Larangan Mudik Lebaran
Viral, Curhatan Sopir Asal Indramayu Soal Larangan Mudik: Jangan Biarkan Anak Istri Mati Kelaparan
Melalui videonya, Edi Junaedi meminta kepada pemerintah untuk berfikir ulang terkait penutupan pintu akses antar provinsi
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Media sosial diramaikan dengan curhatan seorang sopir travel yang mencurahkan isi hatinya terkait larangan mudik yang diberlakukan pemerintah.
Video curhatan berdurasi 03.05 menit itu pun viral, salah satunya yang diunggah oleh akun Channel Youtube Tribun Timur dan sudah ditonton sebanyak 267 ribu kali.
Diketahui sopir travel tersebut bernama Edi Junaedi (43) warga Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.
Melalui videonya, Edi Junaedi meminta kepada para penguasa negeri untuk berfikir ulang terkait penutupan pintu akses antar provinsi, imbas diberlakukannya larangan mudik.
Ia menilai, kebijakan tersebut secara tidak langsung membunuh mata pencaharian mereka sebagai sopir.
"Jangan biarkan anak-anak kami menangis pilu di saat anak-anak kalian tertawa gembira, jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan kKarena anak istri berikut kredit mobil dan semua-semuanya tidak ditanggung oleh negara," ujar dia berdasarkan rekaman video yang diterima Tribuncirebon.com, Minggu (2/5/2021).
Edi Junaedi mengatakan, para sopir merasa sangat terdampak dengan adanya kebijakan tersebut.
Baca juga: Warga Australia yang Nekat Mudik dari India Terancam Dipenjara 5 Tahun
Ia juga mempertanyakan kenapa harus sopir yang dikorbankan karena ketakutan akan Covid-19.
Dalam hal ini, ia menilai, para sopir justru lebih takut apabila anak dan istri mereka mati kelaparan karena tidak makan.
"Siapa yang mau bertanggungjawab? Padahal kan kamu beragama, kalian kan beragama dan Allah menyuruh kami tetap berusaha dan bertanggungjawab kepada anak dan istri kami. Itu yang kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti," ucapnya.
Ia juga mengeluhkan soal para sopir yang selalu dihadapkan dengan aparat hukum, bentakan hingga hardikan pun disampaikan Edi Junaedi sudah sering diterima para sopir.
Menurutnya, para sopir seperti diperlakukan sebagaimana teroris. Padahal, ia bersama sopir angkutan lainnya hanya pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil mereka di rumah.
Demi bisa memberikan kehidupan yang layak, para sopir terus bekerja tak mengenal waktu untuk mengantar penumpang walau hingga larut malam sekalipun.
Baca juga: Jangan Coba-coba Mudik ke Garut, Ciamis, Pangandaran, Ada 16 Pos Penyekatan, Jalan Tikus Pun Dijaga