Banjir Bandang Flores Timur

Mengenal PULAU ADONARA yang Disebut Pulau Pembunuh, Banjir Bandang Kemarin Sudah Tewaskan 44 Orang

Salah satu daerah yang mengalami dampak dari badai ini sehingga menimbulkan korban Jiwa adalah di Pulau Adonara.

Editor: Ravianto
googlemaps
Pulau Adonara di Nusa Tenggara Timur. Banjir bandang menerjang wilayah Waiwerang di Pulau Adonara Kabupeten Flores Timur pada Sabtu 3 April 2021. Flotim menjadi salah satu wilayah terparah akibat badai siklon tropis yang melanda NTT kali ini. 

TRIBUNJABAR.ID, ADONARA -  Nama Pulau Adonara jadi perhatian menyusul banjir bandang di hari Minggu 4 April 2021 dini hari yang terjadi di sana.

Dilansir Pos Kupang (Tribunnews.co  Network), sejak Jumat 2 April 2021, daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami Badai Siklon Tropis dan 8 kabupaten/kota di NTT dilaporkan terdampak akibat cuaca ekstrem.

Salah satu daerah yang mengalami dampak dari badai ini sehingga menimbulkan korban Jiwa adalah di Pulau Adonara.

Truk tangki minyak Pertamina terseret banjir bandang di Kecamatan Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Truk tangki minyak Pertamina terseret banjir bandang di Kecamatan Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. (Pos Kupang/Syafika)

Pulau Adonara yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami bencana banjir bandang.

Dalam konferensi pers yang berlangsung virtual pada Minggu malam, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr. Raditya Jati menyebut korban banjir bandang hingga saat ini berjumlah 41 orang. Selain itu, ada 9 orang luka dan 7 orang lainnya dilaporkan masih hilang.

Begini kronologi yang terjadi di Adonara

- Hujan lebat mengguyur wilayah ini sejak Sabtu 3 April 2021 sore hingga subuh Minggu 4 April 2021

- Luapan Air dari Sungai dari wilayah perbukitan di sekitar Desa Horowura dan Hoko Horowura, Kecamatan Adonara Tengah.

- Banjir bandang terjadi di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur pada Minggu 4 April 2021 subuh sekira pukul 01.00 Wita.

Akibat dari banjir bandang ini tidak hanya menyebabkan kehilangan harga benda tapi juga menyebabkan 44 orang meninggal dunia dan 7 orang dinyatakan masih hilang

Berikut rincian korban meninggal dunia di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.

Banjir bandang di Waiwerang, Adonara, Flores Timur, NTT.
Banjir bandang di Waiwerang, Adonara, Flores Timur, NTT. (Pos Kupang/Syafika)

Desa Lamanele, Kecamatan Ile Boleng, 38 orang meninggal dunia (Total korban meninggal belum bisa dipastikan masih tertimbun lumpur), 5 orang luka-luka, 9 KK/20 jiwa terdampak.

Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka sudah dirujuk ke puskesmas, 7 orang hilang dan korban luka-luka masih dalam pendataan.

Desa Oyang Barang, Kecamatan Wotan Ulumado, 3 orang meninggal dunia, 40 KK terdampak, korban luka-luka masih dalam pendataan.

Kerugian material sementara puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele, pemukiman warga sekitar hanyut terbawa banjir dan jembatan putus di Desa Waiburak Kecamatan Adonara Timur.

Adonara The Killer Island, Pulau di Depan Kota Larantuka

Nama Adonara merupakan gabungan dari dua kata Lamaholot yaitu Ado dan nara.

Ado merupakan nama laki-laki pertama yang mendiami pulau adonara yaitu Kelake Ado Pehan; sedangkan nara artinya kampung, bangsa, kaum kerabat.

Secara harfiah, Adonara artinya kampung dari Ado, suku bangsa dari Ado, keturunan dan kaum kerabat dari Ado.

