Gempa Hari Ini
BARU SAJA GEMPA Magnitude 5,3 Guncang Sangihe Sulut, BMKG Langsung Beri Pengumuman
Baru saja terjadi gempa di Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Selasa (29/6/2021), magnitude 5,3.
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID - Baru saja terjadi gempa di Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Selasa (29/6/2021).
Data BMKG mencatat, gempa bumi terkini di Sangihe Sulut berkekuatan 5,3 SR.
Kedalaman gempa bumi di Sangihe itu 141 Km.
BMKG menginformasikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Berikut infomasi gempa hari ini yang diumumkan BMKG di laman resmi Twitternya:
Baca juga: Gempa Hari Ini: BMKG Informasikan Wilayah Buleleng Diguncang Gempa Bumi 29 Juni, Kekuatannya M=3.4
#Gempa Mag:5.3, 29-Jun-21 14:35:28 WIB, Lok:3.93 LU,125.92 BT (59 km TimurLaut TAHUNA-KEP.SANGIHE-SULUT), Kedlmn:141 Km, tdk berpotensi tsunami #BMKG
Masyarakat diimbau untuk tenang jika terjadi gempa dan tidak panik.
Rumah Tahan Gempa
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana dan tinggal di wilayah rawan bencana selalu berisiko.
Bencana bisa datang sewaktu-waktu, baik gempa bumi, tsunami, banjir, maupun longsor.
Namun, banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana.
Baca juga: Gempa Hari Ini, Bengkulu Diguncang Gempa Bumi M=5,2 Minggu 20 Juni Subuh, Begini Penjelasan BMKG
Tak mengherankan, jika terjadi bencana gempa, banyak korban berjatuhan karena tertimpa runtuhan bangunan rumah.
Misalnya saat gempa terjadi di Lombok, NTB, tercatat sekitar 555 orang menjadi korban, umumnya tertimpa bangunan rumah.
Ratusan ribu orang mengungsi tidak berani tinggal di rumah, khawatir ada bencana susulan.
Karena itulah Kementerian PUPR melalui Balitbang menghadirkan solusi rumah tahan gempa yang memiliki standar keselamatan bagi penghuninya.

Rumah yang diberi nama RISHA (Rumah Instan Sehat dan Sederhana) itu bisa menahan gempa hingga 8 skala Richter.
Teknologi RISHA ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman (Puslitbang Perkim) Kementerian PUPR.
Berbeda dengan rumah pada umumnya, RISHA merupakan struktur bangunan dengan konsep modular dan knock down (bongkar pasang).
Untuk membuat RISHA bisa dilakukan dengan menggabungkan panel-panel beton dan baut yang dibangun secara bertahap berdasarkan modul.
Baca juga: Indonesia Sering Diguncang Gempa Bumi, Sebaiknya Bangunlah Rumah Tahan Gempa, Ini Panduannya
Lantaran ukuran komponennya mengacu pada ukuran modular maka komponennya memiliki sifat fleksibel dan efisien dalam mengkonsumsi bahan bangunan.
Ketika terjadi gempa di NTB, atas perintah langsung dari Presiden Jokowi dalam kunjungan meninjau korban gempa pada tanggal 13 Agustus 2018, Presiden meminta agar segera dibangun rumah tahan gempa RISHA untuk membenahi fasilitas-fasilitas kesehatan dan pendidikan yang hancur karena gempa.
“Harus kita mulai pembangunan rumah dengan konstruksi RISHA, yang nanti akan dikawal oleh kementerian PU, sehingga rumah yang dibangun betul-betul rumah tahan gempa,” jelasnya.
Saat itu Menteri PUPR langsung mengintruksikan Badan Litbang PUPR untuk membangun rumah contoh tahan gempa teknologi RISHA di provinsi NTB.
Badan Litbang membentuk satgas pelaksanaan pembangunan rumah contoh tahan gempa sekaligus melakukan alih teknologi untuk rekonstruksi paska gempa bumi di NTB.
Tim Satgas ini membangun 70 unit bangunan RISHA yang dimanfaatkan untuk kantor pemerintahan, fasilitas kesehatan, rumah masyarakat dan fasilitas umum dan sosial.

Menurut Lukman Hakum, PLT Balitbang Kementerian PUPR, RISHA menjadi solusi perumahan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki standar keselamatan yang tinggi menghadapi gempa bumi.
"Bangunan dengan teknologi RISHA bisa dibangun oleh semua lapisan masyarakat di daerah manapun, bukan hanya di daerah yang tertimpa bencana saja."
"Lantaran konsep RISHA dikembangkan untuk seluruh masyarakat berdasarkan kondisi geografis Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, RISHA juga sangat ekonomis, bisa dibangun oleh masyarakat oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki rumah.
Biaya satu unit bangunan RISHA tipe 36 hanya memerlukan anggaran Rp 50 juta.
Untuk membangun (perakitan) hanya memerlukan waktu 9 jam dengan jumlah tenaga kerja 3 orang saja.
Proses pembuatan komponen dan perakitannya terpisah, tapi masing-masing memerlukan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan metode konvensional.
RISHA memerlukan komponen yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu: komponen struktural, komponen pengisi, dan komponen utilitas.
Dengan menggunakan konsep knock down semua komponen bisa dibongkar pasang sesuai keperluan.
Meski menganut konsep knock down, RISHA dapat dimodifikasi dengan mengadopsi potensi lokal misalnya ciri khas rumah adat daerah.
Dari sisi fleksibilitas terletak pada kemungkinan untuk menjadi rumah tumbuh, baik vertika maupun horizontal.
Selain itu memungkinkan pula untuk membangun rumah yang lebih besar, misalnya untuk kantor, sekolah atau pasar.
Model pembuatannya memakai system pre-pabrikasi yaitu, komponen-komponennya dicetak terlebih dahulu sebelum kemudian dirakit seperti mainan lego.
Namun begitu, bukan berarti rumah sehat ini tidak berkualitas.
Ada standar tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap komponen penyusunnya, sehingga hasil akhirnya memenuhi standar SNI, Standar Nasional Indonesia. (*)