Headline Tribun Jabar
Headline Tribun Jabar, Perusuh Bawa Bom Molotov, Unjuk Rasa Penolakan PPKM Darurat Ricuh
Headline Tribun Jabar, hari ini, memberitakan unjuk rasa penolakan PPKM Darurat. Dalam unjuk rasa tersebut, ada perusuh bawa bom molotov.
Headline Tribun Jabar, hari ini, memberitakan unjuk rasa penolakan PPKM Darurat.
Dalam unjuk rasa tersebut, ada perusuh bawa bom molotov.
Ikuti headline Tribun Jabar selengkapnya di bawah ini.
BANDUNG, TRIBUN - Unjuk rasa menolak perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat berakhir ricuh di depan Balai Kota Bandung, Rabu (21/7). Ratusan "penyusup" terpaksa ditangkap. Lima di antaranya ditahan karena kedapatan membawa bom molotov.
Unjuk rasa menolak perpanjangan PPKM darurat diikuti ribuan peserta, terdiri dari para pedagang, para pengemudi ojek online, dan mahasiswa. Unjuk rasa yang semula terbib mendadak rusuh saat ratusan penyusup mulai melempari para petugas dengan batu dan botol-botol bekas. Sempat terdengar dua kali ledakan sebelum polisi akhirnya melakukan tindak represif, membubarkan un juk rasa dan dan menangkapi para perusuh.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya, menduga para penyusup sejak awal memang sudah berniat berbuat kerusuhan. Itu terlihat dari bom molotov yang mereka bawa.
"Sehingga kami berkesimpulan mereka ingin membuat Kota Bandung tidak kondusif, dengan seolah-olah mereka mengajak massa untuk tidak suka dengan PPKM, sehingga mereka mendiskreditkan pemerintah, dan membuat PPKM tidak diperpanjang, sehingga mereka melakukan perusakan," kata Ulung sambil menunjuk ratusan pemuda berpakaian hitam-hitam yang diamankan di halaman Gedung Sate Bandung, kemarin.
Ulung mengatakan, sebagian dari perusuh yang ditangkap masih berstatus pelajar.
"Dari total 150 orang yang kami amankan, sebanyak sembilan orang adalam mahasiswa, 35 orang pelajar, enam orang pelajar SMP enam orang, dan lain-lainnya 34 orang. Lain-lainnya itu putus sekolah dan pengangguran," kata Ulung.
Selain membuat ricuh, kata Ulung, kelompok berbaju hitam-hitam ini juga mereka amankan karena tidak menerapkan protokol kesehatan.
"Kita bubarkan mereka karena mereka tidak mematuhi prokes, tidak memakai masker, menutup jalan sehingga terjadi kemacetan panjang, kemduain mereka melakukan perusakan," ucapnya.
Selain menjalani pemeriksaan kepolisian, kata Ulung, ratusan perusuh yang mereka tangkap ini juga mereka haruskan untuk menjalani pemeriksaan swab antigen.
"Dari hasil sementara untuk swab antigen, ternyata sudah ada tiga orang dinyatakan reaktif," ujar Ulung.
Mundur Teratur
Menyusul terjadinya kericuhan, ribuan pedagang dan para pengemudi ojek online yang semula memenuhi jalan di depan Balai Kota Bandung pun akhirnya mundur dan membubarkan diri. Mereka memilih mundur karena tak mau terprovokasi.
Seorang driver ojek online, Azka Galih, mengaku ikut berunjuk rasa karena sangat merasakan beratnya dampak PPKM darurat yang ternyata benar-benar diperpanjang pelaksanaannya oleh pemerintah.
"Kami sih berharap tak ada lagi PPKM darurat. Namun, yang utama, jangan ada penyekatan atau penutupan jalan," katanya, di sela aksi.
Akibat PPKM darurat ini, kata Azka, penghasilannya sehari sempat hanya Rp 32 ribu. Padahal, biasanya bisa mencapai Rp 100 ribu lebih.
Tak hanya itu, saat PPKM darurat, pengeluaran untuk bensin juga menjadi lebih besar.
"Semula bensin hanya Rp 20 ribu cukup. Tapi, ketika ada penutupan jalan, sehari bisa Rp 35 ribu," katanya.
Hal senada diungkapkan perwakilan pedagang di BEC Purnawarman saat berorasi. Dia mengatakan penutupan mal BEC berakibat pada pedagang yang ada di sekitar BEC yang hilang pendapatannya.
"Harusnya ketika pemerintah menetapkan suatu aturan harus diimbangi dengan solusi. Anak istri saya harus makan pak. Mang Oded enak digaji, enak tidur di kasur empuk. Saya (pedagang) ingin sampaikan penolakan perpanjangan PPKM darurat dan segera buka lagi mal di Bandung," ujarnya. (nazmi abdurahman/tiah sm/nandri prilatama/syarif abdussalam)
Ikuti headline Tribun Jabar yang lainnya di sini.
VIDEO PILIHAN TRIBUNJABAR.ID