Ada juga yang mengatakan bahwa nama Adonara terbentuk dari dua kata Lamaholot yaitu adok dan nara.

Adok artinya mengadu, menyuruh berkelahi dan nara artinya saudara.

Bupati Flotim di lokasi bencana banjir bandang di Adonara Kabupaten Flores Timur, Senin 5 April 2021.
Bupati Flotim di lokasi bencana banjir bandang di Adonara Kabupaten Flores Timur, Senin 5 April 2021. (Istimewa)

Berdasarkan arti ini maka secara harfiah, Adonara diartikan sebagai mengadu saudara, menyuruh saudara berkelahi. Karena itu, Ernst Vatter menyebut Adonara sebagai pulau pembunuh.

Seorang misionaris asal Belanda Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dikutip dari Wikipedia, Pandangan Ernst Vatter ini cukup beralasan karena di Adonara sering terjadi perang antarsaudara dan perang antarkampung untuk memperebutkan tanah.

JIka ingin pergi ke Adonara dari ibukota Kabupaten Flores Timur, dengan menggunakan jalur laut dengan waktu tempuh hanya beberapa menit saja, kurang lebih 15 menit.

Hampir setiap saat ada perahu motor yang bersandar di pelabuhan Larantuka yang siap untuk mengantarkan siapa saja yang ingin ke Adonara

Banjir bandang menerjang wilayah Waiwerang di Pulau Adonara Kabupeten Flores Timur pada Sabtu 3 April 2021. Flotim menjadi salah satu wilayah terparah akibat badai siklon tropis yang melanda NTT kali ini.
Banjir bandang menerjang wilayah Waiwerang di Pulau Adonara Kabupeten Flores Timur pada Sabtu 3 April 2021. Flotim menjadi salah satu wilayah terparah akibat badai siklon tropis yang melanda NTT kali ini. (Istimewa)

Adapun jarak tempuh tersebut telah dipersingkat dengan adanya jalur motor tempel antara Tanah Merah di Pulau Adonara dan Pante Palo, di Kota Sao, Larantuka. Warga mengaku tak perlu khawatir kemalaman di Larantuka ataupun sebaliknya sehingga terpaksa menginap bila ketinggalan angkutan laut.

Memiliki Luas wilayahnya 509 km², dan titik tertingginya 1.676 m.

Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores di sebelah utara, Selat Solor di selatan (memisahkan dengan Pulau Solor), serta Selat Lowotobi di barat (memisahkan dengan Pulau Flores)

Mengapa disebut The Killer Island, begini kisahnya. Dikutip dari Blog Dion DB Putra, Kisah perang tanding antara dua suku bersaudara di wilayah Kecamatan Adonara Timur itu berawal dari klaim kepemilikan tanah ulayat yang selama ini ditempati warga dari suku Lewobunga.

Suku Lewonara tetap mengklaim bahwa lahan yang ditempati suku Lewobunga untuk membangun pemukiman dan berladang adalah milik mereka. Klaim tersebut tidak diterima oleh warga suku Lewobunga.

Bagaimana untuk membuktikan kebenaran hak kepemilikan tanah tersebut? Jalan yang ditempuh untuk mencari kebenaran adalah melalui pertumpahan darah.

Perang tanding antara kedua suku di Adonara tersebut, tidak menggunakan strategi perang gerilya atau perang modern, tetapi langsung ke arena yang telah disepakati sebagai lokasi perang tanding. Mereka sendirilah yang menentukan hari dan tanggal untuk bertarung di arena yang ditentukan tersebut.

Kedua belah pihak membawa senjatanya masing-masing, seperti parang, tombak serta anak panah. Siapa yang lebih dahulu melepaskan anak panah dari busurnya maka hal itu sebagai isyarat bahwa perang segera dimulai.

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Mengenal The Killer Island, Adonara Flores Timur, Duka Akibat Banjir Bandang di Hari Paskah, 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved