Ramadan 1442 H
Kisah Alquran Tertua, Usia 363 Tahun, Sempat Hilang di Laut, Tapi Tiba-tiba Muncul di Rumah
Alquran tertua di Majalengka ini sudah berusia 363 tahun dan sempat hilang di laut namun tiba-tiba sudah muncul di rumah sang pemilik
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNCIREBON, MAJALENGKA- Sebuah Alquran yang kini tersimpan rapih di rumah Ridwanudin (59) warga Blok Pesantren, Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka memiliki sejarah yang tak bisa dipikir akal sehat.
Bagaimana tidak, alquran berusia 363 tahun itu sempat hilang di laut lepas pada saat hendak di bawa ke Madura.
Namun ajaibnya, Alquran tersebut tiba-tiba sudah berada di kediamannya sebelum ia datang.
Baca juga: Dibaca Mulai Hari Ini, Doa 10 Hari Pertama Ramadan 1442 H, Lengkap dengan Huruf Latin dan Terjemahan
Baca juga: Jadwal Buka Puasa Hari Ini, 13 April 2021 untuk Wilayah Bandung dan Sekitarnya, Cek di Sini
Hal itu diceritakan Ridwanudin yang juga merupakan keturunan ketujuh dari pembuat Quran tersebut, KH TB Lathifoedin.

"Ini mah katanya dulu ketika pergi ke Madura, perahu yang ditumpangi oleh KH TB Lathifoedin oleng hingga benda-benda yang ada di perahu termasuk Alquran ini yang dibawa, karam terkena ombak. Tapi ternyata Alquran justru sudah berada di rumah,” ujarnya, Selasa (13/4/2021).
Oleh karena itu, Ridwan menyebut tak hanya sebuah Alquran saja yang hingga kini masih tersimpan rapih di rumahnya.
Baca juga: Sejarah Pembentukan dan Perjalanan Ikatan Motor Honda Jawa Barat
Melainkan, barang-barang seperti keris tombak dan lainnya masih terdapat di rumahnya.
"Sebetulnya cukup banyak tidak hanya Alquran yang saat ini dipegangnya, namun juga ada pedang, keris, tombak dan beberapa peralatan semacam alat perang."

"Namun beberapa benda pusaka sebagian hilang, sebagian lagi ada yang meminjam namun tidak kembali. Ada pula yang rusak gagangnya hingga hilang," ucapnya.
Bahkan, sambung Ridwan, ada sebuah pedang yang memiliki keajaiban ketika dipergunakan pemegangnya.
Baca juga: Tips Ala Milenial Agar Tetap Bugar Saat Puasa, Harus Hindari Ini Saat Sahur
Konon kakek buyutnya dulu ketika hujan deras disertai angin kencang, kadang menodongkan pedang ke pekarangan dan angin kencang pun reda.
Atau ketika menyeberang sungai di Sungai Cipada saat banjir pedang tersebut dipergunakan dan air sungai bisa diseberangi.
"Semuanya itu menurut cerita leluhur, percaya silakan tidak juga tidak apa-apa," jelas dia.
Kini, semua benda pusaka berikut Alquran hanya dipelihara dengan cara alakadarnya.
Baca juga: Kelemahan Persib Bandung Terekspos, Rene Alberts Malah Senang
Alquran hanya dibungkus kain dan disimpan di lemari paling atas guna menghindari serangan rayap dan serangga yang akan merusak.
Tidak ada cara pemeliharaan lain selain itu untuk menghindari kerusakan.
"Saya berharap suatu saat ingin Pemerintah tahu bahwa di Desa Pageraji itu ada benda pusaka yang harus dipelihara dan menjadi kekayaan budaya. Tanpa lepas dari keturunan karena selalu dipake setiap tahun pada tradisi haulan," katanya.