Ratusan Pengunjuk Rasa yang Bikin Rusuh pada Demo Menolak PPKM Darurat Dipulangkan Polisi

Ratusan pemuda yang diamankan polisi saat unjuk rasa menolak PPKM Darurat di Balai Kota Bandung sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. 

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
Tribun Jabar/Deni Denaswara
Massa aksi yang melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota Bandung, Rabu (21/7/2021). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ratusan pemuda yang diamankan polisi saat unjuk rasa menolak PPKM Darurat di Balai Kota Bandung sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. 

Sebelum dipulangkan, massa yang didominasi pelajar usia remaja itu telah menjalani pendataan dan swab antigen. 

Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP Adanan Manopang mengatakan, dari hasil swab test ditemukan tujuh orang reaktif Covid-19. 

"Ya, tujuh orang yang positif itu sudah dipulangkan untuk menjalani isolasi mandiri," ujar Adanan, saat dihubungi Kamis (22/7/2021). 

Pun demikian dengan massa yang lainnya, kata Adanan, sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. 

Sementara enam remaja yang kedapatan membawa bom molotov saat unjuk rasa kemarin, masih diamankan di Polrestabes Bandung untuk pemeriksaan.

"Total ada enam yang diamanan, lima sebagai saksi dan satu terbukti, karena dibawa umur dikenakan UU Perlindungan anak," katanya. 

Baca juga: Ratusan Pemuda Diamankan, Kebanyakan Anak SMA, Mengaku Diajak Aksi Unjuk Rasa Dari Media Sosial

Seusai unjuk rasa kemarin ada sekitar 170 orang terdiri dari pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pengangguran yang diamankan polisi karena diduga menjadi perusuh serta merusak fasilitas publik saat unjuk rasa menolak PPKM darurat.

Penyusup Bawa Bom Molotov

Unjuk rasa menolak perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat berakhir ricuh di depan Balai Kota Bandung, Rabu (21/7). Ratusan "penyusup" terpaksa ditangkap. Lima di antaranya ditahan karena kedapatan membawa bom molotov.

Unjuk rasa menolak perpanjangan PPKM darurat diikuti ribuan peserta, terdiri dari para pedagang, para pengemudi ojek online, dan mahasiswa. Unjuk rasa yang semula terbib mendadak rusuh saat ratusan penyusup mulai melempari para petugas dengan batu dan botol-botol bekas. Sempat terdengar dua kali ledakan sebelum polisi akhirnya melakukan tindak represif, membubarkan un juk rasa dan dan menangkapi para perusuh.

Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya, menduga para penyusup sejak awal memang sudah berniat berbuat kerusuhan. Itu terlihat dari bom molotov yang mereka bawa.

"Sehingga kami berkesimpulan mereka ingin membuat Kota Bandung tidak kondusif, dengan seolah-olah mereka mengajak massa untuk tidak suka dengan PPKM, sehingga mereka mendiskreditkan pemerintah, dan membuat PPKM tidak diperpanjang, sehingga mereka melakukan perusakan," kata Ulung sambil menunjuk ratusan pemuda berpakaian hitam-hitam yang diamankan di halaman Gedung Sate Bandung, kemarin.

Ulung mengatakan, sebagian dari perusuh yang ditangkap masih berstatus pelajar.

"Dari total 150 orang yang kami amankan, sebanyak sembilan orang adalam mahasiswa, 35 orang pelajar, enam orang pelajar SMP enam orang, dan lain-lainnya 34 orang. Lain-lainnya itu putus sekolah dan pengangguran," kata Ulung.

Baca juga: Sempat Terjadi Lemparan, Massa Pengunjuk Rasa Dibubarkan Polisi

Selain membuat ricuh, kata Ulung, kelompok berbaju hitam-hitam ini juga mereka amankan karena tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Kita bubarkan mereka karena mereka tidak mematuhi prokes, tidak memakai masker, menutup jalan sehingga terjadi kemacetan panjang, kemduain mereka melakukan perusakan," ucapnya.

Selain menjalani pemeriksaan kepolisian, kata Ulung, ratusan perusuh yang mereka tangkap ini juga mereka haruskan untuk menjalani pemeriksaan swab antigen.

"Dari hasil sementara untuk swab antigen, ternyata sudah ada tiga orang dinyatakan reaktif," ujar Ulung. 

Mundur Teratur

Menyusul terjadinya kericuhan, ribuan pedagang dan para pengemudi ojek online yang semula memenuhi jalan di depan Balai Kota Bandung pun akhirnya mundur dan membubarkan diri. Mereka memilih mundur karena tak mau terprovokasi.

Seorang driver ojek online, Azka Galih, mengaku ikut berunjuk rasa karena sangat merasakan beratnya dampak PPKM darurat yang ternyata benar-benar diperpanjang pelaksanaannya oleh pemerintah.
"Kami sih berharap tak ada lagi PPKM darurat. Namun, yang utama, jangan ada penyekatan atau penutupan jalan," katanya, di sela aksi.

Baca juga: Foto-foto Demo di Balai Kota Bandung Hari Ini, Unjuk Rasa Soal PPKM, Sempat Terjadi Ketegangan

Akibat PPKM darurat ini, kata Azka, penghasilannya sehari sempat hanya Rp 32 ribu. Padahal, biasanya bisa mencapai Rp 100 ribu lebih.

Tak hanya itu, saat PPKM darurat, pengeluaran untuk bensin juga menjadi lebih besar.

"Semula bensin hanya Rp 20 ribu cukup. Tapi, ketika ada penutupan jalan, sehari bisa Rp 35 ribu," katanya.

Hal senada diungkapkan perwakilan pedagang di BEC Purnawarman saat berorasi. Dia mengatakan penutupan mal BEC berakibat pada pedagang yang ada di sekitar BEC yang hilang pendapatannya.

"Harusnya ketika pemerintah menetapkan suatu aturan harus diimbangi dengan solusi. Anak istri saya harus makan pak. Mang Oded enak digaji, enak tidur di kasur empuk. Saya (pedagang) ingin sampaikan penolakan perpanjangan PPKM darurat dan segera buka lagi mal di Bandung," ujarnya. (nazmi abdurahman/tiah sm/nandri prilatama/syarif abdussalam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved