Pasien Covid-19 ke RS Dengan Oksigen di Bawah 50 Persen, Bupati Garut: Banyak Kematian di IGD
Bupati Garut Rudy Gunawan menyebut banyak pasien Covid-19 datang ke RSUD dr Slamet Garut dengan pasokan oksigen di bawah 50 persen
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor Tribunjabar Garut, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Kondisi ironis dialami warga Garut yang terpapar Covid-19. Bupati Garut Rudy Gunawan menyebut banyak pasien Covid-19 datang ke RSUD dr Slamet Garut dengan pasokan oksigen di bawah 50 persen.
Akibatnya, banyak pasien Covid-19 yang mengalami sesak nafas. Jika tidak ditangani dengan dibantu ventilator atau suplai oksigen, nyawa mereka bisa tidak selamat.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Masyarakat Terus Memburu Tiga Barang Medis Ini Karena Seringkali Kehabisan
Ketersediaan ventilator tersebut menurutnya saat ini sangat diperlukan karena banyak pasien Covid-19 yang datang ke RSUD dr. Slamet Garut dalam keadaan kekurangan oksigen.
"Ketika pasien datang, ketersediaan oksigen di dalam tubuh ada yang menurun bahkan di bawah 50, 40, ada yang 30, sehingga banyak kematian yang terjadi di IGD, kami mohon maaf karena ketersediaan tempat pelayanan dan alat yang masih terbatas,” ucap Rudy Gunawan di Garut, Selasa (29/6/2021).
Normalnya, pasokan oksigen ke tubuh manusia harus berada di atas 95 persen hingga 100 persen. Suplai oksigen di bawah 90 persen saja sudah dikategorikan kritis.
Kondisi itu diperparah dengan keterisian tempat tidur yang tinggi. Rudy menjelaskan saat ini masyarakat Garut yang terpapar Covid-19 tidak sepenuhnya terlayani karena Bed Occupancy Rate (BOR) yang tinggi sehingga dibutuhkan rumah sakit khusus yang bisa menampung banyak pasien.
"Kita sekarang dalam kondisi sangat darurat mengenai perawatan di rumah sakit. Pasien setiap hari yang terkena Covid-19 berduyun-duyun ke rumah sakit tapi ketersediaan bed kami terbatas," kata Bupati Garut.
Baca juga: 487 Gerai Vaksinasi Covid-19 se-Jabar, Kapolda: Target 100 Ribu Orang Perhari, Jangan Abai Prokes
Ia meminta maaf atas ketidakseimbangan antara jumlah perawat dengan pasien Covid-19 dikarenakan banyaknya tenaga medis yang juga terpapar Covid-19.
"Tenaga medis kita juga terbatas, kami pun mohon maaf adanya ketidak seimbangan antar jumlah perawat atau tenaga kesehatan dengan jumlah pasien," ucap Rudy Gunawan.
Karenanya, ia menyebut RSUD dr Slamet Garut akan dijadikan sebagai rumah sakit khusus Covid-19 dengan kapasitas 500 bed dengan alat yang lebih lengkap.
"Mulai minggu depan kami akan menjadikan RSUD dr Slamet sebagai rumah sakit khusus Covid-19 dengan 500 bed karena di situ ada ventilator, alat-alat lain yang lebih lengkap," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan, Selasa (29/6/2021) di Pendopo Garut.
11 Daerah di Jabar Masuk Zona Merah
Sebanyak 11 kabupaten dan kota di Jabar kini berstatus zona merah atau menjadi kawasan berisiko tinggi penyebaran Covid-19. Sedangkan 16 kabupaten dan kota sisanya berstatus zona oranye atau risiko sedang penyebaran Covid-19.
Hal itu berdasarkan hasil evaluasi resiko kesehatan masyarakat kabupaten dan kota di Jabar pada periode 21-27 Juni 2021 oleh Subdivisi Data dan Kajian Epidemiologi Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar.
Sebanyak 11 daerah berstatus zona merah tersebut adalah semua daerah di Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Kemudian zona merah berikutnya adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kota Depok.
Baca juga: Tumbuk Daun Sirih dan Daun Mahkota Dewa, Bisa Sembuhkan Buruk Kulit Akibat Gula Darah Tinggi
Peningkatan jumlah zona merah ini terjadi secara pesat karena pada periode sebelumnya, hanya Kota Bandung dan Kabupaten Bandung yang berstatus zona merah.
Laporan tersebut menyatakan terjadi kenaikan signifikan kasus positif Covid-19 periode 21-27 Juni 2021 (23.735 kasus) dibandingkan periode 14-20 Juni 2021 (15.628 kasus).
Kasus aktif (dalam perawatan/isolasi) Jabar pun mengalami kenaikan signifikan dengan bertambah sebanyak 14.680 pada periode 21-27 Juni 2021. Peningkatan angka kasus harian inilah yang menyebabkan penambahan jumlah zona merah di Jawa Barat.
Baca juga: Apotek di Bandung Jual Ivermectin yang Lagi Diuji Jadi Obat Covid-19, Harus Pakai Resep Dokter
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jabar, Daud Achmad, mengatakan memang pada periode ini, jumlah zona merah di Jabar meningkat drastis, dari awalnya dua daerah menjadi 11 daerah.
"Ya, memang terjadi peningkatan seperti itu," kata Daud melalui ponsel, Selasa (29/6).