Bandung Raya dan Jabodetabek Konsumen Daging Sapi Terbesar, Kemnedag Salurkan Sapi Jelang Idul Fitri
Menjelang Idul Fitri 1442 Hijriah, pemerintah pun berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga daging sapi di Jabodetabek dan Bandung Raya.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - DKI Jakarta dan Jawa Barat, terutama kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya, selama ini menjadi daerah dengan tingkat kebutuhan daging sapi tertinggi di Indonesia.
Menjelang Idul Fitri 1442 Hijriah, pemerintah pun berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga daging sapi di dua kawasan tersebut.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada Kementerian Perdagangan RI, Oke Nurwan, mengatakan secara keseluruhan berencana menyalurkan 51.260 sapi bakalan pada Mei 2021 ke seluruh daerah di Indonesia.
Dari angka itu, untuk Jabodetabek akan disalurkan 26.347sapi untuk menutupi kebutuhan 96.976 sapi, di Bandung Raya akan disalurkan 4.842 sapi untuk kebutuhan 17.890 sapi, di Jawa Barat akan menyalurkan 6.225 sapi dari kebutuhan 66.969 ekor sapi.
Oke mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas yang membidangi peternakan di kabupaten kota untuk melakukan pemantauan terhadap daerah produsen sapi, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mengisi kebutuhan sapi di Jabar dan Jakarta.
Baca juga: Di Purwakarta, Disiapkan 2 Ton Daging Sapi dan Kerbau Beku, Harga Rp 90 Ribu dan Rp 70 Ribu Per Kg
"Dalam upaya memenuhi kebutuhan daging sapi untuk puasa dan Lebaran, kami juga menugaskan BUMN PT Berdikari untuk melakukan kemitraan dengan peternak rakyat di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, untuk pemasok wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya," kata Oke dalam webinar yang diselenggarakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jumat (7/5/2021) petang.
PT Berdikari juga diberikan arahan untuk memberikan modal kepada peternak supaya dapat memenuhi kapasitas kandangnya yang kemudian sapi lokalnya dirawat oleh peternak dan selanjutnya siap dipotong, dan disalurkan ke wilayah-wilayah yang defisit daging sapi.
"Untuk menjaga ketersediaan daging sapi menjelang puasa, Kemendag kerja sama dengan PT Berdikari untuk melakukan mobilisasi sapi lokal karena kondisi defisit di sentra konsumsi. Dari sentra produksi kita geser di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya," katanya.
Hampir 70 persen kebutuhan sapi ini berasal dari Jabodetabek dan Bandung Raya sehingga penting bagi Kemendag, katanya, untuk menjaga harganya.
Ini supaya harga daging sapi tidak liar, katanya, pihaknya pun memasok daging beku dengan harga yang bisa menarik harga sapi segar menjadi lebih murah, yakni Rp 85 ribu per kilogram. Harga daging sapi segar sekitar Rp 126 ribu/km.
Baca juga: PERLU TAHU, Ada 4 Ciri Khas Yang Memengaruhi Harga Daging Sapi Serta Kualitasnya
Harga daging sapi dalam negeri, ujarnya, ditentukan dari pemasoknya, terutama yang berbasis impor. Indonesia selama ini tergantung sekali terhadap Australia. Sementara permintaan sapi asal Australia meningkat, harga pun ikut naik.
"Walaupun di atas 50 persen pasokan Australia ini ke Indonesia, ada negara-negara lain yang saat ini terjadi peningkatan permintaannya seperti dari Cina dan Vietnam. Sementara kita juga sangat membutuhkan pasokan dari Australia ini untuk memenuhi kebutuhan dengan harga terjangkau untuk permintaan dalam negeri dalam rangka puasa dan lebaran," katanya.
Pemenuhan kebutuhan daging sapi, tuturnya, belum berorientasi pada bisnis berkelanjutan. Produksi dalam negeri belum tentu dapat memenuhi kebutuhan daging sapi yang kebutuhannya secara kontinyu berjalan.
Jadi Indonesia belum bisa mengandalkan sapi lokal yang sifatnya milik masyarakat.
"Harga sapi asal Australia ini harus saya ceritakan mengalami kenaikan tahun 2020 karena terjadinya depopulasi sapi di Australia. Kita tahu Australia tahun sebelumnya itu terjadi kebakaran dan ini mengganggu populasi sapi. Depopulasi sapi terjadi, di mana salah satu indikatornya di Australia itu sudah ada pemotongan untuk sapi betina," katanya.