Robert Albert dan Bayang-bayang 'Kutukan' Pelatih Asing Bernasib Buruk jika Melatih Persib Bandung

Ada penyebutan kutukan berlaku bagi Persib Bandung saat ditangani oleh pelatih asing di era Liga Indonesia. Saat ini, Persib ditangani pelatih asing

Penulis: Ferdyan Adhy Nugraha | Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar
Pelatih Persib Bandung Robert Alberts berpose dalam latihan hari kedua di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Selasa (2/3/2021). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferdyan Adhy Nugraha

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG  - Ada penyebutan kutukan berlaku bagi Persib Bandung saat ditangani oleh pelatih asing di era Liga Indonesia. Sejak menggunakan pelatih asing pada musim 2003, tak ada satupun yang berakhir sukses.

Sudah 10 pelatih asing yang didatangkan manajemen Persib untuk meraih gelar juara. Mulai dari Marek Andrzej Sledzianowski, Juan Antonio Paez, Arcan Iurie Anatolievichi, Darko Janackovic, Jovo Cuckovic, Drago Mamic, Dejan Antonic, hingga Mario Gomez.

Semua pelatih itu mengalami nasib buruk. Entah itu dipecat atau mengundurkan diri karena tak kuat menahan tekanan publik.  Sehingga ketika Persib Bandung akan menggunakan jasa pelatih asing, bayang-bayang akan kegagalan sudah terasa bahkan sebelum kompetisi dimulai.

Sebaliknya, Persib justru bisa berhasil meraih dua gelar juara Liga Indonesia di tangan pelatih lokal. Indra Thohir dan Djajang Nurdjman justru yang mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia pada musim 1994/1995 dan 2014.

Saat ini, Persib dinahkodai oleh pelatih asing, Robert Rene Alberts. Dia datang ke Persib pada musim 2019 dengan CV mentereng. Menjadi juara Liga Indonesia pada musim 2009/2010 bersama Arema Indonesia dan membuat PSM Makassar menjadi kesebelasan yang kembali disegani dalam beberapa tahun terakhir.

Karir 

Robert Alberts lahir di Amsterdam, Belanda pada 14 November 1954. Dia memulai karir sebagai pesepak bola tatkala berhasil masuk ke akademi Ajax Amsterdam pada 1966.

Tidak mendapat tempat di skuat senior Ajax, Robert memutuskan hijrah ke Liga Amerika Serikat untuk bermain di Vancouver Whitecaps. Di sana, Robert bermain dari 1975 hingga 1976. 

Satu tahun berselang atau tepatnya 1977, Robert kembali ke Eropa dengan bermain untuk Clermont Foot yang berlaga di Liga Perancis. Di sana Robert tak bertahan lama dan melanjutkan karirnya di Råå IF yang berkompetisi di Liga Swedia.

Puncak karir sebagai pemain sepak bola profesional terjadi tatkala Robert memperkuat Hittarps IK di divisi dua Liga Swedia. Di sana dia sempat meraih beberapa trofi dan menjadi titik awal mulai melatih.

Di Hittarps IK, Robert selain bermain sempat menjadi pelatih saat usianya 30 tahun. Barulah di musim kedua, dia benar-benar bekerja sebagai pelatih. Kendati tak meraih gelar juara, Robert Rene Alberts mendapat apresiasi dari manajemen Hittarps IK karena berhasil meningkatkan kemampuan pemain melalui metode latihannya. 

Setelah melatih Hittarps IK pada tahun 1984-1987, Robert memutuskan pindah ke tim Liga Swedia lainnya, Astorps IK. Di sana, Robert semakin terasah kemampuan melatihnya hingga memberanikan diri terbang ke benua Asia.

Klub Asia pertama Robert adalah Kedah FA yang ia latih dari musim 1992-1995. Setelahnya, Robert hijrah ke Singapura dengan melatih beberapa klub seperti Tanjong Pagar (1996-1998) dan Home United 1999.

Di Home United, Robert sukses meraih gelar juara Liga Singapura. Lebih spesialnya lagi, Robert kala itu menjadi juara tanpa satu kali pun menelan kekalahan. 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved