dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Mereka berdua berhasil mengharumkan nama Bangsa di ajang Olimpiade Tokyo 2020 karena berhasil menyabet medali emas.

Kini, nama Apriyani dan Greysia pun terus dielu-elukan.

Apabila ditarik ke belakang, ternyata Apriyani telah melewati perjuangan yang tak mudah.

Saat masih kecil, banyak cibiran yang diperolehnya karena dirinya berpostur pendek.

Tak sedikit yang meragukan Apriyani akan menjadi pebulutangkis kelas dunia dengan postur seperti itu.

Namun, Apriyani tak pernah merasakan patah semangat atau lelah.

Hal itu lantaran ayahnya, Amiruddin Pora, selalu mendukungnya, memberikannya semangat.

"Karena ketulusan ayah saya, semangatnya, jadi (saya) enggak pernah patah, enggak pernah ngerasain sakit, gitu-gitu tuh enggak pernah," ujar Apriyani Rahayu dalam program Rosi yang diunggah di channel Youtube Kompas TV, dikutip Tribunjabar.id, Jumat (13/8/2021).

Amiruddin pun berkesempatan bercerita seperti apa masa kecil putri bungsunya tersebut.

Baca juga: Momen Mengharukan Apriyani Rahayu Bertemu Kembali Ayahnya, Langsung Sujud, Menangis Sejadi-jadinya

Sebelum menggeluti bulutangkis, Apriyani ternyata sudah menggeluti beberapa bidang olahraga lain hingga beladiri.

Perempuan yang besar di Konawe, Sulawesi Tenggara itu pernah mencoba menggeluti sepak bola, takraw, hingga taekwondo.

"Pokoknya, apa maunya, mau main bola, (kami) siapkan sepatu bola. Mau takraw dibelikan takraw. Terakhir, bulutangkis. Dan dia senang. (Pernah juga ikut) taekwondo. (Karena) tiga kakaknya di taekwondo," ujar Amiruddin.

Namun, akhirnya Apriyani memilih untuk menekuni bulutangkis.

Menurut Amiruddin, fisik anak bungsunya itu memang seperti fisik laki-laki.

"Saya pikir, kalau bulutangkis, karena fisik begitu seperti laki-laki, maka saya pilihkan. Biar saya juga menarik untuk mengantar dia," katanya.

Saat masih kecil, Apriyani pun pernah dibuatkan sebuah raket khusus dari kayu.

Apriyani Rahayu langsung sujud dan menangis sejadi-jadinya saat bertemu kembali ayahnya.
Apriyani Rahayu langsung sujud dan menangis sejadi-jadinya saat bertemu kembali ayahnya. (Youtube Kompas TV)

Raket itu dipakai ketika Apriyani bermain dengan teman-temannya.

Ukurannya juga disesuaikan dengan badan Apriyani yang kecil.

Namun, jika bermain badminton dengan ibunya, Apriyani akan diberikan raket yang lebih bagus, yaitu raket kesayangan ibunya.

"Jadi kalau main sama mamanya, itu dipakai sama-sama. Tapi kalau teman-temannya, ini yang dipakai," kata Amiruddin menunjukkan raket kayu yang dibawanya.

Baca juga: Bonus Presiden bagi Peraih Medali Olimpiade 2020, Greysia/Apriyani Rp 5,5 M, Windy Cantika Berapa?

Selama menemani Apriyani berlatih badminton, Amiruddin mengatakan ia selalu berusaha sekuat tenaga agar anaknya bisa memiliki raket yang bagus.

Perjuangannya ternyata tak sia-sia. Pasalnya, anaknya sudah berprestasi sejak kecil.

Saat menginjak kelas 4 SD, Apriyani berhasil mengikuti Porda.

Bahkan kini, prestasi Apriyani tak main-main.

Ia berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 bersama pasangannya, Greysia Poli.

"Makanya itu saya berusaha sekuat tenaga, bagaimana dia bisa memperoleh raket yang bagus-bagus. Saya usahakan sesuai kemampuan saya, saya tetap usahakan," ujar Amiruddin.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved