Meninggal Dunia, Ini Sosok Wimar Witoelar, Pernah Jadi Jubir Gus Dur dan Sempat Berkuliah di ITB
Wimar Witoelar meninggal dunia, Rabu (19/5/2021). Meski sudah tiada, sosoknya akan selalu dikenang.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID - Wimar Witoelar meninggal dunia, Rabu (19/5/2021). Meski sudah tiada, sosoknya akan selalu dikenang.
Oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, Wimar Witoelar dikenal sebagai juru bicara kepresidenan era kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gusd Dur.
Wimar pernah mengatakan, menjadi juru bicara Gus Dur adalah anugerah besar baginya.
Bahkan, sejak pertemuan pertama dengan Gus Dur pun, ia sudah terkesan.
"Tiap hari ada yang lucu atau berguna. Paling berkesan adalah pertemuan pertama, rasanya seperti ketemu teman lama," kata Wimar dalam berita Harian Kompas, 28 Juni 2011, dikutip TribunJabar.id dari Kompas.com.
Jauh sebelum menjadi jubir, pria kelahiran Padalarang, 14 Juli 1945 ini pernah menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1963.
Namun, ia yang kuliah di jurusan elektro teknik tak pernah menyelesaikan proses pendidikannya tersebut.
Wimar justru sibuk ikut ke dalam aktivitas politik sejak G30S PKI meletus.
Kala itu, Wimar menjadi salah satu Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) pada November 1965 Komisariat ITB mewakili Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).
Selanjutnya, pada 1968 ia terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB.
Selang setahun kemudian, pada 1969 ia terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB periode 1968-1969.
Wimar sempat mengungkapkan mengapa ia lebih memilih meninggalkan kuliahnya dan menjadi aktivis.
"Karena tidak sanggup, tidak ada motivasi lagi. Ketika tahun ketiga kuliah, terjadi Gestapu. Tadinya tak pernah memikirkan kehidupan politik, lalu menjadi aktivis mahasiswa dan menjadi pimpinan.
"Dan itu lebih menarik dan serius daripada kuliah," kata Wimar saat diwawancara Harian Kompas tahun 1998.
Saat Golkar dibentuk pada 1969, Wimar sebenarnya sudah masuk ke daftar calon legislatif pemilu pertama untuk wakil Jawa Barat dengan nomor urut 9.
Namun, ia telah drop out dari ITB dan pada akhirnya melanjutkan studinya di AS.
Baca juga: BREAKING NEWS Wimar Witoelar Meninggal Dunia, Mantan Jubir Presiden Gus Dur
Di Negeri Paman Sam, Wimar sukses meraih gelar BS dalam electrical engineering, MS dalam system analysis, dan MBA dalam finance and investment dari George Washington University, AS.
Pada 1975, ia memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia.
Saat itu, Wimar mengabdi sebagai dosen di ITB.
Ia pun menolak untuk ikut pemilu kedua pada 1977.
Namun, di tahun itu pula, Wimar menjadi satu-satunya dosen yang ikut ditahan tanpa diadili setelah pergolakan mahasiswa ITB menjelang Sidang Umum MPR 1977 berakhir.
"Padahal saya menyukai pekerjaan ini, it just comes naturally. Juga kita tahu istilah reformasinya yang sudah begitu sangat larut. Lalu saya agak tidak punya ilusi mengenai peran satu orang tanpa organisasi untuk mengubah semua.
"Saya senang mengkritik orang supaya orang mencari tahu sendiri, membentuk sikap sendiri. Ya itulah mencuri kejernihan dalam kerancuan. Jadi pejuang reformasi merupakan suatu kata yang terlalu besar, begitu juga pejuang Orde Baru," katanya.
Wimar sudah menelurkan beberapa karya, mulai dari artikel hingga buku.
Artikel-artikelnya kerap dikutip di media internasional seperti Time, Newsweek, The New York Times, The Washington Post, The Straits Times, dan lain sebagainya.

Kemudian, Wimar juga merupakan kolumnis di The Guardian hingga surat kabar TODAY di Singapura.
Lalu, bukunya yang paling populer berjudul No Regrets, sebuah buku yang berisi memoar hari-harinya bersama Presiden Gus Dur.
Pada Mei 1994 sampai September 1995, Wimar juga pernah memandu acara talkshow bernama Perspektif di SCTV.
Meski pada akhirnya acara itu dihentikan, acara talkshow tersebut muncul dalam berbagai varian lain di berbagai media.
Tercatat, ia pernah tampil di Perspektif Live yang digelar dari satu kota ke kota lainnya.
Lalu, ada juga Perspektif Baru yang digelar pertama kali 26 Januari 1996.
Acara yang muncul berkat InterMatrix Communication (perusahaan yang dipimpin Wimar) itu sukses disiarkan di 16 radio swasta di berbagai daerah dan transkrip acaranya dipublikasikan di 10 koran.
Selain "Perspektif Baru", Wimar juga tampil dalam Perspektif Bisnis Republika, Wimar Witoelar Live, LA Lights Dialog, Friday Break, Perspektif On Line di www.perspektif.net, rubrik Asal Usul di Harian Kompas, Perspektif Bisnis Kontan, Selayang Pandang (di stasiun TV Indosiar), dan menerbitkan buku serta pernik-pernik seperti kaus T, topi dan lain-lain dengan logo Perspektif.
Di radio M-97 Jakarta, Wimar melakukan siaran langsung dalam Perspektif Djie Sam Soe Forum.
Kini, Wimar Witoelar meninggal dunia.
Kabar duka ini disampaikan oleh Direktur Utama Biro Konsultan InterMatrix Communication (IMX), Erna Indriana, melalui pesan singkat.
"Kami memberitahukan bahwa Wimar Witoelar telah wafat pada hari ini, Rabu 19 Mei 2021 pukul 09.00 WIB di RS Pondok Indah Jakarta," ujar Erna dikutip dari Kompas.com, Rabu (19/5/2021).
Istri Wimar, Suvatchara Witoelar yang merupakan ahli saraf, sudah lebih dulu meninggal pada 2003.
Mereka berdua memiliki dua orang putra, yakni Satya Tulaka (1975) adalah seorang arsitek dan pengembang web yang pernah bekerja di Yahoo dan Aree Widya (1978), PhD di bidang matematika dan ilmu komputer.
Artikel ini diolah dari tulisan di Kompas.com dengan judul "Meninggal Dunia, Berikut Profil Wimar Witoelar ".